Breaking News

Infrastruktur Terus Dibangun, Kok Daya Saing RI Malah Turun?

IDTODAY.CO - Infrastruktur dibangun untuk meningkatkan daya saing. Pembangunan infrastruktur bertujuan untuk memangkas biaya ekonomi dan menciptakan efisiensi. Hasilnya adalah ekonomi yang berdaya saing, bisa berkompetisi dengan negara-negara lainnya.

Itulah mengapa salah satu fokus utama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah pembangunan infrastruktur. Sejak kali masa kampanye lima tahun lalu, eks gubernur DKI Jakarta itu selalu menekankan pembangunan infrastruktur sebagai 'jualan' utama.

Demi membangun infrastruktur, Jokowi mereformasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Belanja-belanja konsumtif seperti subsidi dipangkas dan dialihkan ke anggaran produktif belanja modal.

Pada 2015, anggaran infrastruktur dalam APBN bernilai Rp 256,1 triliun. Tahun ini, pos tersebut mendapat anggaran Rp 415 triliun.

Sepanjang 2015-2018, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaporkan sudah membangun 3.432 km jalan nasional. Kemudian jalan tol baru yang sudah terbangun mencapai 941 km.

Pemerintah juga telah membangun 55 bendungan dan jaringan irigasi yang mengairi 865.389 ha lahan pertanian. Embung pun sudah terbangun sebanyak 942 unit.

Lalu ada jembatan yang sudah terbangun sepanjang 41.063 m. Sedangkan untuk jembatan gantung, sudah terpasang 164 unit.

Akan tetapi, kabar kurang sedap datang dari World Economic Forum. Dalam laporan Global Competitiveness Report 2019, Indonesia berada di peringkat 50 dari 141 negara. Turun lima setrip dibandingkan tahun sebelumnya.

Lho, bukankah pembangunan infrastruktur semestinya meningkatkan daya saing? Kok daya saing Indonesia malah dinilai turun?

 Infrastruktur Indonesia Membaik Lho...

Eits, nanti dulu. Indeks daya saing Indonesia secara umum bernilai 64,6, turun tipis 0,3 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Namun sub-indeks infrastruktur Indonesia naik lho...

Tahun ini, sub-indeks infrastruktur Tanah Air adalah 67,7. Pada 2018, nilai sub-indeks infrastruktur Indonesia adalah 66,8.

Kalau sub-indeks infrastruktur diblejeti lagi, terlihat bahwa hampir seluruh komponen mengalami perbaikan. Artinya, Indonesia sudah berada di jalan yang benar soal pembangunan infrastruktur. Jadi penurunan daya saing ada di faktor lainnya.

World Economic Forum menilai daya saing sebuah negara dari 12 pilar utama. Dari 12 pilar ini, Indonesia mengalami penurunan di pos adopsi teknologi informasi dan komunikasi (ICT), kesehatan, keterampilan, produk, pasar tenaga kerja, stabilitas, dan budaya wirausaha. Banyak juga ya...

Namun secara umum World Economic Forum tetap memuji performa Indonesia. Walau turun lima peringkat, tetapi skor daya saing Indonesia tidak banyak berubah.

"Pada dasarnya tidak berubah, Indonesia masih menduduki peringkat empat di bawah Singapura (1), Malaysia (27), dan Thailand (40). Kekuatan utama Indonesia adalah ukuran pasar dan stabilitas makroekonomi.

"Terkait pilar-pilar lainnya, masih ada ruang untuk terus membaik. Indonesia punya kultur bisnis yang baik dan sistem keuangan yang kuat. Kapasitas inovasi memang masih terbatas, tetapi bisa ditingkatkan," demikian sebut laporan World Economic Forum. [cnb]

Tidak ada komentar