Dinasti politik: Putra dan menantu Jokowi berniat ikut Pilkada, 'Godaan Kekuasaan Sulit ditepis'
Opini Bangsa - Kemunculan Joko Widodo di kancah politik nasional pada mulanya diyakini bisa mendobrak dinasti politik Indonesia. Tapi sekarang, satu per satu anggota keluarganya mulai berniat mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
Gibran Rakabuming Raka, si anak sulung, mengaku hendak mencalonkan diri sebagai wali kota Solo� kursi yang pernah ditempati bapaknya.
Bukan hanya Gibran. Bobby Nasution, menantu Jokowi, sudah mengambil formulir pendaftaran bakal calon Wali Kota Medan pada 13 September lalu.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, menilai fenomena ini sebagai awal kelahiran dinasti politik baru dari klan Jokowi.
"Secara moral menjadi sesuatu yang disayangkan oleh banyak kelompok. Karena ternyata kekuasaan itu menggoda, dan godaan itu sulit ditepis oleh lingkungan di sekitar Jokowi," kata Titi kepada wartawan Muhammad Irham yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Bagaimanapun, Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, mengaku tak punya tekanan dan arahan dari bapaknya saat berniat maju menjadi bakal calon wali kota Solo.
"Pokoknya bapak nggak pernah memaksa apa pun, nggak pernah mengarahkan harus ke sini, harus ke sana, nggak. Semuanya bebas. Semuanya, yang penting harus mandiri," kata Gibran kepada wartawan Fajar Sodiq di Solo untuk BBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Jokowi bukan berasal dari keluarga politikus, bukan pula anak ketua partai berlambang banteng bermoncong Putih, Megawati Soekarnoputri. Tapi karier politiknya moncer sejak menjabat wali kota Solo selama dua periode (2005 dan 2010).
Setelah menjadi wali kota Solo, Jokowi meniti tangga politik sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012 dengan mengalahkan petahana, Fauzi Bowo.
Sebagai pemimpin ibu kota, dia bertahan selama dua tahun karena anak dari pasangan Wijiatno Notomiarjo dan Sujiatmi mencoba peruntungan menjadi orang nomor satu di Indonesia pada Pilpres 2014.
Menang pada pilpres 2014, Jokowi mempertahankan kursinya pada 2019. Sebanyak dua kali pula lawannya, mantan menantu Presiden Soeharto, Prabowo Subianto, kalah.
"Beliau memang terlihat polos, tapi beliau ini politisi yang ulung. Justru dengan gayanya itu (polos), dia adalah politisi ulung," kata Wakil Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia, Hurriyah kepada BBC News Indonesia.
Kehebatan Jokowi, menurut Hurriyah, salah satunya diwujudkan dengan mempersiapkan regenerasi, walau dia sendiri dipersepsikan sebagai antitesa dari semua hal buruk di Orde Baru, termasuk dinasti politik.
"Sebenarnya yang dilakukan Jokowi hanyalah mengikuti, meneruskan, tradisi yang sudah berjalan lama, sejak masa reformasi," kata Hurriyah.
Tradisi yang dimaksud Hurriyah telah dijalankan Susilo Bambang Yudhoyono yang melibatkan anak-anaknya dalam politik praktis.
Begitupun dengan Megawati Soekarnoputri. Putri semata wayang, Puan Maharani kini duduk sebagai ketua DPR.(BBC)
Post Comment
Tidak ada komentar