Breaking News

Nasionalisme Membutakan Mata Hati Para Pemimpin Mengaku Muslim, Umat Butuh Khilafah


Oleh : Dian Riana Sari

Mediaoposisi.com-Kabar yang mengejutkan datang dari putra mahkota Arab Saudi Muhammad Bin Salman yang melakukan kunjungan  ke berbagai negeri dan salah satunya adalah Cina. Kunjungan beliau ke Cina ini bukan dalam rangka membantu menyelamatkan etnis muslim Uighur yang sedang didzalimi di Cina melainkan untuk menguatkan kesepakatan dagang antara kedua negara.

Dikutip dari kiblat net  Muhammad Bin Salman mengatakan bahwa Cina memiliki hak untuk melakukan pekerjaan anti-terorisme dan ekstremisme untuk keamanan nasionalnya.

Presiden Cina Xi Jinping, mengatakan kepada putra mahkota bahwa kedua negara harus memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi guna mencegah infiltrasi dan penyebaran pemikiran yang dianggap ekstrem.

Dalam kunjungan kerja tersebut putra Mahkota Arab saudi sendiri juga menyepakati untuk memasukkan bahasa cina ke sekolah sekolah di negeri Arab. Kunjungan yang dilakukan oleh putra mahkota Arab Saudi ini semata-mata hanya untuk menguatkan kerja sama dagang yang menguntungkan antara kedua negara.

Apa yang dilakukan oleh putra mahkota Arab Saudi jelas sangat menyakiti hati seluruh umat muslim terlebih lagi umat muslim di Uighur. Padahal sangat jelas bagaimana kebiadaban yang dilakukan pemerintah Cina kepada etnis uighur. Kerja sama itu telah memberikan kesepakatan yang melukai  hati kaum muslimin.

Ketika Arab saudi yang diharapkan bisa untuk membantu membebaskan kaum muslimin di Uighur justru malah sebaliknya yang terjadi, Arab saudi tunduk di hadapan negara yang menumpahkan darah saudaranya. Bahkan Arab saudi ikut mendukung pembangunan kemp konsentrasi guna membantai kaum muslimin di sana.

Tapi faktanya hubungan kerja sama antara negari-negeri muslim dengan pemerintah Cina membuat para pemimpin muslim tidak mampu untuk berbuat apa-apa selain diam dan mendukung  kebiadaban itu.

Padahal kedzaliman yang dilakukan pemerintahan Cina itu sudah bukan rahasia lagi. Bahwa Cina telah menahan sekitar satu juta Muslim Uighur di kamp konsentrasi untuk memaksakan pemahaman atheisme terhadap Kaum muslim Uighur.  Apa yang dilakukan oleh pemerintah Cina jelas sudah sangat keterlaluan dan melampui batas kemanusian.

Indonesia sendiri yang menjadi negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, pemimpinnya justru diam dan malah menganggap hanya persoalan internal dalam negeri saja. Banyaknya aksi solidaritas yang dilakukan kaum muslimin diberbagai penjuru negeri juga tidak mampu untuk membuka mata hati para pemimpin muslim agar segera memberikan pertolongan.

Termasuk pemimpin indonesia juga tidak mengeluarkan tanggapan sedikit pun. Jangankan untuk memutuskan kontrak kerja sama dengan negara penjajah itu, sekedar mengecam saja tidak dia perbuat. Sangat memilukan dan mengiris hati melihat kondisi kaum muslimin di Uighur.

Tidak ada satu pun penguasa Muslim sampai detik ini mampu membantu dan membebaskan mereka.

Dikarenakan adanya kepentingan nasional yang mengikat dalam kerja sama dengan pemerintahan Cina itulah yang membuat para pemimpin Muslim hanya diam dan menutup mata dan telinganya.
Sangat bertentangan dengan sabda Rosululloh :

Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam�

Kaum muslimin adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Bila seluruh kaum muslimin bersatu pastilah akan mampu melawan kedzaliman dan penindasan yang dialami saudara seaqidah kita diseluruh penjuru dunia. Termasuk yang sedang dialami di Uighur.

Apa yang menyebabkan dunia diam melihat kedzaliman ini?
Ikatan Nasionalismelah  yang telah memecah belah umat islam saat ini. Hingga banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan keadaan saudara seaqidahnya.

Adanya ketergantungan ekonomi dengan negara penjajah juga menjadi salah satu faktor penyebab diamnya para pemimpin muslim. Sangat jelas nampak keberpihakan para pemimpin muslim bukan kepada kaum muslimin. Tapi lebih kepada kepentingan nasional saja.

Kebiadaban Cina ini harus dihentikan agar tidak ada lagi yang menjadi korban. Kaum muslimin harus mendapatkan perlindungan dan dijamin keselamatannya. Upaya yang dilakukan untuk menolong kaum muslimin di Uighur bukan hanya sekedar kecaman atau keprihatinan saja.

Tetapi sudah seharusnya para pemimpin muslim berani menurunkan tentaranya untuk menyelamatkan saudara kita disana. Tapi pada faktanya para pemimpin muslim tidak mampu melakukannya.

Untuk itu kaum muslimin butuh pemimpin yang berani dan mampu melindungi darah dan harga diri umat. Selama masih dalam sistem demokrasi tidak akan mampu melahirkan pemimpin yang diharapkan umat. Hanya dengan tegaknya sistem islam secara kaffah yang akan melahirkan pemimpin yang mampu membebaskan seluruh  umat dari kedzaliman.

Kaum muslimin butuh khilafah. Dengan tegaknya khilafah akan mampu melahirkan Pemimpin yang menerapkan Hukum Islam secara kaffah  yang tidak akan didikte oleh negara penjajah manapun. Hingga akhirnya mampu menyelamatkan dan mengembalikan harga diri dan darah kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.

Tidak ada komentar