Breaking News

Risiko Terbesar Penularan Covid-19 pada Tenaga Kesehatan dari Luar Rumah Sakit

Brotherhood - Jakarta. Studi baru yang diterbitkan di JAMA Network Open, menunjukkan bahwa risiko terbesar penularan Covid-19 pada tenaga kesehatan bukan berasal dari rumah sakit atau tempat kerjanya.

Dalam studi tersebut mengungkapkan bahwa ternyata tenaga kesehatan memiliki faktor risiko infeksi Covid-19 yang lebih kuat di luar rumah sakit, tempatnya bekerja.

Studi ini dilakukan para peneliti dari Fakultas Kedokteran University of Maryland, peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan tiga perguruan tinggi lainnya di Amerika Serikat.

Baca Juga: Rahasia Tentara Cara Cepat Tidur Dengan Nyenyak

Dikutip dari Medical Xpress, Kamis (11/3/2021), penelitian tersebut dilakukan dengan memeriksa data survei dari hampir 25.000 penyedia layanan kesehatan di Baltimore, Atlanta dan Chicago, termasuk rumah sakit University of Maryland Medical System (UMMS).

Peneliti menemukan bahwa keterpaparan tenaga kesehatan di dalam komunitas memiliki faktor risiko yang lebih kuat, pada seseorang yang dites positif Covid-19.

"Informasi ini meyakinkan karena menunjukkan bahwa diperlukan tindakan pencegahan infeksi yang berpotensi menyebar di fasilitas perawatan kesehatan," kata rekan penulis Anthony Harris, Profesor Epidemiologi & Kesehatan Masyarakat di UMSOM. Kompas.com

Harris juga menekankan bahwa vaksinasi bagi tenaga kesehatan, bagaimana pun juga harus tetap menjadi prioritas, karena paparan virus corona akan terus menerus terjadi di lingkungan kerja.

Baca Juga: Kerja Keras Pemprov DKI Jakarta Berhasil Turunkan Penyebaran Covid-19

"Ada juga kebutuhan mendesak untuk menjaga kesehatan penyedia layanan kesehatan, sehingga mereka dapat merawat pasien yang sakit dan mengurangi risiko penularan virus ke pasien yang rentan," jelas dia.

Studi ini juga dilakukan oleh para peneliti dari Emory University School of Medicine and Rollins School of Public Health di Atlanta, Rush University Medical Center Chicago dan John Hopkins University School of Medicine.

"Faktor-faktor yang dianggap berkontribusi paling besar terhadap risiko infeksi di antara penyedia layanan kesehatan, termasuk (tenaga kesehatan) merawat pasien Covid-19, tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko dalam studi ini," kata rekan penulis studi Sujan Reddy, spesialis penyakit menular CDC.

"Risiko tertinggi (infeksi Covid-19) pada tenaga kesehatan mungkin dari paparan di komunitas," jelas Reddy.

Kendati demikian, studi ini memiliki beberapa peringatan penting. Sebab, praktik pengendalian infeksi tidak distandarisasi di berbagai situs perawatan kesehatan.

Penelitian jug atidak dapat menentukan tingkat keefektifan alat pelindung diri (APD) termasuk respirator N95, masker bedah maupun pakaian APD serta pelindung wajah.

Penelitian juga tidak dapat menentukan apakah praktik pengendalian infeksi tertentu, seperti seringnya desinfeksi permukaan di ruang ujian, lebih baik daripada yang lain dalam mencegah penyebaran infeksi.

Baca Juga: Siap-Siap Mulai April, Pemerintah Setop Listrik Gratis Untuk Masyarakat

Mengonfirmasi bukti dari studi lain, penelitian ini menemukan bahwa orang kulit hitam Amerika yang merupakan petugas kesehatan lebih mungkin dites positif Covid-19 daripada rekannya yang kulit putih.

Peneliti menduga kemungkinan hal ini adalah bentuk disparitas yang ada dalam paparan Covid-19 di antara komunitas daripada paparan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan.

"Kami telah menjadikan keselamatan anggota tim (tenaga kesehatan) kami sebagai prioritas utama selama pandemi ini, dan sangat memuaskan melihat bahwa upaya kami untuk mencegah penyebaran Covid-19 di rumah sakit telah berhasil," kata Mohan Suntha, MD, MBA, Presiden dan CEO UMMS.

Selain itu, para peneliti juga menegaskan bahwa tenaga kesehatan dan rumah sakit ada di garis depan dalam memerangi Covid-19.

Oleh sebab itu, studi ini sangatlah penting dalam upaya tindakan pencegahan dan pengendalian inbfeksi yang dapat melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka.

"Kami perlu tahu bahwa kami melakukan semua yang kami bisa untuk melindungi pahlawan (tenaga kesehatan) perawatan kesehatan kami (dari penularan Covid-19), dari memberi mereka alat pelindung yang memadai hingga memberi mereka akses awal ke vaksin," tulis peneliti.


Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

 

Tidak ada komentar