Telikung
Oleh: Mela Ummu Nazry
(Pemerhati Generasi)
Bulan lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menuduh Cina melakukan genosida, tetapi sejak itu menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Beijing.
Imran Khan, perdana menteri Pakistan, tempat Pangeran Salman baru saja berkunjung, mengatakan dia �tidak tahu� banyak tentang kondisi kaum Uighur. (Kiblatnet.com.2019).
Pupus sudah harapan untuk mendapatkan pertolongan dari pemimpin negeri-negeri kaum muslimin. Semua berdiam diri dan berlepas tangan atas nasib Muslim Uighur di China.
Alih-alih berharap mendapatkan pertolongan, yang terjadi malah "restu" mereka atas penindasan yang dilakukan oleh manusia-manusia dzolim dan pembiaran atas kezaliman yang dilakukan atas nama pemberantasan terorisme dan radikalisme.
Para pemimpin negeri-negeri kaum muslimin, bahkan merestui peristiwa genosida terhadap saudaranya sesama muslim, di Uighur China.
Sungguh, miris. Padahal, cukuplah menjadi manusia saja agar dapat menolong manusia lain yang terdzolimi yang bernama muslim Uighur China.
Pembiaran dan sikap acuh tak acuh para pemimpin negeri-negeri muslim, atas nasib saudaranya sesama muslim diseluruh belahan dunia, utamanya di Uighur China, menunjukkan bahwa arah pandang dan pemahaman mereka tentang ajaran agamanya telah berubah. Pemikiran mereka telah berhasil disusupi dengan paham yang sangat berbahaya, yaitu paham sekuler kapitalis. Sehingga dengan paham ini, mereka menetapkan aksi politik luar negerinya adalah politik dagang dan kepentingan bisnis. Bukan yang lain. Hal ini menunjukkan jika negeri-negeri muslim saat ini adalah negeri-negeri sekuler. Tidak jauh berbeda dengan negara Amerika yang liberal ataupun negara China yang Sosialis komunis semi kapitalis liberalis.
Karenanya, berharap pertolongan kepada pemimpin negeri-negeri kaum muslimin, semacam Arab Saudi, Turki, Pakistan dan yang lainnya. Layaknya kata pepatah, jauh panggang dari api. Tak akan pernah terealisasi.
Karenanya, terlihatlah secara jelas dan kasat mata, jika hari ini, tak ada satupun pemimpin negeri kaum muslimin yang peduli atas nasib saudaranya sesama muslim yang terdzolimi. Mereka hanya peduli dan memikirkan atas nasib bisnisnya saja. Bukan nasib rakyatnya apalagi nasib saudaranya sesama kaum muslimin yang bukan rakyatnya.
Alhasil, inilah seburuk-buruknya manusia dan kepemimpinan. Dimana seorang manusia yang diberi amanah memimpin, sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan saat memimpin, saat menjadi manusia dan saat menjadi muslim. Yang diotak dan pikiran mereka, hanya urusan dan kepentingan bisnis semata yang dibekingi negara.
Para pemimpin negeri-negeri muslim saat ini telah berubah menjadi penelikung dan pengkhianat amanat kepemimpinan.
Inilah realitas negeri dan negara saat ini. Yaitu negeri dan negara yang mengambil dan mempraktekkan faham sekuler kapitalis, yang saat ini telah diambil dan diemban oleh negeri-negeri kaum muslimin. Sungguh kaum muslimin telah kehilangan jati dirinya sebagai muslim, apalagi sebagai rahmatan lil alamin.
Penolong itu bernama Khilafah
Islam dengan seperangkat aturannya, sungguh telah menetapkan agar setiap muslim membantu dan menolong setiap manusia lain yang terdzolimi. Tanpa melihat suku ataupun agama. Manusia yang terdzolimi wajib ditolong. Apalagi jika yang terdzolimi adalah sesama muslim. keutamaan menolongnya sungguh luar biasa.
