Opini KU - Banyak sekali tren diet di sekitar kita. Namun, selalu saja muncul pertanyaan lama, bagaimana cara menghilangkan lemak perut dengan cepat?
Hal yang harus dipahami, tidak ada hal yang instan.
Solusi yang aman adalah mengencangkan bagian yang bandel tersebut.
Meski begitu, hal ini lebih baik dimulai perlahan dari bagian pinggang, dengan melakukan olahraga dan pengaturan pola makan dalam waktu 1-2 minggu.
Hal itu disampaikan personal trainer dan ahli gizi tersertifikasi Jim White, RD, ACSM.
Dengan sedikit kesabaran, kamu bisa mempercepat usaha peluruhan lemak perut dengan delapan tahap ini:
1. Menjaga defisit kalori
Defisit kalori pada dasarnya adalah membakar kalori lebih banyak daripada yang kita makan.
Namu, jika kamu ingin lebih spesifik, Jim menyarankan jumlah defisit 500 kalori per hari untuk menurunkan berat 0,5kg per minggu.
Namun, kamu harus menjaga asupan sedikitnya 1.200 kalori per hari. Asupan kalori kurang dari jumlah tersebut akan berdampak pada fungsi fisik dan mental.
2. Memasukkan latihan interval intensitas tinggi (HIIT)
Pada umumnya, semakin tinggi intensitas olahraga, akan semakin tinggi kalori yang dibakar dan terus dibakar meski kita selesai berolahraga.
Latihan interval intensitas tinggi akan membantumu untuk memaksimalkan jumlah konsumsi oksigen pascalatihan (EPOC) atau dalam istilah kebugaran dikenal dengan "afterburn".
3. Konsumsi banyak serat
Menaikkan asupan serat akan membantumu menurunkan lebih banyak lemak. Masalahnya, banyak orang tidak mengonsumsi serat dalam jumlah yng cukup setiap harinya.
Serat akan membantu mengurangi berat badan karena dapat memperlancar sistem pencernaan dan membuatmu kenyang dengan sedikit kalori.
Hal ini akan mencegah kebanyakan makan alias overeating yang berpotensi meningkatkan gula darah.
4. Jangan potong asupan karbohidrat
Ini berbeda dari anggapan banyak orang, karbohidrat harus dikurangi ketika ingin menurunkan berat badan.
Kabar baiknya, tepung pati dan karbohidrat kompleks sangatlah penting.
Termasuk makanan seperti kacang-kacangan, pisang hijau, dan lainnya bisa meningkatkan metabolisme tubuh.
Baca juga: Berat Badan Turun tapi Lemak Perut Tak Berkurang, Apa Sebabnya?
Sebab panganan tersebut memerlukan upaya lebih untuk diubah menjadi energi.
Karbohidrat kompleks seperti biji-bijian utuh dan sayuran juga sama pentingnya karena mengandung nutrisi tinggi.
5. Hindari makanan diproses
Foynder Ancient Nutrition, Josh Axe, DNM, CNS, DC menjelaskan, mengonsumsi makanan yang tak melalui proses akan memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan bagi tubuh serta tak mengikutsertakan lemak yang tidak diinginkan.
Baca juga: Seberapa Efektif Cuka Sari Apel Usir Lemak Tubuh
6. Hindari stres
Ketika kamu sering mengalami stres, tingkat kortisol akan melonjak. Hormon stres akan menstimulasi nafsu makan dan membuat orang-orang cenderung mengonsumsi makanan tidak sehat.
7. Tidur delapan jam
Tidur dan penambahan berat badan sangat berkaitan erat, lebih dari yang kita pikirkan selama ini.
Kekurangan tidur seringkali membuat kita kelaparan dan menghambat perbaikan otot di malam hari.
Tubuh kemudian akan memproduksi lebih banyak kortisol dan akan merusak usaha penurunan berat badan yang kamu lakukan.
Waspadai Lemak Perut
Mengapa kita diminta menghindari makanan berlemak? Penelitian yang dilakukan Jamie Bernard, asisten profesor farmakologi dan toksikologi di Michigan State University, East Lansing, Amerika Serikat, mungkin bisa memberi jawabannya.
