Khilafah, Semakin Dibenci Semakin Dirindukan
Oleh : Dini Azra
Mediaoposisi.com- Khilafah masih menjadi perbincangan hangat. Bahkan kian panas saja opini berkembang di masyarakat. Memang masih banyak yang berselisih antara pro dan kontra. Sebab informasi di media seringkali menyudutkan dan tidak berimbang.
Khilafah sering dipersalahkan, atas kondisi negeri yang semakin runyam. Dengan berbagai macam persoalan. Ormas dan pengemban dakwahnya juga sering dikambinghitamkan. Disebut menunggangi inilah, itulah. Ikut mendompleng salah satu kubu calon presiden. Hingga berjalannya pemilu yang ruwet pun, dibilang gara-gara Khilafah.
Rupanya gagasan Khilafah telah menghantui para petinggi negeri ini. Yang sudah bersusah payah hendak menghalangi dan memadamkan dakwah Islam kaffah. Sehingga Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu turut memberi tanggapan.
Beliau menghimbau kepada masyarakat, agar jangan sampai terpengaruh paham Khilafah. Karena Khilafah ini bertujuan akan mengganti ideologi Pancasila. Dan bertentangan dengan norma-norma yang ada didalam Pancasila.
Menurutnya, Khilafah digunakan beberapa kelompok yang ingin memecah belah kesatuan Indonesia. Kelompok tersebut ingin mendirikan negara sendiri dan berpisah dari NKRI. Saat ini paham Khilafah sudah masuk dalam dunia pendidikan, mulai dari sekolah hingga Universitas.
Karenanya, Kementerian Pertahanan harus memutar otak, untuk melestarikan Pancasila dan menghentikan Khilafah. Masyarakat juga diminta berperan serta, aktif membantu pemerintah dalam menentang Khilafah. Jangan terpengaruh atau ikut menyebarkannya.
"Ancaman khilafah ini sudah terang-terangan ingin mengganti ideologi Pancasila. Ini datang untuk merusak, sudah berjalan di sekolah dan universitas," kata Ryamizard di gedung A.H Nasution Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Mei 2019. medcom.id, 8 Mei 2019.
Ideologi Khilafah melalui Hizbut Tahrir sudah ditolak di 21 negara. Begitupun di Indonesia, juga dilarang. Seperti halnya dulu DI/TII pimpinan Kartosuwiryo dan Kahar Muzakar, yang ingin mendirikan negara Islam. Harus berhadapan dengan tentara.
Jika tidak suka dengan Pancasila, pindah saja dari Indonesia! Demikian sekelumit kata-kata yang menggambarkan, seolah Khilafah begitu berbahaya. Dan benar-benar bisa mengancam kelangsungan sebuah negara. Juga mengakibatkan perpecahan bagi manusia. Benarkah Khilafah sesuatu hal yang demikian menakutkan?
Tak kenal maka tak sayang. Pepatah itu tepat bagi mereka yang mungkin baru mendengar tentang Khilafah. Dan belum memiliki maklumat yang benar, selain desas-desus yang berhembus. Yang sengaja disampaikan oleh para pembenci Khilafah. Karena bagi pelaku kemaksiatan, penggila kekuasaan, dan para kaki tangan kapitalis, Khilafah itu hal yang menakutkan. Namun bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Sudah pasti sangat merindukannya.
Sebab Khilafah sebuah sistem terbaik yang datang dari Allah Subhanahu wata'ala. Mahkota kewajiban bagi kaum muslimin, karena dengannya syariat Islam secara kaffah bisa diterapkan. Dengannya semua umat Islam didunia akan dipersatukan, dalam satu naungan. Dengan perlindungan, penjagaan dan pelayanan terbaik dari seorang imamah atau Khalifah.
Dan itu sudah dibuktikan oleh sejarah, dimana Khilafah pernah tegak, 13 abad lamanya. Yakni, 10 tahun masa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam ketika di Madinah (622-632). Dilanjutkan masa Khulafaur Rasyidin (632-661). Setelah itu bani Umayyah selama 89 tahun, Bani Abbasiyah selama 549 tahun, dan sampai yang terakhir Bani Utsmaniyah yang runtuh pada tahun 1924.
Selama 13 abad Islam menggenggam kekuasaan yang membentang luas. Bukan hanya umat Islam merasakan aman tentram, karena diterapkannya syariat Islam. Bahkan umat beragama lain, dilindungi, diayomi dengan penuh keadilan.
Sedangkan sistem kapitalis baru berhasil mencapai kejayaannya, belum sampai seabad. Lihatlah apa yang terjadi di dunia, dimana saja negara yang menerapkan demokrasi, atau sistem buatan manusia lainnya. Pertikaian, kesenjangan ekonomi, ketimpangan hukum, kemaksiatan dan kejahatan merajalela. Yang lebih sedih, ketika umat Islam dijadikan bulan-bulanan. Kalau tidak dibantai, pasti dibodoh-bodohi.
Mana mungkin, sistem yang menerapkan aturan yang bersumber dari Allah yang Maha Menciptakan. Bisa dianggap berbahaya, mengancam dan memecah belah? Apakah negeri ini yang menganut sistem demokrasi sudah terbebas dari masalah? Tidak, bahkan semakin carut marut dan kian semrawut. Dari masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, pembangunan, dan hubungan dengan negara lain semua bermasalah. Hanya dengan sistem Islam, yang akan menjadi obat dan solusi bagi problema kehidupan.
Khilafah adalah kabar gembira dari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, dimana beliau mengabarkan kedatangannya kembali di masa depan. Jika saat ini belum tegak, itu karena jadwal kedatangannya belum tiba. Bukan ketetapan Allah yang berubah. Allah masih ingin menguji kita, dengan dimenangkannya kaum kafir dan musyrikun untuk sementara. Selanjutnya, kemenangan itu akan dikembalikan kepada umat Islam. Dan Islam akan kembali menggenggam kekuasaan di bumi, sebagaimana janji Nya.
Allah Subhanahu wataala berfirman : �Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam).
Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.� (QS. An-Nur; 24:55)
Sedangkan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda : "...Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah �ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.� (HR Ahmad; Shahih)
Meskipun jelas bahwa Khilafah akan tegak sesuai kabar dari Rasulullah dan janji Allah, bukan berarti kita hanya diam menunggu kedatangannya. Kita wajib untuk menyambutnya, karena itu butuh persiapan untuk kembali kerumah besar kita (Khilafah).
Setelah sekian lama hidup di ruang sempit dan kumuh, dibawah kekuasaan para musuh. Persiapan kita adalah dengan ketakwaan. Ketakwaan itu menumbuhkan rasa takut yang besar kepada Allah. Sehingga kita akan berusaha menjalankan semua syariatNya. Dan menyadari, hanya dengan adanya sebuah institusi Daulah Islamiyah, seluruh syariat bisa diterapkan secara kaffah.
Berjuang mewujudkannya adalah wujud ketakwaan, menolaknya sama dengan menentang syariat Allah. Maka, jadilah bagian dari pejuang Khilafah meskipun harus menghadapi bermacam fitnah. Sempit dalam ketaatan kepada Allah, lebih baik daripada lapang dalam keadaan bermaksiat Kepada Nya. Wallahu a'lam bishawab. [MO/ra]
Post Comment
Tidak ada komentar