Ditanya Buzzer Jokowi Kebal Hukum, Istana Membisu
IDTODAY,CO - Pihak istana membisu ketika ditanya wartawan fakta-fakta buzzer istana kebal hukum walaupun sudah dilaporkan ke polisi.
�Saya tidak pada posisi itu ya. Tidak bisa mengomentari itu karena itu sektornya kepolisian,� kata Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko kepada wartawan, Kamis (3/10/2019).
Menurut Moeldoko, semua proses hukum diserahkan kepada aparat kepolisian. �Menurut kita nggak, tapi menurut kepolisian iya, kita posisinya tidak bisa justifikasi itu,� jelasnya.
Ia mengatakan, buzzer kedua belah pihak harus ditertibkan. �Saya pikir memang perlu (ditertibkan). Kan ini kan yang mainnya dulu relawan, sekarang juga pendukung fanatik,� ucap Moeldoko.
Menurut Moeldoko, para buzzercenderung tak ingin sosok yang diidolakannya diserang. Namun, bila itu terjadi, disebut Moeldoko, para buzzertersebut pasti bereaksi.
�Contohnya begini�bukan saya maksudnya�para buzzer itu tidak ingin idolanya diserang, idolanya disakitin. Akhirnya masing-masing bereaksi. Ini memang persoalan kita semua, juga kedua belah pihak, bukan hanya satu pihak. Kedua belah pihak,� ucapnya
Selain itu, Moeldoko berpendapat buzzersebaiknya menggunakan kalimat yang tidak menyerang lawan politik idolanya.
�Ya sebenarnya bukan santainya, tapi perlu mencari diksi-diksi yang lebih�. Kan tidak harus menyerang, tidak harus saling menjelekkan, tidak harus saling mengecilkan. Menurut saya sih buzzer-buzzer itu harus ditinggalkanlah, kan pemilu juga udah selesai,� imbuhnya.[snc]
�Saya tidak pada posisi itu ya. Tidak bisa mengomentari itu karena itu sektornya kepolisian,� kata Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko kepada wartawan, Kamis (3/10/2019).
Menurut Moeldoko, semua proses hukum diserahkan kepada aparat kepolisian. �Menurut kita nggak, tapi menurut kepolisian iya, kita posisinya tidak bisa justifikasi itu,� jelasnya.
Ia mengatakan, buzzer kedua belah pihak harus ditertibkan. �Saya pikir memang perlu (ditertibkan). Kan ini kan yang mainnya dulu relawan, sekarang juga pendukung fanatik,� ucap Moeldoko.
Menurut Moeldoko, para buzzercenderung tak ingin sosok yang diidolakannya diserang. Namun, bila itu terjadi, disebut Moeldoko, para buzzertersebut pasti bereaksi.
�Contohnya begini�bukan saya maksudnya�para buzzer itu tidak ingin idolanya diserang, idolanya disakitin. Akhirnya masing-masing bereaksi. Ini memang persoalan kita semua, juga kedua belah pihak, bukan hanya satu pihak. Kedua belah pihak,� ucapnya
Selain itu, Moeldoko berpendapat buzzersebaiknya menggunakan kalimat yang tidak menyerang lawan politik idolanya.
�Ya sebenarnya bukan santainya, tapi perlu mencari diksi-diksi yang lebih�. Kan tidak harus menyerang, tidak harus saling menjelekkan, tidak harus saling mengecilkan. Menurut saya sih buzzer-buzzer itu harus ditinggalkanlah, kan pemilu juga udah selesai,� imbuhnya.[snc]
Post Comment
Tidak ada komentar