Fenomena Kyai-Haji Komunis, Ada Kyai Dasuki Siradj dan Haji Misbach
Oleh. Irfan S Awwas*
Mungkinkah seorang bergelar Kyai Haji berideologi komunis ? Mungkinkah orang yang lama nyantri di pesantren bisa terpapar PKI ? Sejarah Indonesia membuktikan bahwa kyai berideologi komunis dan seorang haji berhaluan PKI, bukan hal yang mustahil.
Maka bukan hil yang mustahal bagi seorang kepala BPIP, seperti Yudian Wahyudi sangat keras terhadap gerakan Islam sekalipun dia tergolong santri dan bahkan rektor kampus UIN. Dialah orangnya yang secara sadar mengatakan, �musuh terbesar pancasila adalah agama�. Sebab sejarah bangsa ini mencatat komunisme bisa menjangkit pada seorang santri atau kyai.
Kyai PKI dari Pesantren Kasingan
Contoh sejarahnya adalah KH. Achmad Dasuki Siradj. Riwayat pendidikannya kental dengan pesantren. Pendidikan dasarnya ditempuh di Pondok Pesantren Djansaren (tingkat Ibtidaiyah), Madrasah Manbaul Ulum Surakarta (tingkat Tsanawiyah) dan Pondok Pesantren Kasingan Rembang (tingkat Aliyah). Tapi kemudian, dia menjadi tokoh besar PKI era Musso maupun era Soekarno.
Ahmad Dasuki Siradj mengaku, menjadikan PKI sebagai jalan perjuangannya di jalan Allah.
�Menurut pengalaman saya yang telah 33 tahun di dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) hanya di situ itulah (baca: PKI) tempat mengamalkan hukum Allah dalam arti politik, bukan ditempat lainnya. Apabila Saudara yang terhormat memang dengan sungguh-sungguh hati menjalankan hukum Allah dan beramal dengan ikhlas marilah bersama dengan saya di dalam lingkungan Partai Komunis Indonesia (PKI),� tegas Kyai Siradj dalam Sidang Konstituante.
Haji Berhaluan PKI
Selain KH. Achmad Dasuki Siradj, di Solo ada juga tokoh komunis bergelar Haji, yang ketokohannya disejajarkan dengan Semaun dan Tan Malaka. Namanya H. Mohammad Misbach atau Haji Misbach. Selain meyakini kebenaran ajaran Islam, ia juga dikenal sebagai penganut setia komunisme. Misbach sangat mengagumi kepribadian Nabi Muhammad sekaligus mengidolakan Karl Marx. Maka ia disebut juga dengan panggilan �Haji Merah�, atau �Haji Marxis�.
Dalam seminar virtual, Said Agil Siradj mengatakan, �Mohon maaf, saya berani mengatakan bukan PKI bahaya laten kita, tapi radikalisme dan terorisme yang selalu mengancam kita sekarang ini,� katanya pada Selasa (30/3/2021).
�Adapun pintu masuk radikalisme adalah paham Wahabi dan Salafi,� katanya yakin.
Jadi, adanya kyai yang kata dan prilakunya terkesan membela dan melindungi komunis, memang terdengar aneh. Tapi sikap demikian memiliki benang merah dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Tak hanya itu, kyai yang berprofesi sebagai ketua ormas Islam, dan belum lama ditunjuk sebagai komisaris utama PT KAI ini, mengusulkan supaya para dosen agama di fakultas umum tingkat universitas untuk tidak terlalu banyak mengajarkan Aqidah dan Syariah. Menurutnya, hal itu dapat meningkatkan risiko peningkatan radikalisme.
�Bagi dosen agama yang mengajar agama di bukan fakultas agama, tidak usah banyak-banyak bincang akidah dan syariah. Cukup dua kali pertemuan. Rukun iman dan [rukun] Islam,� katanya dalam sebuah diskusi daring, Senin (5/4/2021).
�Kenapa? Kalau ini diperbanyak, nanti isinya, surga-neraka, Islam, kafir, lurus, benar, sesat. Terus-terusan bicara itu radikal jadinya,� ucap dia.
�Agama bukan dari langit, tapi dari manusia sendiri,� imbuhnya lagi.
