Menag Lukman Ingatkan Bahaya Hoaks dan Radikalisme
IDTODAY,CO - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan bahaya radikalisme yang merasuki generasi muda oleh disinformasi ajaran agama dan hoaks melalui platform smartphone dan wahana berteknologi lainnya. Generasi yang lahir sejak pertengahan 1990-an sampai pertengahan 2000an merupakan pengguna gadget dan berbagai wahana informasi yang cepat.
Pernyataan ini disampaikan Lukman saat membuka Pentas PAI di Asrama Haji Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Kamis (10/10). Dia mengungkapkan, perlunya membekali generasi muda dengan kemapanan psikis dan spiritual.
"Pemahaman agama anak-anak kita sekarang adalah tanggungjawab kita semua, bukan hanya Kementerian Agama," katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/10).
Pentas PAI adalah Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam. Ini merupakan wahana kompetisi kesenian islami antar peserta didik dari jenjang SD, SMP hingga SMA/SMK.
Ada 10 cabang perlombaan yang akan dipertandingkan yaitu : Musabaqah Tilawatil Qur�an (MTQ), pidato, Musabaqoh Hifdzil Qur�an (MHQ), Cerdas Cermat, Kaligrafi, Nasyid, Debat PAI, Kreasi Busana, Penulisan Cerita Remaja Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja.
Pemahaman agama di kalangan generasi milenial, Lukman mengungkapkan, harus dijaga dengan berbagai varian kegiatan, termasuk pentas seni Islami ini. Generasi milenial harus memiliki pola pikir dan sikap moderat dalam beragama.
"Kami selalu mengembangkan pendekatan pembelajaran agama yang berbasis pemikiran kritis dan memiliki kelenturan intelektual," ujarnya.
Radikalisme di kalangan generasi Z menurut survey mencapai 38 persen. Untuk itu langkah kongkret harus dilakukan untuk membendung laju radikalisme kaum muda. Di sekolah-sekolah terdapat kegiatan kerohanian Islam di sekolah. Namun pada beberapa kasus, kegiatan Rohis malah menjadi pintu masuk radikalisme dan pemahaman agama sempit.
Kegiatan Pentas PAI adalah internalisasi nilai-nilai ajaran Islam sehari-hari dalam bentuk lomba. Ide-ide pluralisme akan masuk dalam tema-tema perlombaan seperti dalam lomba pidato, debat, nasyid, dan cerdas cermat.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan, acara ini diharapkan dapat menyalurkan minat dan bakat siswa sekolah ke arah yang positif.
"Kita ketahui generasi milenial tak luput dari godaan ideologi radikal. Maka kita beri mereka saluran yang jelas agar dapat menangkap prinsip agama Islam yang rahmatan lilalamin," katanya.
Dalam acara ini para guru dan pengawas pendidikan agama Islam hadir untuk memastikan seluruh mata lomba mengarah pada ide utama moderasi agama yang selama ini telah dikampanyekan oleh Kementerian Agama.
Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Rohmat Mulyana, menandaskan, acara ini rutin digelar dua tahunan. "Tahun ini 2000 peserta kita datangkan dari seluruh Indonesia," ujarnya.
Sebagai penanggungjawab teknis acara ini, Rohmat mengungkapkan, semua mata lomba merupakan aktualisasi tumbuhkembangnya minat dan bakat siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai agama Islam. "Kita berharap acara seperti ini menjadi tradisi kegiatan keagamaan peserta didik yang relevan dan kontekstual," pungkasnya.[mdk]
Pernyataan ini disampaikan Lukman saat membuka Pentas PAI di Asrama Haji Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Kamis (10/10). Dia mengungkapkan, perlunya membekali generasi muda dengan kemapanan psikis dan spiritual.
"Pemahaman agama anak-anak kita sekarang adalah tanggungjawab kita semua, bukan hanya Kementerian Agama," katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/10).
Pentas PAI adalah Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam. Ini merupakan wahana kompetisi kesenian islami antar peserta didik dari jenjang SD, SMP hingga SMA/SMK.
Ada 10 cabang perlombaan yang akan dipertandingkan yaitu : Musabaqah Tilawatil Qur�an (MTQ), pidato, Musabaqoh Hifdzil Qur�an (MHQ), Cerdas Cermat, Kaligrafi, Nasyid, Debat PAI, Kreasi Busana, Penulisan Cerita Remaja Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja.
Pemahaman agama di kalangan generasi milenial, Lukman mengungkapkan, harus dijaga dengan berbagai varian kegiatan, termasuk pentas seni Islami ini. Generasi milenial harus memiliki pola pikir dan sikap moderat dalam beragama.
"Kami selalu mengembangkan pendekatan pembelajaran agama yang berbasis pemikiran kritis dan memiliki kelenturan intelektual," ujarnya.
Radikalisme di kalangan generasi Z menurut survey mencapai 38 persen. Untuk itu langkah kongkret harus dilakukan untuk membendung laju radikalisme kaum muda. Di sekolah-sekolah terdapat kegiatan kerohanian Islam di sekolah. Namun pada beberapa kasus, kegiatan Rohis malah menjadi pintu masuk radikalisme dan pemahaman agama sempit.
Kegiatan Pentas PAI adalah internalisasi nilai-nilai ajaran Islam sehari-hari dalam bentuk lomba. Ide-ide pluralisme akan masuk dalam tema-tema perlombaan seperti dalam lomba pidato, debat, nasyid, dan cerdas cermat.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan, acara ini diharapkan dapat menyalurkan minat dan bakat siswa sekolah ke arah yang positif.
"Kita ketahui generasi milenial tak luput dari godaan ideologi radikal. Maka kita beri mereka saluran yang jelas agar dapat menangkap prinsip agama Islam yang rahmatan lilalamin," katanya.
Dalam acara ini para guru dan pengawas pendidikan agama Islam hadir untuk memastikan seluruh mata lomba mengarah pada ide utama moderasi agama yang selama ini telah dikampanyekan oleh Kementerian Agama.
Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Rohmat Mulyana, menandaskan, acara ini rutin digelar dua tahunan. "Tahun ini 2000 peserta kita datangkan dari seluruh Indonesia," ujarnya.
Sebagai penanggungjawab teknis acara ini, Rohmat mengungkapkan, semua mata lomba merupakan aktualisasi tumbuhkembangnya minat dan bakat siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai agama Islam. "Kita berharap acara seperti ini menjadi tradisi kegiatan keagamaan peserta didik yang relevan dan kontekstual," pungkasnya.[mdk]
Post Comment
Tidak ada komentar