Jejak Khilafah di Nusantara, Bongkar Pengaburan dan Penguburan Sejarah Islam
TintaSiyasi.com--- Ada pengaburan dan penguburan sejarah di dalam penulisan sejarah Nusantara. “Ada persoalan besar di dalam sejarah kita, karena saya melihat ada dua hal kejahatan dalam penulisan sejarah. Pertama, ada pengaburan sejarah dan kedua, ada penguburan sejarah,” ungkap Ustadz Ismail Yusanto, pengarah film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN), dalam acara Talk Show pra-Launching Film JKDN yang diselenggarakan secara live di kanal youtube Khilafah Channel, Ahad (2/8/2020).
Salah satu contoh penguburan sejarah, menurut Ismail adalah resolusi jihad (22 Oktober 1945) yang mendorong kaum Muslimin berjihad melawan penjajah yang dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November tidak pernah ditulis secara resmi sebagai Hari Resolusi Jihad. Belakangan mengenai fakta ini, diperingati sebagai Hari Santri (22 Oktober). “Ada penguburan sejarah di situ,” tandasnya.
Jihad yang selama ini menjadi pendorong para pahlawan melawan penjajah jarang disebut dalam khazanah perjuangan kemerdekaan. Dari fakta tersebut Ismail mengindera ada upaya pengaburan dan penguburan sejarah Islam.
Ismail juga menambahkan, seharusnya yang pantas mendapat gelar Bapak Pendidikan adalah KH. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan sekolah di Kauman, 11 tahun sebelum Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa (1922).
“Jadi jelas bahwa ada penguburan dan pengaburan sejarah, nah kenapa kok ada begitu? Sebab, kalau sejarah ditulis dengan benar, semuanya itu tampak Islam,” pungkas Ismail. []
Rep: Dewi S.
Post Comment
Tidak ada komentar