People Power Bukan Metode Perubahan Hakiki
Oleh : Yuni Riyana S.Pd.I
(Komunitas Ibu Anjuk Ladang)
Wacana people power sebelumnya dicetuskan oleh politisi partai Amanat Nasional Amien Rais. Ia mengatakan akan mengerahkan massa atau people power untuk turun ke jalan jika mereka menemukan kecurangan dalam pilpres 2019.
"Kalau kami memiliki bukti adanya kecurangan yang sistematis dan masif, saya akan mengerahkan massa untuk turun ke jalan. Katakanlah monas, untuk menggelar people power" Kamis 25/04
Seruan people power juga dilakukan oleh Eggy Sudjana calon anggota legislatif Partai Amanat Nasional dalam pidatonya pada 17 April 2019 lalu, seruan tersebut berujung pada pemeriksaan dirinya oleh Polda Metrojaya sebab laporan dugaan kasus makar dan pelanggaran undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik
Kejengahan umat terhadap rezim dzalim saat ini tidak dipungkiri membuat larut dalam euforia ganti pemimpin, maka ketika umat dipertontonkan ulah rezim yang menghalalkan segala cara guna melanggengkan kekuasaan, sementara berbagai lembaga negara tak berfungsi sebagaimana mestinya, tercetuslah ancaman people power yang dianggap sebagai metode yang benar.
Apalagi menilik perjalanan demokrasi di tanah air, people power pernah berhasil menumbangkan rezim orde baru yang berkuasa selama tigapuluh dua tahun.
Namun perlu kiranya umat menyadari, bahwa people power bukanlah metode shahih untuk memperoleh kekuasaan. Terlebih kekuasaan yang menerapkan islam. Rasulullah tak pernah mencontohkan people power sebagai metode menegakkan Islam di Madinah.
Selain itu, people power rawan adanya pembajakan dikarenakan beragam manusia dengan kepentingan dan visi misi politik ikut terlibat. Apabila salah strategi,akan menimbulkan kekacauan, konflik ditengah umat dan semakin menjauhkan umat dari aktivitas penegakan Islam.
Sejarah mengajarkan bahwa people power tanpa adanya kejelasan arah perubahan serta solusi menyeluruh atas permasalahan umat hanya menghasilkan perubahan semu yang tak kunjung membuat kehidupan kaum muslim menjadi lebih baik.
Kita lihat bagaimana orde baru yang tumbang karena people power kemudian berganti reformasi, duapuluh tahun lebih reformasi berjalan nyatanya tak juga menjadikan negeri ini berdaulat dan justru malah semakin terpuruk dengan dekadansi di segala lini.
Menggerakkan massa hanya digunakan sekedar wasilah untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan syariah dalam bingkai khilafah. Juga wasilah sebagai peneguh tekad para ahlu quwwah - para pemilik kekuatan- untuk membantu keberhasilan seruan dakwah ini.
Rasulullah telah memberikan teladan bagi kita mengenai metode atau thariqah meraih kekuasaan untuk menerapkam islam.
Rasulullah dan para sahabat menggunakan metode thalabun nushrah yaitu aktivitas meminta perlindungan dan kekuasaan. Meskipun menuai berbagai penolakan, beliau tetap melanjutkan metode ini hingga mendapat nushrah di Madinah.
Beliau mengutus Mush'ab Bin Umair untuk mengajarkan syariat islam, membacakan Al Quran serta meminta pada penduduknya untuk melindungi dakwah Rasulullah.
Maka melalui aktivitas inilah, Sa'adz Bin Mu'adz sang pemuka militer Yastrib menyatakan keislamannya kemudian diikuti tokoh dan penduduk lainnya. Para ahlu quwwah ini menyerahkan kekuasaan kepada Rasul dan para sahabat untuk memimpin mereka dalam sebuah institusi daulah islam.
Dalam Kondisi saat ini Aktivitas ini dapat berjalan dengan terwujudnya kelompok atau gerakan atau partai ideologis yang bersifat politis. Bukan gerakan sosial apalagi gerakan yang berasas sekuler. Karena penerapan islam dalam institusi politik memerlukan aktivitas perjuangan politik yg shahih nan luhur.
Partai ideologis yang memiliki pandangan bahwa syariat islam mengatur segala aspek kehidupan akan membina masyarakat dengan ideologi islam, membangun opini umum dengan opini kewajiban menerapkan syariah, serta membongkar makar penjajah terhadap kaum muslimin.
Aktivitas pembinaan ini akan membuat umat mendukung perjuangan penerapan syariah karena dorongan ketaatan akan perintah Allah. Selain itu, keberadaan partai shahih ini jugalah yang akan melakukan aktivitas thalabun nushrah guna memcari dukungan terhadap ahlu quwwah.
Ahlu quwwah dapat berupa insitusi baik itu negara, militer atau kelompok yang bersedia menolong dakwah untuk mewujudkan syariah dan Khilafah.
Dengan kesadaran umum yang telah terbentuk ditengah umat serta kebulatan tekad para ahlu quwwah negeri ini utuk menerapkan syariah, niscaya perubahan hakiki menuju kegemilangan peradaban islam benar benar akan terjadi.[MO/ad]
Tidak ada komentar