Breaking News

Setelah Aksi Damai 212 dan 812, Ini Pesan Erdogan yang Bikin Panik Israel dan Sekutunya


Aksi super damai di Indonesia 2 Desember kemarin dan dilanjutkan dengan aksi 8 Desember di Malaysia ternyata mendapat perhatian dari Presiden Turki, Erdogan. Dibeberapa kesempatan Erdogan mengatakan bahwa dua aksi dengan massa besar tersebut sudah mencerminkan Islam yang damai. Tidak seperti aksi di Prancis.

"Dengan jumlah peserta yang sangat banyak, namun aksi berjalan sangat damai. Indonesia dan Malaysia membuktikan Islam yang damai," ujar Erdogan di depan rakyat Turki.

"Kekuatan persaudaraan tersebut juga menjadi inspirasi umat muslim di dunia agar bersatu dan menyirami dunia ini dengan kedamaian. Bukan dengan pertumpahan darah bertopeng demokrasi, seperti yang dilakukan Amerika Serikat dan kroninya, Israel," sebut Erdogan lagi.

Erdogan juga menyerukan persatuan negara Islam demi membebaskan Palestina dari cengkraman Israel.

"Banyak negara Islam yang sedang terzalimi. Negara adidaya hanya menginginkan sumberdaya alam dan menumpahkan darah umat muslim. Aksi damai di Indonesia dan Malaysia jadi tonggak bersejarah untuk kebangkitan Islam di dunia. Dan mematahkan dominasi negara zalim," tegas Erdogan yang diiringi teriakan setuju rakyat Turki.

Setelah diumumkan terpilih sebagai presiden Turki dalam pilpres kemarin, Erdogan mengucapkan sebuah kalimat yang mengindikasikan kekuatan aqidahnya. Merespons teriakan "Berdirilah tegak rakyat ini bersama Anda" oleh pendukungnya, Erdogan seperti dilansir Kantor Berita Anadolu Agency mengatakan, "Kalian tak usah khawatir, kami belum (pernah) membungkuk di hadapan kekuatan apapun di dunia ini, kami hanya tunduk di hadapan Allah dalam ruku' dan sujud."

Semua mata muslim tertuju kepadanya. Sebab, Erdogan sukses memanfaatkan jabatannya untuk membangun negerinya dan memberikan sumbangsih besar bagi eksistensi peradaban Islam. Dari realitas tersebut, tak heran jika nama Erdogan semakin masyhur di negeri-negeri muslim.

Runtuhnya imperium Utsmaniyah satu abad silam, membuat tidak ada lagi pemimpin bagi dunia Islam. Negeri-negeri muslim tercerai berai. Dan, usaha menuju persatuannya selalu mendapat kendala yang sangat berat. Para penyeru persatuan dunia Islam tidak jarang bernasib tragis.

Saat dunia Islam dalam ketertindasannya, negeri-negeri lain justru terus bergerak maju. Uni Eropa secara tidak langsung menasbihkan dirinya sebagai penaung bagi umat Kristiani. Rusia dan China bagi komunis. India bagi kaum Hindu. Amerika melindungi Yahudi dan juga Kristiani. Sementara, Islam dan kaum muslimin relatif tidak ada lagi yang menaungi peradabannya.

Kita menyaksikan bagaimana tanah Palestina sejengkal demi sejengkal dicaplok Israel sehingga saat ini hanya menyisakan jalur Gaza dan Tepi Barat yang sempit. Dan, parahnya pencaplokan itu sampai saat ini terus berlangsung. Umat Islam di sana terus menerus dihina. Apalagi, umumnya pemimpin dunia Islam hanya bisa diam membisu. Mereka tidak berani bersuara.

Dalam kondisi seperti ini, sangat logis jika dunia Islam menaruh harap pada Turki di bawah kepemimpinan Erdogan. Bukan saja karena alasan sejarah, namun juga faktor track record kepemimpinan Erdogan. Turki memang belum menjadi negara kuat selevel dengan Amerika, China, dan Rusia. Tapi, Erdoogan sadar keunggulan peradaban Islam dan sejarah agung bangsanya. Maka suatu hari ia mengatakan, "Peradaban besar yang pernah runtuh harus dibangun kembali di atas puing-puing keruntuhannya."

Erdogan juga sadar orang-orang yang terzalimi di seluruh dunia berada di belakangnya. Rakyat senantiasa mendukungnya dalam kondisi apapun. Bahkan rakyatnya rela mengorbankan nyawa saat menggagalkan kudeta militer yang disponsori Fethullah Gulen Organization (FETO).

Maka, berbekal kekuatan iman dan Islamnya, Erdogan terus maju menjadi pemimpin muslim yang paling keras bersuara membela negeri-negeri Islam. Berbekal keberhasilan pembangunan di negerinya, Turki juga terus begerak membantu negeri-negeri muslim di berbagai belahan dunia, dari Afrika sampai ke Asia lewat berbagai NGO-nya seperti IHH, TIKA dan sebagainya.

Di dalam negeri, Turki juga merawat lebih dari tiga juta pengungsi Suriah yang lari dari perang. Bahkan, saat sejumlah negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan "menyerbu" Qatar sesuai skenario Israel, Turki dengan sigap mengirim pasukannya untuk mengantisipasi kemungkinan buruk ini. Erdogan juga terus mengajak dunia Islam bersatu. Ia juga menyuarakan reformasi PBB.

Suatu ketika ia mengatakan, dunia yang luas ini tidak bisa diatur hanya oleh lima negera pemegang hak veto di PBB, yaitu Amerika, Rusia, China, Prancis, dan Inggris. Erdogan melihat tidak adanya negara muslim dalam daftar negara pemegang hak veto telah menyebabkan dunia yang sangat sewenang-wenang kepada umat Islam. Hal semacam ini tampak tidak pernah disuarakan pemimpin dunia Islam lainnya.


Tidak ada komentar