Mengenal Biografi Abul Hasan An-Nadwi, Penulis Kitab Sirah Dan Tokoh Pergerakan Islam
Asianmuslim.com - Abul Hasan an-Nadwi dilahirkan di kota Nikyah, tepatnya di daerah Rai Barli, di daerah utara India pada tahun 1332 H / 1913 M di tengah sebuah keluarga Arab. Nasabnya bersambung dengan Quthbuddin bin Muhammad al-Hasyimi al-Madini, cucu Imam ash-Shaum Abdul Qadir al-Jailani. Dari silsilah keluarganya telah banyak bermunculan figur reformis dan mujaddid Islam di India. Salah satunya adalah ayahnya, Abdul Hayyi al-Hasani, seorang tokoh Islam ternama dalam sejarah India.
Nenek moyang keluarganya hijrah dari Madinah ke India di awal tahun ketujuh Hijriah dengan tujuan menyebarkan Islam serta memperbaiki akidah umat dari bid'ah dan khurafat. Abul Hasan an-Nadwi beserta keluarganya mendapat sebutan Nadwi setelah berdirinya Nadwatul Islam (di sana beliau menjadi ketuanya sejak tahun 1961 M hingga wafatnya).
An-Nadwi mempelajari al-Qur'an dan menghafalnya sejak usia belia. Ilmu syari'ah, bahasa dan sastra dipelajarinya hingga selesai di Darul Ulum dan Nadwatul Ulama -dua tempat termasyhur bagi ilmu-ilmu syari'ah di India-.
Ia belajar pada banyak ulama, medan pemikiran dan dakwah Islam. Antara lain pada saudara tertuanya Abdul Ali al-Husaini, Abdurrahman Mubarakfuri, Muhammad Ilyas (pendiri gerakan jamaah Tabligh), Husaini Ahmad Madani (ulama hadits ternama), dan Muhammad Iqbal, seorang pujangga Islam. Guru yang terakhir ini banyak mempengaruhinya dalam bidang kesusastraan bahkan an-Nadwi menulis sebuah buku yang diberi judul Rawa'il Iqbal.
An-Nadwi dikenal sebagai ensiklopedia karena ilmunya yang melimpah dan daya kritisnya yang tajam. Visinya yang modernis dan integralis menjadikannya mampu mengembangkan aktivitas dakwah serta pemikiran ke berbagai bidang. Hal ini juga didukung oleh perjalanannya ke hampir semua negara di dunia.
Perjalanan pertamanya keluar India dilakukan pada tahun 1951 dengan tujuan Mesir. Beliau bertemu dengan beberapa tokoh utama dalam da'wah dan pergerakan Islam di Mesir pada saat itu seperti Ustadz Bahi al-Khuli, Muhammad al-Ghazali, serta asy-Syahid Sayyid Quthb. Ternyata Sayyid Quthb mengenal an-Nadwi sebelumnya melalui bukunya yang masyhur Midai Khasiral 'Alam bi Inhithathil Muslimin (Kerugian dunia karena Kemunduran Umat Islam). Sayyid Quthb mengungkapkan kekagumannya pada karya an-Nadwi itu. Beliau kemudian berkesempatan menuliskan prakata tambahan dalam cetakan selanjutnya. Buku tersebut mendapatkan sambutan hangat di dunia Islam. Buku ini merupakan telaah terpenting sejarah kemanusiaan dalam sudut pandang Islam.
Penguasa revolusi di Mesir kemudian mencegah beliau masuk ke Mesir. Hal itu terjadi selain disebabkan oleh hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin juga oleh bukunya yaitu Uridu An Tahaddats Illa Ikhwan Muslimin (Saya ingin Berbicara dengan Ikhwan Muslimin). Pemerintah juga menolak permintaan Dewan Riset Islam al-Azhar untuk memberinya -bersama Abul A'la Maududi- status keanggotaan dewan dengan pertimbangan keberadaannya sebagai ulama besar Islam. Meski demikian. an-Nadwi tetap menjalin hubungan yang erat dengan 'ulama Mesir.
Abul Hasan An-Nadwi tercatat berperan serta dalam kurang lebih seratus muktamar dan forum internasional yang membahas problematika umat dan masalah keislaman. Tak hanya itu, beliau pun aktif dalam pendirian dan keanggotaan beberapa organisasi dan yayasan yang berkecimpung di medan da'wah, sastra dan pemikiran Islam baik di India maupun di dunia internasional. Beliaulah pendiri Dewan Ilmu Islam di India sekaligus pula menjadi ketuanya hingga akhir hayatnya, juga menjadi anggota Majelis Taksisi Rabithah Alam Islami, anggota Dewan Tinggi Masjid lntemasional, anggota Dewan Fiqih Rabithah Alam Islami, anggota Dewan Kerajaan untuk riset peradaban Islam di Jordan, anggota Dewan Ilmu Pengetahuan dan Dewan Bahasa Arab di Damaskus Siria, anggota luar biasa di Majma Masri, anggota Majelis Pertimbangan di Universitas Madinah, anggota Dewan Pelaksana Darul Mushannifin di India, serta pelopor pendirian Pusat Pengkajian Islam Oxford sekaligus menjadi ketua majelis lektor sejak didirikarmya, dan beliau juga menjadi kepala Nadwatul Ulama di India.
An-Nadwi telah melengkapi khazanah kepustakaan Islam dengan 50 judul buku karyanya dalam beragam medan pemikiran Islam dan ditulis dalam empat bahasa yang dikuasainya yaitu, bahasa Arab, Urdu, Perancis dan bahasa Inggris. Berikut ini beberapa karya-karya beliau yang banyak mendapat perhatian pembaca:
- Rijalul Fikri Wadda'wah Fil Islam. Buku ini merupakan resume beberapa ceramah tentang tokoh tajdid pilihan An Nadwi yang pernah disampaikannya di depan mahasiswa fakultas Syari'ah Universitas Damaskus, Syria.
- Asshira' Bainal Fikrah Islamiyah wal Fikrah Gharbiyyah. Buku ini berisi penjelasan mengenai proses masuknya pemikiran Barat ke dalam jantung umat Islam. Dengan jelas beliau memaparkan bagaimana pergumulan pemikiran Islam yang tadinya merupakan pemikiran asal tergeser oleh pemikiran Barat. Bagaimana akhirnya bermunculan para mujaddid berjuang mempertahankan eksistensi Islam.
- Al-Arkan al-Arba'ah, berisi pembahasan empat ibadah besar dalam Islam yaitu shalat, zakat, puasa dan haji.
- Rabbaniyah la Rahbaniyah, menjelaskan sisi ruhiah dalam Islam
- Buku berseri mengenai tokoh-tokoh Islam ternama dalam sejarah Islam seperti, Abu Hasan Asy'ari, Shalahuddin al-Ayyubi, Ahmad bin Hambal, Hasan al-Bashri, Imam Abu Hamid al-Ghazali, Abdul Qadir Jailani, dan Muhammad Iqbal.
- Catatan perjalanan ke berbagai negara.
Demikian Biografi singkat syaikh Abul Hasan An-Nadwi, semoga bermanfaat.
Post Comment
Tidak ada komentar