Muhammad bin Wasi�, Teladan dalam Kezuhudan dan Jihad
�Siapa yang berani berduel dengan saya?� Tukas seorang tentara musuh berbadan tegap dan garang.
Saat itu, pasukan umat Islam ditantang duel oleh jagoan dari Persia yang bertubuh besar, kuat, pemberani dan sombong. Ulama ini pun mengusap sarung pedang salah seorang mujahid seraya mendoakan kemenangan baginya. Sebelumnya, ia sendiri yang maju menjawab tantangan itu tetapi dihalangi oleh para tentara.
Maka, dengan bekal senjata yang telah didoakan tadi, seorang mujahid berani menjawab tantangan duel itu. Mujahid itu menyergap dan memukul musuhnya dengan sabetan pedang, sementar dia sendiri mendapatkan satu pukulan dari musuhnya.
Pukulan tentara Allah itu mengenai kepala musuh hingga terbelah menjadi dua bagian. Sedangkan pukulan pedang musuh hanya mengenai topi baja yang dia kenakan di kepalanya, hingga dia tidak bisa melepaskannya.
Mujahid muda itu pun kembali dengan pedang yang bercucuran darah dan topi baja yang terbelah oleh pedang musuhnya, namun tidak sampai menyakitinya. Kemenangan mubarazah itu disambut takbir dan tahlil seraya memandang ke arah ulama zuhud yang mulia beserta keberkahan doanya. Maka,kemenangan pun berada di pihak kaum muslimin di medan tempur Jurjan dan Thabaristan itu.
Segudang kisah menakjubkan mewarnai hidup ulama tabi�in ini, dari kepribadiannya, keilmuannya, kezuhudannya, kesalehannya, keberaniannya di medan jihad sampai detik detik kewafatannya. Dialah Muhammad bin Wasi� Al-Azdi, ulama mujahid yang bergelar Zainul Fuqaha.
Mengenal Muhammad bin Wasi� Al-Azdi
Muhammad bin Wasi� Al-Azdi adalah murid dari seorang sahabat mulia, Anas bin Malik Al-Anshari, pelayan Rasulullah. Karena kepandaian dan kepribadiannya ia dijuluki Zainul Fuqaha (Perhiasan para ahli fikih) dan Abidul Bashrah (Ahli ibadahnya kota Bashrah).
Sebagaimana julukannya, ia lahir dan tumbuh di Bashrah, namun menuntut ilmu dan fikih di kota Nabi hingga menjadi seseorang yang mulia dan agung. Malik bin Dinar berkata tentang sahabatnya yang mulia ini,
�Qurra� (pembaca Al-Quran) itu ada tiga macam: Pertama, qari� yang membacakan Al-Quran untuk Ar-Rahman. Kedua, qari� yang membacakan Al-Quran untuk dunia. Ketiga, qari� yang membacakan Al-Quran untuk para raja. Sungguh, Muhammad bin Wasi� Al-Azdi termasuk qari� yang membacakan Al-Quran untuk Ar-Rahman.�
Keilmuan Zainul Fuqaha
�Aku berpesan kepadamu agar engkau menjadi raja di dunia dan akhirat.� Wasiat Muhammad kepada muridnya.
Murid itu pun bertanya dengan kebingungan,�Bagaimana aku bisa melakukannya?Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadamu.�
Dia menjawab,�Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya engkau akan menjadi raja di dunia ini dengan berlepas diri dari apa yang ada di tangan orang lain, juga menjadi raja di sana (akhirat) dengan memenangkan apa yang ada di sisi Allah berupa pahala yang baik.�
Keilmuannya yang tinggi juga dibarengi dengan amal ibadah yang mengagumkan. Sebagaimana perkataan Amirul Mukminin Umar bin Khattab
??????????? ??? ????????? ??????? ??????????? ???? ????? ????????? ??????????
�Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?� (Ibnu Hajar berkata, dishahihkan oleh bin Sakan, ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 8/260 no 2637)
Maka, akhlak dan kepribadian yang mulia juga dipertontokan oleh Muhammad. Muridnya berkata,
�Aku pernah menemani Muhammad bin Wasi� dalam perjalanan dari Mekah dan Bashrah, dan dia melaksanakan shalat sepanjang malam. Dia melaksanakan shalat di dalam tandu sambil duduk dan isyarat dengan kepala, dia memerintahkan penggiring untanya untuk berada di belakangnya supaya dia dapat mengeraskan suaranya sehingga orang itu tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Mungkin dia menghabiskan waktu malamnya dengan melaksanakan shalat.�
Muridnya kembali melanjutkan,�Ketika pagi menjelang, dia membangunkan sahabatnya satu per satu seraya berkata,�shalat,shalat�. Setelah mereka semua terbangun, dia berkata kepada mereka,�Tempat air itu dekat, maka berwudhulah kalian. Kalau tempat air jauh dan air yang kalian punya hanya sedikit, maka bertayamumlah dengan tanah yang bersih dan sisakanlah air untuk minum.'�
Kezuhudannya juga tampak ketika ia berkunjung kepada gubernur Bashrah, Bilal bin Abi Burdah. Saat itu ia memakai jubah kasar yang terbuat dari bulu domba, maka sang gubernur berkata padanya,�Wahai Abu Abdullah, apa yang mendorongmu untuk memakai pakaian kasar ini?� Namun,dia tidak menjawabnya. Lalu Bilal pun berkata lagi,�Kenapa kamu tidak menjawabku, wahai Abu Abdullah?�
Muhammad pun menjawab,�Aku tidak suka mengatakan bahwa ini kezuhudan, sebab dengan demikian berarti aku menyucikan diriku sendiri. Aku juga tidak suka mengatakan bahwa ini kefakiran, sebab dengan demikian berarti aku mengadu pada Rabbku. Aku tidak ingin mengatakan karena ini dan itu.�
Bilal berkata,�Apakah engkau mempunyai kebutuhan yang bisa kami penuhi?�
Muhammad berkata,�Aku tidak memiliki suatu kebutuhan apapun yang akan minta kepada seorang pun di antara umat manusia, akan tetapi aku mendatangimu karena kebutuhan seorang muslim.�
Maka, sang gubernur kembali menimpali,�Kami akan memenuhinya dengan izin Allah. Katakan apa yang engkau inginkan.�
Muhammad belum sempat menjawab, Bilal kembali bertanya,�Apa pendapatmu tentang qadha dan qadar?�
Al-Wasi� menjawab,�Wahai Amir, sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah tidak akan bertanya kepada hamba-Nya tentang qadha dan qadar, akan tetapi Dia akan bertanya tentang segala keadaan dan perbuatan mereka.�
Maka, gubernur pun terdiam karena malu hingga orang-orang yang ada di majelis berlalu pergi.
