Kartu Pra-Kerja Tidak Mungkin Terwujud dalam Sistem Kapitalisme
Oleh: Nidaï¿œul Haq
(Mahasiswa Gizi FKM Unair)
Baca Juga: Jokowi Bagi-Bagi Sertifikat, Warga Memilih Pindah Masjid
Pemerintah menjanjikan akan mengeluarkan kartu pra-kerja untuk masyarakat yang belum memiliki pekerjaan dan yang baru saja lulus dari bangku SMA/SMK dan lulusan universitas yang belum diterima bekerja. Sebuah janji yang sangat menggiurkan bukan?
Tapi masih ada keraguan dalam hati ini bahwa kartu ini tidak akan pernah terwujud secara nyata di masa mendatang. Bagaimana tidak?Janji yang sebelumnya telah diucapkan saja tidak terealisasikan.
Hutang di negeri ini masih sangat banyak, bahkan jalan tol yang baru dibangun masih menghutang. Dana mana yang akan digunakan kelak untuk mewujudkan kartu pra-kerja ini?
Perlu kita sadari saat ini mereka sedang panik berlebihan menghadapi masyarakat yang mulai berbelok pilihan. Terlihat dari banyak orang-orang yang ditangkap padahal hanya mengungkapkan kebenaran.
Mereka tidak memahami betul makna melayani masyarakat seperti apa, yang dipahami sekaligus diinginkan hanyalah dapat terpilih lagi sehingga bos dibalik layar akan senang, kantong pun semakin menebal. Mereka tidak paham sama sekali makna politik yang hakiki.
Apalagi memahami makna politik dalam islam yang menempatkan bagaimana melayani masyarakat dengan benar, alih-alih mereka melakukan semua ini semata untuk melayani pemegang modal terbesar.
Perlu diperhatikan pula bahwasannya merekahanya akan membuat janji ketika kampanye, saat suara rakyat dibutuhkan bagi masa depan diri, partai dan para kapitalis serakah di belakangnya.
Padahal umat perlu diperhatikan setiap saat, bukan hanya ketika kampanye berlangsung dengan mengumbar janji-janji yang jelas akan diingkari. Kembali lagi, dalam sistem demokrasi kapitalisme saat ini mereka para penguasa bukan melayani umat, melainkan para pemilik modal terbesar.
Berbeda sekali ketika melihat pemerintahan dalam sistem islam.Pemimpin memahami betul bahwa dirinya adalah pelayan bagi umatnya, sesuai dengan ajaran Nabi SAW dalam berbagai hadis shahih. Pemimpin menjamin setiap kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi.
Hanya berpegang teguh pada syariat islam dalam mengatur umat, tinggal menggunakan saja aturan yang sudah disediakan Allah SWT dan dilaksanakan sebaik mungkin tanpa perlu memberikan janji-janji palsu. Karena syariat Islam sudahlah sempurna, tinggal penguasa dan umat mau melaksanakannya atau tidak.
Apabila pemimpin tidak melaksanakan sesuai dengan syariat maka dia sudah bermaksiat besar dan harus segera di evaluasi. Bisa jadi malah dimakzulkan karena kezalimannya.
Sehingga tidak akan ada masyarakat yang tidak tercukupi kebutuhan hidupnya. Mereka sangat sejahtera karena adanya mekanisme oleh negara yang membuat itu menjadi nyata.
Mewujudkan kesejahteraan dengan syariat sangatlah mudah, ketika kita mau membuka diri untuk menerapkan syariat islam dalam setiap kehidupan kita, karena hanya dengan islam sebagai aturan yang sempurna kesejahteraan dapat terwujud.
Itulah gambaran Islam dalam Khilafah. Suatu jaminan kehidupan sejahtera dari Allah pemilik alam. Ketika Khilafah mewujud sebagai negara penerap syariat Islam kaffah untuk mengatur dan melayani seluruh urusan umat, maka tak perlu ada janji-janji basi yang ditebar di sana-sini. Itulah kehidupan yang kita cari, untuk kebaikan dunia dan akhirat kita nanti.[MO/ad]
Post Comment
Tidak ada komentar