Terperangkap Istilah Manis Moderasi?
Kemenag Tanjabtim melalui Kasi Pendidikan Madrasah, Misbah saat dikonfirmasi meluruskan kontroversi terkait edaran dari kementerian tersebut.
"Sebenarnya mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab itu bukan tidak berlaku lagi atau dihapuskan. Melainkan digabung (penggabungan) menjadi satu mata pelajaran," ujarnya. (tribunjambi.com, 19/7/2019)
PAI dan bahasa Arab tetap ada. Hanya subtansinya yang berubah. Dengan alasan untuk moderasi dan upaya mencegah radikalisme perubahan dilakukan.
Melihat kebijakan tersebut ada beberapa catatan yang butuh dicermati agar kaum muslimin lebih cermat dan peka ada apa dibalik alasan moderasi atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Moderasi adalah upaya untuk menjadikan ajaran Islam menjadi moderat (tidak ekstrim dan keras). Jika merujuk pada makna KBBI terkait moderasi adalah mengurangi kekerasan. Lalu kata moderasi disandingkan dengan kata Islam. Ini mengindikasikan seakan Islam adalah ajaran keras sehingga perlu dimoderasi.
Karenanya kaum muslim pun butuh faham. Istilah moderasi Islam. Tidak lepas dari strategi global barat yang sengaja mengkotak-kotak Islam dengan Istilah: Radikal, moderat, liberal.
Pengelompokkan ini sejalan dengan Renstra "rand corporation" lembaga milik AS. Dengan maksud agar kaum muslimin terseret dengan istilah tersebut. Dan berusaha mengikuti apa yang barat kehendaki sesuai kriteria tersebut.
Dengan pemberian ciri pada 3 pengelompokan tersebut. Islam radikal yang cenderung anti terkait penjajahan barat, ingin menerapkan syariat. Dilekatkan pula kata fundamentalis dan garis keras pada kelompok ini.
Adapun Islam moderat adalah kelompok yang cenderung toleran terhadap ide barat. Digambarkan golongan ini cinta damai, tidak ekstrim. Dan istilah pemanis lainnya.
Yang ketiga Islam liberal yaitu Islam yang cenderung bebas. Melihat fakta dan cara berfikirnya yang pro sekulerisme. Antara yang moderat dan liberal aslinya tidak jauh berbeda.
Karenanya kaum muslim tak perlu terjebak dan terperangkap dengan istilah yang dibuat orang-orang barat yang notabene tidak menghendaki persatuan kaum muslimin.
Terbukti dengan pengkontaan 3 istilah itu antara kaum muslimin sadar atau tidak akhirnya saling mencurigai dan merasa ingin dianggap paling baik ala istilah tadi. Akhirnya tanpa sengaja terseret gaya pelikiran sekulerisme mereka demi memenuhi ciri baik yang mereka kriteriakan. Karena tak ingin dianggap ekstrim. Berupaya mengambil Islam yang "biasa" yang tidak terlalu terikat. Ingin dikatakan toleransi terhadap agama lain akhirnya tak sadar menerjang batasan akidah dan syariat. Ya demi mengejar predikat istilah. Ingin disebut damai dan tidak memicu keresahan dan perbedaan. Akhirnya lentur terhadap kedzaliman dan ketidakadilan.
Islam Standar Kehidupan
Dengan memahami darimana datangnya istilah moderasi (moderat) dan kriterianya akan memudahkan kaum muslim tepat bersikap. Tidak mudah terombang-ambing dengan istilah asing yang sebenarnya tidak berasal dari agamanya. Terlebih istilah tersebut dimunculkan dalam rangka memecah-belah Umat. Sekaligus menggiring pemikiran dan sikap umat sesuai keinginan sang pembuat Istilah.
Karenanya upaya untuk memegang Islam sebagai standar penentu baik dan benar butuh dikokohkan dalam benak umat. Cukuplah istilah mukmin, kafir dan munafik yang Allah abadikan dalam kalam-Nya di surat Al-Baqarah ayat 4-17.
Dengan kesadaran ini kaum muslimin tidak mudah terpropaganda istilah dan labeling dari orang-orang yang tidak suka agamanya. Ujian ini pun yang pernah dialami Rasulullah Muhammad. Beliau pun disebut sebagai ahli sihir, pemecah belah hubungan antara hubungan anak dan orang tua. Namun, sikap konsisten Rasulullah untuk mendakwahkan Islam tetap kokoh, hingga Allah memenangkan cahaya Islam.
Tidak ada jalan lain yang harus ditempuh kaum muslimin untuk tetap kokoh dalam agamanya yang lurus selain Istiqomah mengkaji Islam secara kaffah. Dan mengamalkan Islam serta bersama-sama bersinergi untuk menyebarkan Islam. Hingga upaya orang-orang kafir barat untuk meracuni pikiran umat dengan ide liberalisasi yang dibungkus manis dengan nama moderasi tidak semakin liar.
Karenanya perang pemikiran atau ghazul fikr antar ideologi tentu tidak bisa dihindari. Inilah realitas dakwah nahi munkar untuk mengkonter ide liberalis kapitalime.
Terhadap upaya orang kafir untuk selalu berupaya menyesatkan pemikiran umat berabad-abad lalu Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya Qs. Al-Baqarah: 120
ÙˆَÙ„َÙ† تَرْضَÙ‰ٰ عَنكَ ٱلْÙŠَÙ‡ُودُ ÙˆَÙ„َا ٱلنَّصَٰرَÙ‰ٰ ØَتَّÙ‰ٰ تَتَّبِعَ Ù…ِÙ„َّتَÙ‡ُÙ…ْ ۗ Ù‚ُÙ„ْ Ø¥ِÙ†َّ Ù‡ُدَÙ‰ ٱللَّÙ‡ِ Ù‡ُÙˆَ ٱلْÙ‡ُدَÙ‰ٰ ۗ ÙˆَÙ„َئِÙ†ِ ٱتَّبَعْتَ Ø£َÙ‡ْÙˆَآØ¡َÙ‡ُÙ… بَعْدَ ٱلَّØ°ِÙ‰ جَآØ¡َÙƒَ Ù…ِÙ†َ ٱلْعِÙ„ْÙ…ِ ۙ Ù…َا Ù„َÙƒَ Ù…ِÙ†َ ٱللَّÙ‡ِ Ù…ِÙ† ÙˆَÙ„ِÙ‰ٍّ ÙˆَÙ„َا Ù†َصِيرٍ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."[]
Oleh: Yuyun Rumiwati
Tidak ada komentar