Soal keilmuan Muhammad telah meriwayatkan lima belas hadits dan dia adalah orang yang tsiqah, ahli ibadah dan saleh. Imam Ad-Dariquthni berkata tentangnya,�Sesungguhnya Muhammad bin Wasi� Al-Azdi adalah orang yang tsiqah yang mendapat cobaan melalui para rawi yang dhaif.�
Bahkan ada salah satu penduduk Bashrah berkata,�Apabila aku mendapati kerasnya hatiku,maka aku pun pergi untuk melihat wajah Muhammad bin Wasi� Al-Azdi.�
Keilmuan, kezuhudannya membuat ia tidak mengharapkann jabatan, walaupun kesempatan itu disodorkan padanya. Ketika Malik bin Mundzir, gubernur Bashrah memintanya menjadi qadhi, Muhammad menolak seraya berkata,�Apa urusanku dengan pengadilan?�
Lalu utusan gubernur kembali mendatangi dan mendesaknya, namun ia tetap menolak seraya berkata,�Apa urusanku dengan peradilan?�
Utusan itu pun mengatakan perkataan gubernur kepada Muhammad,�Hendaklah enkau mengambil kedudukan itu, atau aku akan mencambukmu sebanyak tiga ratus kali cambukan.�
Muhammad Zainul Fuqaha menjawab,�Katakanlah padanya,�Jika engkau melakukannya, berarti engkau adalah seorang penguasa yang zalim. Sesungguhnya orang yang hina di dunia ini lebih baik daripada orang yang hina di akhirat.�
Ketika manusia abad ini menjadikan jabatan sebagai rebutan, Muhammad walau diancam dengan cambukan tetap tegar menolak kedudukan.. Masya Allah�
Keberanian Muhammad bin Wasi� Al-Azdi
Episode yang paling menarik dari kehidupan Muhammad manakala bergabung dengan barisan tentara kaum muslimin yang hendak memerangi negara Persia, khususnya wilayah Jurjan dan Thabaristan. Pemimpinnya adalah Yazid bin Al-Muhallab bin Abi Shufrah yang pada saat itu menjadi gubernur Khurasan.
Dalam pertempuran ini Muhammad memiliki peran yang penting di tengah kesulitan yang dialami para mujahidin. Ia mampu membangkitkan semangat dan kekuatan umat Islam lewat teriakannya,�Wahai kuda-kuda Allah,berjalanlah. Wahai kuda-kuda Allah, berjalanlah!!!!�
Maka, seluruh pasukan pun bangkit dan membentuk barisan seperti pasangnya air laut yang tidak dapat dihalangi oleh apapun. Muhammad pun ikut menyeburkan dirinya ke dalam gelombang pasukan yang siap menerjang lawan.
Peran sebagai ahli ibadah, Muhammad tidak hanya menyeru dan mmebangkitkan semangat saja, akan tetapi tiba waktunya menghunus pedang sambil mengayunkannya kesana kemari. Tetiba muncul musuh yang berbadan besar dan kuat yang merangsek masuk ke dalam barisan umat Islam. Hal ini membuat pasukan mundur karena sabetan pedangnya yang ganas.
Dengan sombongnya ia berkata,�Siapakah yang berani berduel?�
Lalu terdengarlah suara seorang syaikh Bashrah ahli ibadah ini. Ia menjawab tantangan orang sombong itu. Pasukan umat Islam pun berbondong bondong menasihatinya agar tidak melakukannya, karena Muhammad telah lanjut usia. Ia mengusap sarung pedang salah seorang mujahid seraya mendoakan kemenangan baginya.
Maka, dengan bekal senjata yang telah didoakan tadi, seorang mujahid berani menjawab tantangan duel itu. Mujahid itu menyergap dan memukul musuhnya dengan sabetan pedang, sementara dia sendiri mendapatkan satu pukulan dari musuhnya.
Pukulan tentara Allah itu mengenai kepala musuh hingga terbelah menjadi dua bagian. Sedangkan pukulan pedang musuh hanya mengenai topi baja yang dia kenakan di kepalanya, hingga dia tidak bisa melepaskannya.
Mujahid muda itu pun kembali dengan pedang yang bercucuran darah dan topi baja yang terbelah oleh pedang musuhnya, namun tidak sampai menyakitinya. Kemenangan perang tanding ini disambut takbir dan tahlil oleh segenap pasukan seraya memandang ke arah ulama zuhud yang mulia beserta keberkahan doanya. Kemenangan pun berada di pihak kaum muslimin di medan tempur Jurjan dan Thabaristan itu.
Akhlak menakjubkan juga dicontohkan Muhammad ketika pembagian ghanimah. Yazid bin Muhallab memberikan bagian sebuah mahkota emas untuk Muhammad. Sebagaimana sikapnya ketika ditawari menjadi qadhi, ia menolak bahkan sampai dipaksa sekalipun.
