Yang Penting Sebar Hoax Dulu, Urusan Lurus-Meluruskan Bisa Belakangan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim kalung tersebut efektif membunuh virus corona.
"Antivirus corona hasil Balitbangtan eucalyptus pohon kayu putih, dari 700 jenis satu yang bisa mematikan virus corona. Hasil lab ini mengusir virus, kami yakin, bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak," ucapnya.
"Ini sudah dicoba. Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42 persen dari corona. Kalau dia 30 menit maka bisa 80 persen. Ini ada roll-nya," jelasnya.
"Hasil lab ini mengusir virus, kami yakin, bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak," tambahnya.
Namun, baru diperkenalkan saja, gelombang penolakan terus terjadi bahkan ada yang membuat kalung saingan, dari kalung anti gerah terbuat dari es batu hingga kalung anti lapar yang didalamnya terdapat makanan. Lalu apa yang terjadi?
Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan tidak ada klaim antivirus virus corona Covid-19 di berbagai produk eucalyptus, termasuk kalung antivirus, roll on, hingga inhaler.
"Produk tetap harus melalui uji klinis. Kita menyadari itu belum punya. Tidak ada klaim antivirus di sini. Jadi kalung kita menyadari belum ada uji praklinis dan klinis, sehingga tidak ada klaim di situ. Butuh uji praklinis akan tetap dijalankan, segera kita lakukan itu," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry dalam konferensi pers, Senin (6/7/2020).
Awalnya menyebut antivirus namun tiba-tiba berubah jadi tak ada klaim antivirus bagi orang awam akan menyebutnya hoax namun mereka mengklaim itu bukan hoax melainkan “meluruskan”. Good Job.
Namun, produk tersebut harus tetap diproduksi entah apa yang membuatnya harus secepat itu, karena jika harus melakukan berbagai uji klinis butuh waktu lama. Bagaimana jika kalung tersebut harus tetap diproduksi. Semoga jawaban dari kementan bisa membuat kita tenang:
"Kalau pun tidak punya khasiat untuk membunuh virus corona (SARS-CoV-2), anggap saja ini kita menggunakan minyak kayu putih," kata pihak Kementan, Senin (6/7).
Fadjry mengatakan uji klinis membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara saat ini, Fadjry mengatakan pihaknya baru menguji eucalyptus selama 2 hingga 3 bulan.
"Kenapa uji klinis, harus waktu lama, kami yang baru menguji 2-3 bulan ini tidak mungkin. Uji klinis setidaknya butuh 1,5 tahun," tutur Fadjry.
Nah, jika harus menunggu terlalu lama, keburu coronanya hilang kalungnya siapa yang mau beli ? tanya seseorang yang baru lulus SD imajinasi.
Post Comment
Tidak ada komentar