Breaking News

Jejak Perjuangan Dr. Said Ramadhan dalam Gerakan Ikhwanul Muslimin



Asianmuslim.com - Dr. Said Ramadhan, salah satu tokoh cendekiawan Islam yang terkenal memiliki analisa strategis yang tajam. Selain menguasai secara aktiv tiga bahasa, Inggeris, Perancis dan Arab, beliau juga termasuk di antara tokoh pengamat politik terhadap berbagai peristiwa internasional. Lahir tahun 1926 di kota Syabin Koom, 70 kilometer sisi utara Kairo di Mesir. Said Ramadhan lahir dan tumbuh dewasa di tengah kondisi Mesir yang sedang marak oleh gelombang perubahan serta proses kebangkitan pemikiran Islam yang digerakkan oleh para aktivis gerakan Ikhwanul Muslimin.

Gerakan Islam ini, secara resmi didirikan oleh Hasan al-Banna tahun 1928 dan secara cepat pengaruhnya menyebar ke setiap sudut kota dan pelosok desa di Mesir. Sejak sekolah di sebuah SMA. di Thantha, Said Ramadhan sudah bersinggungan dan bergabung dengan gerakan lkhwan yang saat itu dipimpin langsung oleh pelopornya, Imam Hasan al-Banna.

Sejarah awal perkenalannya dengan gerakan lkhwan, bermula saat beliau yang masih usia 14 tahun hadir mendengarkan Hasan al-Banna menyampaikan ceramah di Thantha. Said meraih predikat liscence, setaraf dengan strata 1 bidang hukum di tahun 1946.

Selanjutnya selama kurang lebih satu tahun, antara tahun 1947-1948, beliau diangkat langsung oleh Hasan al-Banna menjabat pimpinan redaksi majalah da’wah bulanan Ikhwanul Muslimin yang bernama asy-Syihab. Dan pada bulan Mei 1948, Said Ramadhan termasuk satu di antara ribuan mujahidin sukarelawan lkhwan dalam peperangan membela Palestina melawan Yahudi.

Banyak peran-peran penting yang dilakonkan Said Ramadhan bersama pasukan ikhwan yang lain dalam perang Palestina tahun 48 ini. Saat beliau cemas melihat pasukan Yahudi yang terus mendesak maju hingga hampir mencapai lokasi masjid al-Quds, Said segera melaporkan kondisi ini pada Hasan al-Banna, pimpinan umum ikhwan di Cairo. Said lalu berusaha menghubungi raja Yordania saat itu, dan meminta agar pasukan Yordan segera diperintah untuk bergabung dengan prajurit sukarelawan Mesir di dekat al-Quds saat itu juga.

Said selanjutnya diangkat oleh kerajaan Yordania sebagai ketua mahkamah militer di al-Quds. Hanya kurang lebih dua bulan Said menjalani tugasnya di al-Quds, beliau lalu berangkat menuju Pakistan di tahun yang sama. Dari sekian peristiwa penting yang dilakukan para pejuang Ikhwan dalam membela Palestina inilah Hasan al-Banna mengatakan, “Kalaulah bukan karena ikhwanul Muslimin, setelah pertolongan Allah swt, niscaya ummat lslam telah kehilangan al-Quds.” Beliau lalu menyebutkan dua nama dalam pembelaan Palestina ini, Sa'id Ramadhan dan Mushthafa as-Siba'i.

Tanggal 8 Desember 1948, atas desakan konspirasi Barat, ikhwanul Muslimin akhirnya diputuskan sebagai organisasi terlarang karena dianggap telah memproklamirkan jihad untuk membela Palestina. Dan tanggal 12 Februari 1949, Hasan aI-Banna pimpinan dan pelopor gerakan ikhwan dibunuh misterius oleh oknum pemerintahan Mesir.

Saat peristiwa tersebut berlangsung, Said Ramadhan tak ada di Mesir. Beliau tengah berada di Pakistan menjadi konsulat Mesir menghadiri konferensi dunia Islam. Dalam konferensi yang pada tahun 1931 sebelumnya dilangsungkan di al-Quds tersebut, nama Said Ramadhan diusulkan menjadi sekjen konferensi. Namun posisi itu dinilai kelak akan menimbulkan pilihan yang sulit di kemudian hari, mengingat posisi beliau yang juga cukup penting dalam organisasi da’wah Ikhwan. Akhirnya An’amullah Khan ditunjuk menggantikan posisi beliau.

Selanjutnya, Said Ramadhan menetap di Pakistan dan menyatu dalam gelora ruh dan semangat kaum muslimin yang saat itu baru saja memproklamasikan sebuah negara Islam. Said Ramadhan aktiv dan begitu dikenal di kalangan para pemuda dan intelektual Islam pada masanya. Beliau diundang secara rutin mengisi mata acara di siaran radio resmi Pakistan. Perdana menteri Pakistan, Liyaqah Ali Khan (wafat tahun 1956) pernah mengenakan sebuah topi kebesaran yang pernah dikenakan Muhammad Ali Jumah, langsung di kepala Said Ramadhan.