Maka, rakyat Indonesia harus terus waspada dan cerdas menghadapi bahaya kebangkitan PKI di negeri ini. Karena bukan hanya propaganda tokoh tak beragama, bahkan ucapan seorang kyai maupun santri bisa menjadi pintu masuk komunisme dan kebangkitan PKI di bawah rezim Jokowi. []
*) source:
https://www.sejarahone.id/fenomena-kyai-komunis-dan-haji-komunis/
Mungkinkah seorang bergelar Kyai Haji berideologi komunis ? Mungkinkah orang yang lama nyantri di pesantren bisa terpapar PKI ? Sejarah Indonesia membuktikan bahwa kyai berideologi komunis dan seorang haji berhaluan PKI, bukan hal yang mustahil.
Komunisme dan PKI sebagai wadah perjuangan politik, jauh sebelum Indonesia merdeka dilakukan oleh kyai haji maupun santri. Dan justru merekalah yang sangat keras permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Akibat ideologi komunis yang dibungkus paham agama, para kyai dan santri PKI ini menjadi sangat radikal.
Kyai PKI dari Pesantren Kasingan
Contoh sejarahnya adalah KH. Achmad Dasuki Siradj. Riwayat pendidikannya kental dengan pesantren. Pendidikan dasarnya ditempuh di Pondok Pesantren Djansaren (tingkat Ibtidaiyah), Madrasah Manbaul Ulum Surakarta (tingkat Tsanawiyah) dan Pondok Pesantren Kasingan Rembang (tingkat Aliyah). Tapi kemudian, dia menjadi tokoh besar PKI era Musso maupun era Soekarno.
Ahmad Dasuki Siradj mengaku, menjadikan PKI sebagai jalan perjuangannya di jalan Allah.
�Menurut pengalaman saya yang telah 33 tahun di dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) hanya di situ itulah (baca: PKI) tempat mengamalkan hukum Allah dalam arti politik, bukan ditempat lainnya. Apabila Saudara yang terhormat memang dengan sungguh-sungguh hati menjalankan hukum Allah dan beramal dengan ikhlas marilah bersama dengan saya di dalam lingkungan Partai Komunis Indonesia (PKI),� tegas Kyai Siradj dalam Sidang Konstituante.
Haji Berhaluan PKI
Selain KH. Achmad Dasuki Siradj, di Solo ada juga tokoh komunis bergelar Haji, yang ketokohannya disejajarkan dengan Semaun dan Tan Malaka. Namanya H. Mohammad Misbach atau Haji Misbach. Selain meyakini kebenaran ajaran Islam, ia juga dikenal sebagai penganut setia komunisme. Misbach sangat mengagumi kepribadian Nabi Muhammad sekaligus mengidolakan Karl Marx. Maka ia disebut juga dengan panggilan �Haji Merah�, atau �Haji Marxis�.
Di masa sekarang, banyak juga kyai yang, mungkin tanpa sadar, terpapar pemikiran sesat KH. Achmad Dasuki Siradj. Sebut saja misalnya KH. Said Aqil Siraj yang mengaggap bahaya laten radikalisme lebih mengancam ketimbang komunisme.
�Adapun pintu masuk radikalisme adalah paham Wahabi dan Salafi,� katanya yakin.
Jadi, adanya kyai yang kata dan prilakunya terkesan membela dan melindungi komunis, memang terdengar aneh. Tapi sikap demikian memiliki benang merah dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Tak hanya itu, kyai yang berprofesi sebagai ketua ormas Islam, dan belum lama ditunjuk sebagai komisaris utama PT KAI ini, mengusulkan supaya para dosen agama di fakultas umum tingkat universitas untuk tidak terlalu banyak mengajarkan Aqidah dan Syariah. Menurutnya, hal itu dapat meningkatkan risiko peningkatan radikalisme.
�Bagi dosen agama yang mengajar agama di bukan fakultas agama, tidak usah banyak-banyak bincang akidah dan syariah. Cukup dua kali pertemuan. Rukun iman dan [rukun] Islam,� katanya dalam sebuah diskusi daring, Senin (5/4/2021).
�Kenapa? Kalau ini diperbanyak, nanti isinya, surga-neraka, Islam, kafir, lurus, benar, sesat. Terus-terusan bicara itu radikal jadinya,� ucap dia.
�Agama bukan dari langit, tapi dari manusia sendiri,� imbuhnya lagi.
Maka, rakyat Indonesia harus terus waspada dan cerdas menghadapi bahaya kebangkitan PKI di negeri ini. Karena bukan hanya propaganda tokoh tak beragama, bahkan ucapan seorang kyai maupun santri bisa menjadi pintu masuk komunisme dan kebangkitan PKI di bawah rezim Jokowi. []
*) source:
https://www.sejarahone.id/fenomena-kyai-komunis-dan-haji-komunis/
Tidak ada komentar