Selain Berpuasa Tasua dan Asyura, Jangan Lewatkan Lebaran Anak Yatim di 10 Muharram, Ini Haditsnya
Selain berpuasa, menyantuni anak yatim adalah salah satu amalan sunah yang disarankan Rasul saat bulan pertama pada penanggalan Hijriah yakni saat bulan Muharram.
Saran Rasul menyantuni anak yatim selain puasa Asyura, jadi tradisi yang disebut Lebaran anak Yatim. Apa dasar dan ganjaran pahalanya?
Seperti diketahui, Bulan Muharram memilik banyak keistimewaan, untuk itu umat muslim disunahkan untuk memperbanyak amalan.
Setidaknya aada empat amalan sunah di bulan Muharram yang bisa dilakukan untuk memperbanyak pahala, dari puasa Asyura hingga menyantuni anak yatim.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada bulan Muharram yakni hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah.
Amalan yang bisa dilakukan termasuk puasa Tasua dan Asyuro.
Sebagian masyarakat Indonesia menganggap bahwa tanggal 10 Muharram (Asyura) adalah Hari Raya anak yatim.
Sehingga banyak yang menyantuni anak-anak yatim pada tanggal tersebut. Apakah benar ada Hari Raya anak yatim?
Tribunnews.com mengutip tulisan Tebuireng Online berjudul �Hari Raya Anak Yatim, Adakah?�
Dijelaskan bahwa Idul Yatama (hari raya anak-anak yatim) yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram (Asyura) sebenarnya bukan hari raya sebagaimana hari raya Idul Fitri atau Idul Adha.
Istilah Idul Yatama hanya sebagai ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim.
Karena pada tanggal tersebut, banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.
Dalam hadits riwayat Abu Dawud ra. dinyatakan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada dua, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri :
Dari sini dapat dipahami, selain Idul Adha dan Idul Fitri bukanlah hari raya yang sebenarnya, melainkan semacam perayaan.
Dalam syair-syair Arab, banyak terdapat kata-kata �Ied, tetapi yang dimaksud bukan hari raya melainkan hari kegembiraan.
Jadi, Istilah Idul Yatama tidak jauh berbeda dengan istilah Hari Pahlawan, Hari Kemerdekaan, Hari Lingkungan Hidup, Hari Ibu, dan sejenisnya. Hanya semacam momen untuk mengingatkan masyarakat agar peduli kepada nasib anak-anak yatim.
Momen itu tidak pula dimaksudkan bahwa santunan kepada anak yatim hanya berlangsung pada tanggal 10 Muharram. Menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.
Saran Rasul menyantuni anak yatim selain puasa Asyura, jadi tradisi yang disebut Lebaran anak Yatim. Apa dasar dan ganjaran pahalanya?
Seperti diketahui, Bulan Muharram memilik banyak keistimewaan, untuk itu umat muslim disunahkan untuk memperbanyak amalan.
Setidaknya aada empat amalan sunah di bulan Muharram yang bisa dilakukan untuk memperbanyak pahala, dari puasa Asyura hingga menyantuni anak yatim.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada bulan Muharram yakni hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah.
Amalan yang bisa dilakukan termasuk puasa Tasua dan Asyuro.
Sebagian masyarakat Indonesia menganggap bahwa tanggal 10 Muharram (Asyura) adalah Hari Raya anak yatim.
Sehingga banyak yang menyantuni anak-anak yatim pada tanggal tersebut. Apakah benar ada Hari Raya anak yatim?
Tribunnews.com mengutip tulisan Tebuireng Online berjudul �Hari Raya Anak Yatim, Adakah?�
Dijelaskan bahwa Idul Yatama (hari raya anak-anak yatim) yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram (Asyura) sebenarnya bukan hari raya sebagaimana hari raya Idul Fitri atau Idul Adha.
Istilah Idul Yatama hanya sebagai ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim.
Karena pada tanggal tersebut, banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.
Dalam hadits riwayat Abu Dawud ra. dinyatakan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada dua, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri :
???? ??????? ?????: ?????? ??????? ??????? ?????? ????? ???????? ????????? ???????????? ???????? ????????? ??????????? ????????? ???????: ??? ??????? ????????????? ???????: ?????? ???????? ???????? ??? ???????????????? ??????? ??????? ??????? ?????? ????? ???????? ?????????: � ????? ??????? ???? ???????????? ??????? ??????? ?????????: ?????? ??????????? ???????? ????????? �
Dari Anas, ia berkata : Rasulallah SAW datang ke Madinah dan mereka (orang Madinah) menjadikan dua hari raya dimana mereka bergembira. Lalu Rasulullah bertanya : �Apa maksud dua hari ini?� Mereka menjawab: �Kami biasa bermain (bergembira) pada dua hari ini sejak zaman Jahiliyah.� Rasulallah SAW bersabda: �Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dengan dua hari raya yang lebih baik dari padanya, yaitu hari raya Adha dan hari raya Fitri (HR : Abu Daud : 1134)Dari sini dapat dipahami, selain Idul Adha dan Idul Fitri bukanlah hari raya yang sebenarnya, melainkan semacam perayaan.
Dalam syair-syair Arab, banyak terdapat kata-kata �Ied, tetapi yang dimaksud bukan hari raya melainkan hari kegembiraan.
Jadi, Istilah Idul Yatama tidak jauh berbeda dengan istilah Hari Pahlawan, Hari Kemerdekaan, Hari Lingkungan Hidup, Hari Ibu, dan sejenisnya. Hanya semacam momen untuk mengingatkan masyarakat agar peduli kepada nasib anak-anak yatim.
Momen itu tidak pula dimaksudkan bahwa santunan kepada anak yatim hanya berlangsung pada tanggal 10 Muharram. Menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.
Tidak ada komentar