Breaking News

Kisah Gus Dur, Bendera Bintang Kejora, dan Wiranto


Jakarta -  Mantan menteri penelitian dan teknologi, Muhammad AS Hikam, mengatakan bahwa Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memiliki pendapatnya sendiri tentang Bintang Kejora atau bendera Bintang Kejora di Papua.

Hikam mengatakan Gus Dur menganggap bintang pagi sebagai bagian dari budaya daerah. �Dia mengakui bendera itu sebagai simbol budaya, bukan tanda kemerdekaan atau pemisahan Papua dari Indonesia. Dia ingin menggunakan kata yang sangat sederhana bahwa itu adalah spanduk, �kata Hikam kepada Tempo, Minggu, 1 September.

Dalam bukunya yang berjudul Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita diterbitkan pada tahun 2003, Hikam bercerita tentang bendera, Gus Dur, dan Wiranto.

Dia menegaskan bahwa Gus Dur menegur Wiranto, yang pada waktu itu adalah Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, untuk tidak khawatir tentang pengibaran bendera  dan menganggapnya sebagai spanduk selama masih ada bendera Indonesia.

Namun, Wiranto membalas dan mengatakan pengibaran bendera menyebabkan kerugian. Gus Dur kembali memarahinya. �Pikiran Anda harus diubah, apa yang sulit untuk menganggap Bintang Kejora sebagai spanduk. Bahkan permainan sepak bola memiliki banyak bendera, �katanya.

Hikam menjelaskan bahwa Gus Dur memberikan konsensus budaya tentang syarat tidak akan ada permintaan untuk kemerdekaan dari Indonesia. Sementara permintaan lain, seperti otonomi khusus, bisa dibahas.

�Yang penting adalah bahwa seharusnya tidak ada negara Papua yang merdeka. Itu saja. Sementara hal-hal lain dapat dimasukkan ke dalam dialog, �kata Gus Dur.

Hikam tidak membantah banyak pihak, baik dari mereka yang mendukung Organisasi Papua Merdeka ( OPM ) atau pemerintah, masih menganggap pengibaran bendera Bintang Kejora sebagai simbol pemisahan. Jadi, selama ada pandangan budaya dan politik tentang bendera tersebut, Papua dan pemerintah akan mengalami kesulitan untuk mengadakan dialog.

Tidak ada komentar