Miris... Bukannya Ditolong, Dagangan Kakek Penjual Roti Malah Dijarah Kawanan Bajing Loncat
Ilustrasi bajing loncat. |
Ada sebuah video yang dibagikan di facebook, tentang kriminalitas di sebuah negara di Amerika Latin. Memperlihatkan beberapa adegan penjambretan di lokasi keramaian. Para jambret rata-rata masih remaja.
Mereka dengan bebas menjalankan aksinya. Seolah tidak ada lagi hukum yang berlaku. Korbannya adalah para turis yang sedang menyeberang jalan hingga yang sudah berada di bus.
Kejadian dalam video tersebut ternyata juga terjadi di negeri tercinta ini. Salah satunya di kawasan Medan Utara. Tepatnya di perlintasan kereta api di Jalan Rumah Potong Hewan, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli.
Sekelompok remaja kerap nongkrong di rel, setia menunggu mangsa. Yaitu truk atau mobil pengangkutan yang melintasi kawasan mereka. Jika sopir tidak mau memberi 'uang rokok' maka siap-siap bawaannya berpindah tangan.
Salah satu modusnya, dengan menggeser kaca spion hingga sopir tidak bisa melihat keadaan mobil bagian belakang. Dengan lincah layaknya seorag ninja, kawanan yang lain pun 'membredeli' barang berharga yang dibawa.
Namun dari pantauan kami, ada beberapa kisah teramat miris. Korbannya seorang kakek penjual roti dan pedagang sayur yang ingin belanja kebutuhan warungnya.
Menurut keterangan seorang warga, sebut saja namanya Joko, pernah ada seorang kakek penjual roti melintasi rel. Tak kuat mengayuh, kakek itu pun turun dari sepeda. Lalu dengan perlahan, mendorong sepeda yang penuh dengan roti.
Tak lama kemudian, beberapa remaja datang mendekat. Namun bukannya berniat menolong, melainkan menjarah dagangan si kakek yang hanya bisa pasrah.
Warga sekitar tidak mampu melarang. Mereka takut menjadi korban keganasan remaja yang juga merupakan kawanan bajing loncat tersebut.
Kisah serupa juga menimpa Sopian (65), warga Jalan RPH. Pedagang kedai sayur mayur ini pernah jadi korban penjambretan di rel Mabar saat ingin belanja ke Pulo Brayan.
Seperti biasa, usai shalat Subuh, Sopian bergegas untuk belanja sayur mayur yang nantinya akan dijual. Setiap hari ia berjalan sekitar 400 meter menuju Simpang Mabar. Kemudian menunggu angkutan yang melewati Pajak Pulo Brayan.
Di satu subuh yang naas, Sopian harus rela kehilangan dompet berisi modalnya saat melintasi rel. Seorang remaja bertubuh kurus mendorong tubuhnya. Lalu dengan sigap mengambil dompet yang sedang dipegang Sopian.
Kejahatan demi kejahatan terjadi di depan mata. Namun tak satu pun yang bisa menghentikan. Remaja-remaja penerus bangsa, harus terus terjebak di lembah hitam.
Berbagai usaha sudah dilakukan. Hasilnya tetap nihil. Para korban juga enggan melaporkannya ke pihak yang berwajib. Dan pelaku pun seperti berada di atas angin. Mereka semakin 'percaya diri'.
Hingga tulisan ini dimuat, kawanan bajing loncat itu masih sering terlihat di sepanjang rel di Jalan RPH Mabar. Sambil menghisap lem kambing dari sebuah bungkusan plastik kecil. Menanti mangsa layaknya kawanan Hyena. Entah sampai kapan...
Tidak ada komentar