Namun, karena kuatnya paksaan, Muhammad menerima mahkota itu dan berlalu pergi. Para tentara berkata,�Ia telah mengutamakan dirinya untuk mengambil mahkota itu dan berlalu pergi membawanya.�
Namun, Yazid masih penasaran dengan apa yang akan dilakukan Muhammad terhadap mahkota emas itu. Ia memerintahkan pelayan untuk mengikutinya dengan sembunyi-sembunyi.
Normalnya, seseorang akan senang kegirangan mendapatkan harta yang berharga. Namun, itu tidak berlaku bagi Muhammad, ia justru kebingungan memikirkan apa yang akan dilakukan dengan mahkota itu. Kemudian sekonyong-konyong datang seorang yang berambut kusut, berderbu dan berpakaian lusuh meneminya dan berkata,�Berilah aku bagian dari harta Allah.�
Tanpa pikir panjang Muhammad memberikan mahkota emas itu dan berlalu pergi dengan senyuman yang terkembang di bibirnya. Ia senang bukan kepalang seolah telah menghilangkan mimpi buruk yang mengerikan dari dalam hatinya. Lalu pelayan suruhan Yazid menangkap orang yang berambut kusut dan membawanya ke pemimpin pasukan. Setelah itu Yazid berdiri di hadapan seluruh pasukan dan berkata,�Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian sesungguhnya di antara umat Muhammad masih ada seseorang yang zuhud terhadap mahkota ini?�
Setelah kemenangan gemilang kaum muslimin,Muhammad meminta izin untuk menunaikan ibadah haji. Yazid pun mengizinkannya dan akan membiayai seluruh kebutuhannya. Muhammad bertanya pada Yazid,
�Apakah engkau akan memerintahkan untuk memberikan sejumlah uang yang sama kepada seluruh tentara?�
�Tidak.� jawan Yazid.
�Aku tidak membutuhkan harta yang dikhususkan untukku daripada orang selain aku. Sekarang selamat tinggal. Assalamualaikum.�
Yazid menjawab sambil tersenyum dan tercengang,�Waalaikasalam, doakan kami ketika engkau di hadapan Ka�bah ya Abu Abdullah.�
Wafatnya Muhammad bin Wasi� Al-Azdi
Pada tahun 123 H, Muhammad bin Wasi� menderita sakit yang mengantarkannya pada kematian. Orang-orang bersedih hati atas apa yang menimpa mereka karenanya, maka rumahnya pun dijejali oleh lautan manusia baik di luar maupun dalam.
Ketika orang berdesakan di rumahnya, ia memandang ke arah orang-orang yang menjenguknya sambil bersandar pada salah seorang sahabatnya serya berkata,�Demi Allah, engkau harus memberitahukan kepadaku manfaat apa yang dapat mereka berikan kepadaku apabila esok hari ubun-ubun dan kakiku direnggut lalu aku dilemparkan ke dalam neraka?�
Kemudian dia membaca ayat
???????? ?????????????? ???????????? ?????????? ????????????? ?????????????? () ????????? ?????? ?????????? ???????????? () ??????? ????????? ??????? ????????? ????? ?????????????? () ?????????? ????????? ???????? ??????? ??? () ????????? ?????? ?????????? ????????????
?Artinya, �Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. () Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? () Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. () Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. () Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?� (QS Ar-Rahman: 41-45)
Kemudian ruhnya yang suci itu pergi menemui Rabbnya dengan keimanan. Semoga Allah menyatukan kita sekalian bersamanya di Jannah yang abadi. Wallahu a�lam bi shawab.
Penulis: Dhani El_Ashim
Editor: Arju
Sumber : Kiblat.Net
�Ashruth Tabi�in, Abdul Mun�im Al-Hasyimi
Siyar A�lam Nubala�, Imam Adz-Dzahabi
Post Comment
Tidak ada komentar