Pada kesempatan itu ia mengatakan Said Ramadhan sebagai duta intelektual pada negara yang dibangun atas dasar Islam. Berbagai peristiwa inilah yang melatarbelakangi banyak orang lebih menisbatkaannya sebagai orang Pakistan.

Di tahun 1951, setelah pencabutan larangan pemerintah Mesir terhadap Ikhwanul Muslimin, Said kembali ke tanah airnya. Seperti sebelumnya, di Mesir beliau kembali aktiv di dunia pers dan menerbitkan sebuah majalah bulanan “Al-Muslimun”, yang mengupas berbagai sisi pemikiran islam dan kondisi ummatnya. Tahun 1953, Said Ramadhan bersama Sayyid Quthb bertolak ke Palestina sebagai konsulat Ikhwanul Muslimin pada pertemuan pertama konferensi dunia Islam. Di sini, Said kembali dicalonkan dan dipilih secara resmi sebagai sekjen umum konferensi. Pertemuan kedua Konferensi dilangsungkan di Damsyiq tahun 1956. Pada pertemuan tersebut kepemimpinan konferensi jatuh pada Muhammad Natsir asal Indonesia.

Tapi satu tahun setelah pertemuan konferensi dunia itu, situasi Mesir kembali memanas. Tahun 1954, Presiden Mesir Jamal Abdul Nasir, melaksanakan pembantaian besar-besaran terhadap para anggota gerakan Ikhwan. Said Ramadhan dan banyak tokoh besar Ikhwan lainnya ditangkap dijebloskan ke dalam penjara. Sebagian Iainnya bahkan dihukum mati. Majalah “al-Muslimun” yang belum genap setahun pun beredar praktis berhenti. Empat bulan kemudian, ketika Muhammad Najib menggantikan Abdul Nasir, Said Ramadhan dibebaskan. Beliau segera bertolak ke Palestina menjalankan tugasnya sebagai sekjen umum Konferensi Dunia Islam. Sejak tahun I956 aktivitas pers melalui majalah al-Muslimun diaktivkan kembali."

Tanggal 27 Agustus I958, Said Ramadhan tiba di Jenewa. Sementara keberadaan majalah aI-Muslimun terus memberi warna dan pengaruh secara luas di kalangan mayoritas intelektual Arab saat itu. Setelah kehadiran Said di Jenewa, terkait dengan situasi dunia Islam yang saat itu umumnya dilanda imperialisme Barat, misi majalah kemudian berubah menjadi suara tak resmi dari berbagai arus Islam di berbagai dunia Islam. Majalah al-Muslimun, tak hanya istimewa ditinjau dari kupasan dan kajiannya yang dalam dan jernih, tetapi banyak pemikir yang mengatakan bahwa tutur bahasa. metode dan retorika yang tertuang dalam majalah tersebut mengandung ruh, menyentuh rasa dan membangkitkan semangat Juang.

Tahun 1961, Said Ramadhan membentuk sebuah lembaga lslamic Centre di Jenewa bernama “Nadzr li lbadatillah” dan merangkul para pemikir Islam dalam keanggotaannya. Termasuk di dalamnya, Muhammad Asad, Dr. Muhammad Nasir, Maulana Zufr, Haidar Bamat, Abul Hasan Ali an-Nadawi dsb. Sasaran utama lembaga ini adalah menghimpun kaum muslimin, bersama memerangi gelombang pemikiran materialisme sosialis. Berbagai bouklet dan selebaran nilai-nilai islam diterbitkan dari lembaga ini dengan bahasa Perancis, Inggeris dan Jerman. Selanjutnya'Said Ramadhan terus menggagas pendirian berbagaijaringan Islamic Centre di berbagai kota besar di Eropa, termasuk di kota London dan Munich. Semua lembaga tersebut didirikan secara independen dan bebas dari campur tangan pihak pemerintah.

Berbagai peristiwa di atas, kelak membidani kelahiran terbentuknya organisasi Rabithah Alam lslami yang mayoritas anggotanya merupakan anggota Konferensi Dunia lslam. Sedangkan Dr. Said Ramadhan sendiri termasuk sebagai pendiri organisasi dunia tersebut.

Menjelang akhir hayatnya, ketika Said Ramadhan berada di Mesir, beliau berpesan agar dimakamkan di kota Rasulullah, Madinah Munawwarah. Tapi bila itu tidak memungkinkan beliau meminta dimakamkan di samping makam lmam Syahid Hasan alBanna di Kairo. Akhirnya, 9 Agustus lalu, di sanalah jasadnya dikebumikan, di lokasi pemakaman asy-Syafi'iyyah di Kairo. Dr. Said Ramadhan rahimahullah meninggalkan seorang isteri shalihah, anak perempuan Hasan al-Banna rahimahullah yang bernama Wafaa. Selain empat orang putera dan satu orang puteri.

Tidak ada komentar