Manusia yang terdzolimi antara lain, manusia-manusia yang dirampas haknya tanpa hak. Dirampas kehidupannya, dirampas harta benda dan kepemilikannya, dirampas kehormatannya, dirampas nyawanya. Manusia semacam ini wajib ditolong, tersebab mereka mengalami kedzoliman.
Sungguh hari ini segala bentuk kezdaliman berhasil dipertontonkan tanpa malu-malu. Dan kezaliman ini dilakukan oleh sekelas kepala negara kepada rakyatnya, hanya karena berbeda agama dan keyakinan. Penguasa hari ini betul-betul bodoh dalam menghadapi perbedaan keyakinan yang dianutnya dengan rakyatnya. Berbeda keyakinan membuat penguasa saat ini merasa legal untuk melakukan genosida terhadap rakyatnya yang tidak seakidah dengannya. Padahal perilaku genosida ini masuk dalam kategori dzolim, tersebab merampas hak hidup manusia tanpa hak.
Jauh sebelum hari ini terjadi, sebetulnya Rasulullah Muhammad SAW, telah memberikan contoh dan teladan terbaik dalam menghadapi rakyatnya yang berbeda agama dan keyakinan dengan beliau. Muslim dan non muslim bisa hidup berdampingan dengan damai.
Contoh dan teladan ini dilanjutkan oleh para Khalifah setelahnya. Hingga kemakmuran bisa diperoleh dan dinikmati bersama-sama, baik oleh warga negara muslim ataupun non muslim. Pun demikian dengan jaminan keamanan, diperoleh merata oleh seluruh warga masyarakat, baik muslim maupun non muslim. Tidak ada pemaksaan masuk kedalam agama Islam. Semua berjalan sesuai aturan yang diberlakukan saat itu. Yaitu syariat Islam.
Para Khalifah berlaku adil. Mereka hanya akan mengadili orang-orang yang berbuat dzolim yaitu orang-orang yang merampas hak orang lain tanpa hak. Semua jelas aturan mainnya, tidak ada yang abu-abu atau samar.
Semua manusia memahami aturan main syariat Islam, karena syariat Islam berjalan berdasarkan konsep yang jelas. Yaitu halal dan haram, bukan kepentingan bisnis apalagi kapitalisasi.
Karenanya tidak ada satupun manusia tersamarkan pemahamannya atas hukum syariat Islam. Yang memiliki landasan hukum yang sangat jelas yaitu halal dan haram.
Hukum syariat Islam telah menetapkan kewajiban seorang pemimpin muslim agar mampu memberikan pertolongan kepada mereka yang meminta pertolongan. Kepada mereka yang terdzolimi.
Walaupun, harus menyeberangi lautan dan mendaki gunung yang curam. Walaupun harus berhadapan berhadapan dengan seorang pemimpin yang dzolim yang melakukan kedzoliman, yang memiliki pasukan dan persenjataan militer yang canggih. Pertolongan wajib diberikan oleh seorang pemimpin muslim yang adil untuk menolong manusia-manusia yang terdzolimi.
Pemimpin yang adil yang mampu menolong manusia-manusia yang terdzolimi hanyalah seorang Khalifah, yang memimpin manusia dalam sistem Khilafah yang menerapkan syariat Islam kaffah. Bukan yang lain.
Karenanya, terlihat jelas urgensitas keberadaan Khilafah dan khalifah dalam urusannya untuk membebaskan manusia-manusia yang terdzolimi oleh para penguasa dzolim.
Keberadaan Khilafah menjadi penting untuk segera diwujudkan, untuk menekuk setiap pemimpin dzalim yang hanya berani pada manusia-manusia yang tak berdaya.
Dan mewujudkan kekhilafahan yang akan menolong orang-orang yang terdzolimi hanya akan terwujud dengan menggulingkan sistem sekuler kapitalis dan menggantinya dengan sistem Islam kaffah. Hingga keberadaan sistem Islam kaffah mampu mengantarkan banyak kebaikan untuk manusia. Hingga Islam sebagai rahmatan lil alamin, mampu terealisasi dengan nyata dalam kancah kehidupan.[MO/sr]
Tidak ada komentar