Breaking News

Solusi Islam, Mengubur Krisis Menjadi Eksis




Pandemi Corona yang tak kunjung reda berakibat perekonomian dunia berada di ambang kegagalan dan ketidakpastian. Beberapa negara di dunia telah mengalaminya yakni Singapura, Hongkong, Jepang, Prancis, Korea, Italia, tak terkecuali Indonesia.

Seperti dilansir jakpusnews.com (5/8/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis terkait data pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19. BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus hingga 5,32 persen pada kuartal II 2020. Padahal, pada kuartal I 2020, perekonomian Indonesia masih dinyatakan tumbuh dan berada pada angka 2,97 persen. Angka 5,32 persen itu diketahui berbanding terbalik dari kuartal II 2019 yang minus sebesar 5,05 persen.

Selain itu, BPS juga menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I 2020 telah terkontraksi di angka 1,26 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 alami kontraksi 5,32 persen dan kumulatif semester I 2020 kontraksi 1,26 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diramal minus 4% sampai minus 6%, ini berarti resesi mengancam di depan mata. Faktor lain penyebab resesi adalah adanya kebijakan PSBB dan locdown dimana dalam pelaksanaannya kurang konsisten sehingga ekonomi tidak segera pulih. Fakta di lapangan masyarakat tidak menemukan jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan bila terus PSBB. Kondisi ini berujung transaksi ekonomi turun drastis.

Pandemi yang merupakan masalah kesehatan berdampak sistemik ke  masalah sosial dan ekonomi. Menghantam seluruh lapisan masyarakat mulai dari rumah tangga sampai korporasi. Hal ini merupakan akibat yang rasional karena adanya keterkaitan dan ketergantungan dalam sistem ekonomi. Ketika pendapatan korporasi turun mereka akan mengurangi pengeluaran dengan jalan PHK, akibatnya pendapatan keluarga turun atau hilang sama sekali. Keluarga dan perempuan benar benar mengalami kesulitan memenuhi kebutuhannya.

Di sisi lain kebijakan pemerintah yang serba prematur dan tidak fokus, tidak bisa segera mengendalikan sebaran virus. Di beberapa daerah muncul kebijakan agar melakukan pengetatan kembali untuk menekan sebaran virus.

Akar masalah dari kegagalan menghadapi pandemi ini adalah karena diterapkannya sistem kapitalis yang hanya bersandar pada pertumbuhan ekonomi, PDB, kepentingan dan keuntungan materi. Kondisi ini mengharuskan kehadiran negara dengan solusi tuntas dan berkualitas.

Merupakan kebutuhan mendesak bagi negeri ini untuk mengambil solusi Islam yang diadopsi oleh negara untuk menghadapi dampak wabah yang mengancam nyawa dan menghantam kehidupan ekonomi. Umat harus segera disadarkan bahwa modal yang Allah anugerahkan bagi negeri ini sangat berlimpah dan mampu memberikan kehidupan sejahtera, hanya bila dikelola dengan sistem ekonomi Islam.

Kewaspadaan umat harus dibangun agar tidak terkecoh mengambil tawaran solusi tambal sulam dari kapitalisme, dengan peningkatan pemasukan dari ekonomi kreatif dan mengabaikan perampokan aset ekonomi strategis dari umat sebagai pemilik sahnya. Wallahua'lam bish-showab.[]


Oleh: Ummu Aman 
Anggota Komunitas Setajam Pena

Tidak ada komentar