Asal Mula Kapitra Mengaku Masih Menyembah Allah Meski Coblos Jokowi
Pendukung Joko Widodo Kapitra Ampera, menyampaikan kritik puisi Neno Warisman dalam Munajat 212 yang dianggap mengkhawatirkan. Ia menyebut pihak sipil tidak mengenal perang dan pengalihan kekuasaan harus dilakukan secara damai lewat pemilu.
"Di kalimat 87 sampai 90 itu mengkhawatirkan. Lalu di kalimat 104-105 itu bicara tentang pasukan, ini yang arahnya bingung," kata Kapitra dalam Indonesia Lawyers Club, Selasa 26 Februari 2019.
Doa Perang Badar di masa Nabi Muhammad SAW, kata dia, tidak relevan dengan kondisi politik di Indonesia. Di sini katanya telah diatur konstitusi bahwa kontestasi politik harus damai, tidak ada konfrontasi antar anak bangsa, suku atau agama.
Ia menyindir dengan mempertanyakan istilah �menang� dalam doa Perang Badar Neno pada saat ini berarti menang dalam menundukkan hawa nafsu atau dalam kontestasi politik. Dia menilai menang dalam doa Neno lebih kepada kontestasi politik.
"Ini kok politik. Lho saya masih menyembah Allah walau mendukung 01. Minta pasukan terbaik? Lu siapa? Untuk kalahkan 01? Enggak perlu. Karena kita ini pesta demokrasi," kata Kapitra.
Mengenai seruan perang total dari Moeldoko, dia menilai istilah perang yang dilontarkan dari siapapun tidak baik. Karena menurutnya politik haruslah berjalan damai.
"Kita ingin koreksi, yang mengucapkan kata perang itu tidak tepat. Karena politik dibangun dalam azas kedamaian," kata Kapitra.
Tidak ada komentar