Kemiskinan dalam Kemerdekaan
Menurut Wikipedia kata "Merdeka" berasal dari bahasa Sanskerta "maharddhika" yang berarti kaya, sejahtera dan kuat. Merdeka dalam bahasa Melayu dan Indonesia juga bermakna bebas atau tidak bergantung/independen.
Sehingga dalam konteks negara makna merdeka berarti bebas tidak bergantung pada yang lain. Dengan merdeka suatu negara akan independen serta sejahtera, kaya dan kuat.
Negara merdeka berarti telah lepas dari penjajahan dan kolonialisme bangsa lain. Tidak ada lagi pengerukan kekayaan sumber daya alam dan manusia untuk kepentingan negara penjajah.
Dengan demikian negara yang merdeka bisa leluasa memanfaatkan segala potensi SDA dan SDM demi kesejahteraan semua warga negaranya. Tak ada lagi penindasan dan kemiskinan.
Maka, jika berkaca pada pengertian dan makna merdeka apakah sesungguhnya Indonesia sejatinya sudah merdeka? Sudahkah indikator kesejahteraan merata?
Kesenjangan Salah Satu Indikator Penjajahan
Sejak negri ini memproklamirkan kemerdekaan 75 tahun silam. Masalah kemiskinan sejatinya tak kunjung hilang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin pada Maret 2020 mencapai 9,78 persen. Jumlah ini meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret 2019.
“Jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019,” seperti dikutip dalam paparan Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam video conference di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56 persen, naik menjadi 7,38 persen pada Maret 2020. Atau naik sebanyak 1,3 juta orang (dari 9,86 juta orang pada September 2019 menjadi 11,16 juta orang pada Maret 2020).
Sementara persentase penduduk miskin di daerah naik menjadi 12,82 persen pada Maret 2020 dibandingkan September 2019 sebesar 12,60 persen. Atau naik sebanyak 333,9 ribu orang (dari 14,93 juta orang pada September 2019 menjadi 15,26 juta orang pada Maret 2020). (Liputan6.com, 15/7/2020)
Angka kemiskinan selalu menjadi permasalahan utama di negri kita tercinta. Bahkan tren angkanya mengalami kenaikan saat wabah. Akibat salah langkah penguasa dalam mengatasinya. Dengan tidak segera menetapkan locdown saat pandemi awal terdeteksi.
Pembangunan infrastruktur dan berbagai investasi swasta juga tidak berkolerasi dengan kesejahteraan warga.
Padahal berbagai upaya menarik investor asing untuk menanamkan modal di tanah air begitu gencar dilakukan pemerintah.
Mereka meyakini semakin banyak investasi asing yang masuk akan berdampak secara langsung bagi kesejahteraan warga. Hal tersebut adalah sesuai dengan teori tricle down effect dalam sistem kapitalis.
Istilah trickle down effect(efek menetes ke bawah) adalah kegiatan ekonomi yang lebih besar diharapkan dapat memberikan efek terhadap kegiatan ekonomi di bawahnya yang memiliki lingkup yang lebih kecil.
Namun, pada kenyataannya teori ini sudah tidak berjalan seperti sebagaimana mestinya. Kenyataannya yang terjadi justru trickle up effect atau efek muncrat ke atas.
Artinya Orang-orang kaya cenderung lebih mendapatkan kemudahan secara ekonomi. Jaringan bisnis mereka semakin luas diantara para pemilik modal saja. Kaum kapitalis justru lupa untuk membangun perekonomian kecil yang berada di bawahnya. Akibatnya masyarakat kecil semakin menderita.
Kapitalisme telah menjadikan penjajahan atas nama penanaman modal dan investasi. Begitupun dengan adanya regulasi, semakin membuat mereka mudah mengeruk kekayaan negeri ini. Jadilah penjajahan gaya baru atau neoimperialisme terjadi.
Apalagi jika para pengusaha duduk berkuasa, maka semakin lengkap sudah penderitaan rakyat. Praktik oligarki tak bisa lagi ditutupi. Tentu masih segar dalam ingatan kita sebuah film yang berjudul "sexy killer". Sebuah film dokumenter yang menggambarkan keterlibatan para penguasa dalam pengelolaan sumber daya alam kita.
