Kisah Wamena yang Ditutup-tutupi: Dokter Muslimah Syahid Setelah Diperk*sa
Tragedi Wamena pada 23 September 2019 masih menyisakan luka, duka, dan tanya. Jika tak ada orang-orang bernurani, mungkin kita tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua, saat itu.
Kabar tentang tragedi Wamena hanya bisa diakses dari media sosial, dari korban yang masih bisa menggunakan jejaring sosial, atau relawan yang tulus bergerak atas nama kemanusiaan. Meski demikian, banyak tanya yang masih mengganjal; ada apa dengan Wamena?
Simpang siur informasi makin pekat ketika media mainstream lebih suka mengarahkan isu ke panggung palsu di Senayan dan jelang pelantikan pemimpin negara mendatang. Bukan di Jakarta tak penting, tapi bukankah agenda kemanusiaan seharusnya menjadi prioritas semua manusia? Atau jangan-jangan, kita sebagai bangsa sudah hilang rasa kemanusiaannya sehingga abai?
Ribuan pengungsi masih tertahan di Bandara Wamena, Jum'at (4/10/19). Videonya jelas. Antreannya nyata. Tapi, ada media mainstream yang meriwayatkan? Bahkan pemangku kuasa dengan santai menyatakan bahwa di Wamena sudah kondusif.
Eksodus dari Wamena menuju Jayapura kemudian ke kampung halaman itu nyata. Sebabnya, trauma warga. Tak pernah terlihat oleh mata potret kebeng*san yang teramat nyata. Lalu dengan mudahnya mereka diminta kembali ke Wamena tanpa jaminan yang nyata?
Masih banyak tragedi Wamena yang masih menjadi rahasia. Entah siapa yang merahasiakan dan apa alasannya. Tetapi nurani tak bisa terima ketika mendengar langsung kesaksian korban.
"Ada dokter Muslimah yang diperk*sa ramai-ramai, kemudian dibelah kepalanya dengan kapak." kata korban selamat yang menolak keras disebut namanya.
Apa jawabannya jika kelak Tuhan bertanya, "Saat tragedi Wamena, apa yang kau lakukan? Diam, nyinyir, atau pongah mengatakan bahwa itu hoax?"
Cukup menjadi manusia untuk peduli kepada korban tragedi Wamena. []
Post Comment
Tidak ada komentar