Begini Modus Politik Terbaru Menghilangkan Jejak Khilafah di Nusantara
TintaSiyasi.com-- Sama seperti penulisan sejarah, modus menghilangkan jejak khilafah di Nusantara juga dengan menguburkan dan mengaburkan hubungan erat khilafah dengan Nusantara. “Salah satu upaya menguburnya dengan terus menerus dikembangkan wacana Islam Nusantara, seraya mengembangkan propaganda memusuhi khilafah. Seolah-olah khilafah adalah barang yang baru di Nusantara dan sangat membahayakan negeri kita tercinta ini," ujar Joko Prasetyo dalam acara Bincang Tabloid Media Umat Ke-5: Jejak Khilafah di Nusantara, Siapa Bisa Bantah?, Ahad (9/8/2020) di kanal Youtube Follback Dakwah.
Apabila upaya mengubur ini tak berhasil, maka dikaburkanlah jejak yang masih terlihat, terbaru dengan membuat spanduk bertuliskan "Awas! Bahaya Laten Khilafah" yang dipasang di Cirebon lalu diviralkan di medsos.
Kata “laten” itu menunjukkan khilafah pernah ada di Nusantara ini, bahkan berbagai kesultanan di Nusantara ini secara terang benerang menginduk pada khilafah. “Jadi kata ‘laten’ tersebut merupakan pengakuan atas kegagalan mereka untuk mengubur jejak khilafah,” bebernya.
Karena tak bisa mengubur jejak khilafah dengan sempurna, maka bagian-bagian lainnya yang tampak, dikaburkan. “Contohnya dalam spanduk yang dipasang di Cirebon tersebut dikaburkan dengan kata ‘bahaya’” ujarnya.
Secara retoris Om Joy mempertanyakan bahaya bagi siapa? Tentu saja bukan bahaya bagi umat Islam karena bagi orang Islam tentu khilafah tidak berbahaya sama sekali, justru tegaknya kembali itu sangat dirindukan dan hukum menegakkannya jelas fardhu kifayah.
Bagi non Muslim pun menurutnya tidak berbahaya karena khilafah tidak pernah memaksa orang kafir masuk Islam. Orang kafir yang mau menjadi warga negara khilafah justru diperlakukan sangat baik. Mereka disebut ahlul dzimmah/kafir dzimmi. Sebagaimana orang Islam, mereka pun sekolah dan berobat gratis. Kehormatan mereka, harta mereka, nyawa mereka dilindungi. Mereka pun diberi kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
“Jadi bahaya bagi siapa dong? Ya kalau dipikir-pikir tentu saja menjadi bahaya bagi koruptor, pezina, pemabuk, pejudi, rentenir, antek penjajah, pengusa zalim dan pelaku maksiat lainnya. Karena dalam Islam mereka semua wajib ditindak tegas. Sedangkan khalifah bertugas menerapkan Islam secara kaffah termasuk menindak tegas mereka secara hukum, bahkan sampai hukuman mati lho, apa enggak menjadi bahaya laten bagi mereka? Ha… ha… ha…” pungkasnya.[]
Rep: Ika Mawar
Post Comment
Tidak ada komentar