Usulan Publik Makin Ramai, Pemerintah Didesak Bentuk Tim Independen Pencari Fakta Kematian Anggota FPI
GELORA.CO - Kasus bentrokan antara anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) dengan pihak kepolisian pada Senin dinihari (7/12) memicu desakan pembentukan Tim Independen Pencari Fakta.
Pasalnya, baik pihak kepolisian maupun FPI sama-sama keukeuh dengan versi mereka soal bentrokan yang mengakibatkan kematian 6 anggota Laskar FPI tersebut.
Lebih jauh, Direktur Indonesia Future Studies (INFUS), Gde Siriana Yusuf, menilai kasus ini adalah sebuah persoalan besar bagi civil society. Karena ini adalah masalah kemanusiaan yang harus disikapi secara serius.
"Perlu hadir rasa simpati di masyarakat (dalam kematian laskar FPI), walaupun secara politik tidak mendukung HRS (Habib Rizieq Shihab)," ucap Gde Siriana, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (9/12).
Karena itu, desakan untuk membentuk Tim Independen Pencari Fakta (TIPF) pun makin kuat muncul di masyarakat.
Menurut Gde Siriana, setidaknya ada 70 individu atau lembaga yang telah mengajukan usulan agar pemerintah segera membentuk TIPF. Jumlah ini dihimpun Gde Siriana dari pernyataan dukungan atau usulan yang beredar di media sosial.
Pihak-pihak yang telah mengusulkan pembentukan Tim Independen Pencari Fakta, antara lain:
1. Fadli Zon/DPR RI
2. Mardani Ali Sera/DPR RI
3. Habiburokhman/DPR RI
4. Neta S Pane/IPW
5. Usman Hamid/Amnesty International
6. Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI)
7. PP Muhammadiyah
8. PAHAM
9. KontraS
10. Hidayat Nurwahid/DPR RI
11. Fahira Idris/DPD
12. KALAM UI
13. LBH Jakarta
14. YLBHI
15. ICJR
16. IJRS
17. Refly Harun
18. Romo Syafi'i/DPR RI
18. HRWG
20. Institut Perempuan
21. LBH Masyarakat
22: LeIP
23. KontraS
24. SETARA Institute
25. PSHK
26. ELSAM
27. Amnesty International Indonesia
28. Public Virtue Institute
29. PBHI
30. PIL-Net
31. ICEL
32. Nasir Djamil/DPR RI
33. Asosiasi LBH APIK Indonesia
34. Imparsial
35. LBH Pers
36. Majlis Nasional KAHMI
37. Adang Daradjatun/DPR RI
38. Rabithah Alawiyah
39. Hamdan Zoelva/Syarikat Islam
40. Komnas HAM
41. Aa Gym
42. Jazuli Juwaini/DPR
43. Ustaz Abdul Shomad
44. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
45. Saleh Partaonan Daulay/DPR RI
46. PB HMI MPO
47. Linkom Aljer/Alumni Jerman
48. Paskah Irianto/Ketua Majelis Anggota PBHI Jabar
49. Japrak Haes/Kartunis
50. Eko Dananjaya/Aktivis Yogyakarta
51. Agusto/Google & Pegiat Medsos
52. Bambang kurniawan/Akademisi
53. GeRAK indonesia
54. Andi M.Rasul/KOPI
55. Rin Sudjono/Komite Pendidikan Hak-hak Sipil
56. Sobarul Fajar/HUMANIKA
57. Asrianty Purwantini/Forum API
58. Don Adam
59. Prof Dr Muhammad Amien Rais
60. PKAD - Pusat Kajian dan Analisis Data
61. Institute for Democracy Education (IDe)
62. Perkumpulan Betawi Kita
63. Akhmad Syarbini/Ketum FAPI
64. Jus Suma Di Praja/wartawan senior Kompas 1970-1976
65. Eeng/Aktivis Bogor
65. Yuyuy Sunandar/Aktivis Bogor
66. Andi Rasul/Aktivis Cirebon
67. Andi Sahrandi/Aktivis senior angkatan '66
68. Yakub Arupalaka/Aktivis Islam
69. Nusyahbani K/LBH APIK
70. Komnas RIM
71. Budi Soleh Ibrahim/pensiunan ASN
"Jika tidak ada simpati masyarakat, sementara pemerintah juga tidak ada simpati, maka divided society ini akan terbawa terus hingga beberapa kali Pilpres ke depan. Ini sangat bahaya bagi bangsa kita," tegas Gde Sirian. (RMOL)
Tidak ada komentar