Dalam risetnya yang dipublikasi dalam Jurnal Oncogene teranyar, ia menjelaskan bahwa banyak sel-sel non kanker bisa berubah menjadi kanker karena mendapat bantuan dari protein tertentu. Ia menyebut lemak tubuh salah satunya. Meski obesitas memiliki tren menaik, namun banyak yang tak sadar bahwa lemak obesitas bisa membuat sel-sel non kanker menjadi kanker. Protein pemicu kanker banyak terdapat di lemak perut penderita obesitas.
Untuk membuktikannya, Bernard dan timnya, meneliti secara lebih mendalam efek lemak visceral, atau jaringan adiposa viseral (PPN), pada perkembangan kanker. Lemak visceral adalah lemak yang menyimpan beberapa organ vital di dalam perut, seperti hati, pankreas, dan usus. Sebaliknya, lemak subkutan adalah lemak yang tersimpan tepat di bawah kulit. Lemak visceral disebut sebagai �lemak aktif,� karena tidak hanya menyimpan energi tetapi juga �Secara metabolik aktif, mengeluarkan sejumlah besar adipokin, sitokin, dan faktor pertumbuhan,� kata Bernard
Sebagaimana dilansir situs medicalnewstoday.com (26/8/2017), peneliti menyelidiki faktor-faktor dalam PPN yang merangsang perkembangan kanker pada tikus, dalam studi in vivo. Di situ peneliti memberi makan tikus diet tinggi lemak, menginduksi pembentukan sel kanker dengan sinar ultraviolet B, dan melakukan lipektomi. Lipektomi adalah salah satu jenis operasi yang menghilangkan lapisan lemak di sekitar pinggang.
Para peneliti menemukan bahwa PPN menghasilkan faktor pertumbuhan fibroblas-2 (FGF2) dalam jumlah yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan lemak subkutan. Selain itu, dengan menggunakan uji proliferasi, para ilmuwan mengungkapkan bahwa FGF2 mendorong sel epitel kulit dan mammae yang sudah rentan terhadap protein untuk berubah menjadi sel kanker.
Bernard dan tim juga mengambil sampel jaringan PPN dari wanita yang telah menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) dan mendapatkan bukti bahwa ketika jaringan lemak memiliki sekresi protein FGF2 yang lebih tinggi, lebih banyak sel yang kemudian membentuk tumor kanker saat ditransplantasikan ke tikus.
Hasil studi itu menunjukkan bahwa Bernard dan rekannya telah mengembangkan sistem baru untuk menentukan kemampuan faktor yang dilepaskan dan disaring dari PPN untuk merangsang transformasi sel. Ringkasnya, riset mereka telah menghasilkan dua temuan penting. Pertama, menunjukkan bagaimana sel-sel non-kanker berubah menjadi tumor ketika �dibantu� oleh protein tertentu. Kedua, menunjukkan bahwa sumber protein ini mungkin terletak pada lemak perut yang begitu banyak.
Tentu saja riset ini sangat membantu pemahaman orang mengenai pentingnya menurunkan berat badan, juga mengecilkan ukuran pinggang segera. Sebab di situ terdapat banyak protein-protein pemicu kanker.
Obesitas kini menjadi salah satu penyakit yang tidak disadari bahayanya. Jumlah penderitanya lumayan banyak. Jumlah obesitas di seluruh dunia pada pria naik tiga kali lipat, dari 3,2 persen menjadi 10,8 persen. Sedangkan pada wanita, naik lebih dari dua kali lipat � naik dari 6,4 persen menjadi 14,9 persen. Itu berarti bahwa ada 266 juta pria obesitas dan 375 juta wanita gemuk di dunia pada tahun 2014. Diperkirakan tahun ini meningkat lagi menjadi lebih dari 1 milyar.
Indonesia menempati urutan ke 10 dengan jumlah 41 juta penderita pada 2014. Sedangkan Amerika Serikat menduduki posisi puncak dimana 38 persen dari penduduk negeri Paman Sam diperkirakan mengalami obesitas. Jumlahnya diperkirakan akan meningkat jadi 42 persen pada tahun 2050.
Helmy K
Tidak ada komentar