Akibatnya terjadilah ketimpangan distribusi kekayaan. Sehingga harta semakin nyata berputar pada sebagian kecil golongan kaya. Akibatnya jurang kemiskinan semakin menganga.
Sebuah upaya kemiskinan struktural telah tampak kasat mata. Negara yang terkenal dengan "gemah Ripah loh jinawi", "zamrud khatulistiwa" kini tinggal slogan saja. Bangsa ini miskin di tengah sumberdaya alam yang melimpah. Ibarat kata tikus mati di lumbung padi. Akibat neoimperialisme dan oligarki.
Lalu bagaimana mungkin negri ini dikatakan merdeka jika masih jauh dari kata sejahtera?
Merdeka Dengan Islam Kaffah
Semenjak Islam diturunkan Allah SWT melalui nabinya Muhammad SAW. Maka, sejak saat itulah makna kemerdekaan hakiki telah dipahami manusia.
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya memerintahkan penghapusan perbudakan, Memberikan kemerdekaan secara fisik saja, Menghilangkan segala kezaliman. Namun Islam telah memerdekakan manusia dari penghambaan kepada makhluknya. Islam dengan tauhidnya menjadikan hanya Allah SWT saja yang patut disembah. Lalu ditaati segala aturaNya dan dijauhi segala laranganNya.
Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran. Diantara isinya berbunyi:
«… أَمّا بَعْدُ فَإِنّي أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ …»
…Amma badu. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)… (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, v/553).
Dalam Ma'alim fi Thariq hlm.75 juga dikisahkan adalah Rabi' bin Amir, Hudzaifah bin Mihshan, Mughirah bin Syu'bah, yang sebelum meletusnya Perang qadisiyah pernah ditanya satu persatu oleh panglima tentara Persia, Rustum,
"Apakah yang membuat kalian datang ke sini?"
Masing-masing menjawab dengan jawaban yang sama, "Sesungguhnya Allah telah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja (yang ingin) dari perbudakan manusia agar menghamba kepada Allah Yang Esa, dari kesempitan dunia ke keluasannya dan dari penyimpangan semua agama ke keadilan Islam."
Dengan menghamba pada Allah SWT, manusia semata menjadikan aturanNya sebagai pedoman hidup. Manusia dengan keimanan dan kesadaran menerapkan Islam secara kaffah. Artinya Syari'at Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Baik individu, masyarakat dan negara.
Negara yang menerapkan Islam Kaffah tentu dalam bingkai khilafah. Khilafah akan menegakkan semua hukum berdasarkan Al-Qur'an dan sunnaah. Kedaulatan ditangan Allah SWT. Termasuk dalam ekonomi dan pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negara.
Khalifah memastkian setiap warga negara mampu mencukupi kebutuhan asasi(pokok) dan kamali(sekunder) semua warga negara baik muslim maupun non muslim. Dengan mekanisme secara langsung maupun tidak langsung.
Khalifah akan mencegah pihak asing atau swasta mengelola sumberdaya alam yang ada. Hal ini semata karena Khalifah bertugas menjaga dan mengelola segala kekayaan alam milik umum warga.
Khalifah akan mencegah perampokan kekayaan SDA dan SDM oleh pihak asing dengan dalih apapun. Mencegah segala jenis penjajahan fisik dan nonfisik. Khalifah akan menjadi Junnah. Dalam suatu hadits Rosulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, Khalifah memastikan distribusi kekayaan alam merata pada semua warga negara.
Dengan menerapkan syari'at Islam secara kaffah. Keberkahan muncul dari dalam bumi dan atas langitNya. Allah SWT berfirman dalam Qur'an Surat Al-A'raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs.Al-A'raf: 96)
Sudah saatnya umat merdeka dengan menerapkan syari'at dalam naungan khilafah. Agar tercapai kesejahteraan yang penuh berkah. Wallahu a'lam bi ash-showab.[]
Oleh: Najah Ummu Salamah
ForumPeduli Generasi dan Peradaban
Post Comment
Tidak ada komentar