Mengapa Rakyat Nekat?
Jakarta, Swamedium.com � Diancam akan ditembak di tempat jika ganggu NKRI, rakyat tak bergeming. Disiapin 150 anjing pemburu (dari Hendropriyono), cuek. Ulama dan tokohnya ditangkap, gak takut juga. Tetap saja mau turun ke jalan? Nekat!
Setidaknya ada tiga faktor utama. Akumulasi tiga faktor ini memberi suplai energi kenapa rakyat jadi �terkesan� nekat. Turun jalan dan protes. Padahal lagi bulan Ramadhan.
Pertama, faktor ekonomi. Listrik naik, rakyat menahan sabar. BBM naik, rakyat diam. Karena hanya itu yang bisa mereka lakukan. Terpaksa! Impor beras dan garam di musim panen, rakyat hanya ngelus dada. Lapangan kerja direbut pekerja China, rakyat tetap bungkam. Mereka pasti kecewa, mungkin marah. Tapi hanya ditahan di dalam dada.
Kedua, faktor ketidakadilan hukum. Satu persatu ulama dan tokoh oposisi jadi tersangka. Entah sudah berapa banyak jumlahnya. Mereka dituduh menebar kebencian dan dijerat UU ITE. Akhir-akhir ini pasal makar mulai dikenakan. Disisi lain, laporan kubu oposisi terhadap sejumlah orang yang diduga bersalah, tak ada tindak lanjut. Hukum terkesan sekali �tebang pilih� kata Anwar Abbas, Sekjen Majlis Ulama Indonesia. Tapi, rakyat bisa apa?
Dimana mahasiswa? Emak-emak telah menggantikan peran mereka. Para alumni yang sudah lulus, bongkar lagi lemari, ambil jaket almamater dan memakainya lagi untuk turun ke jalan. Emak-emak dan para alumni telah ambil peran mahasiswa.
Emak-emak malu memiliki anak-anak yang tak peduli kepada nasib bangsanya. Mereka tak pernah berniat melahirkan dan membiayai anaknya kuliah untuk jadi mahasiswa yang cuek dan tak peduli kepada nasib bangsanya.
Banyak yang bertanya, setengah curiga: apakah mereka sudah terbeli atau takut dengan intimidasi? Begitulah spekulasi dan rumor yang beredar di diskusi publik.
sumber SwaMedium https://www.swamedium.com/2019/05/19/mengapa-rakyat-nekat/
Tidak ada komentar