Breaking News

Muda, Cantik dan Pintar, Tapi Rela Berjuang di Pedalaman Papua, Inilah Kisah Dokter Amalia

dalam unggahannya, amalia menggambarkan jarak belasan km yang wajib ditempuhnya dikala menanggulangi masyarakat yang memerlukan pertolongan.
lulusan ilmu medis universitas muhammadiyah sumatera utara itu tengah menjajaki program nusantara sehat dari departemen kesehatan dan juga ditugaskan sepanjang 2 tahun di puskesmas ninati, kabupaten boven digoel, papua.
amalia bertugas di wilayah itu semenjak mei 2017, berbarengan 6 orang yang lain dalam suatu regu.
regu itu terdiri dari pribadinya bagaikan dokter universal, dan juga 6 rekannya yang menggambarkan perawat, bidan, pakar kesehatan area, pakar gizi, analis kesehatan, dan juga apoteker.
amalia memberikan photo pribadinya dan juga sebagian rekannya tengah menyusuri jalananan berlumpur di ninati dengan berjalan kaki. nampak pula air menggenang di sebagian penggalan jalur yang dilintasi.
mereka tengah mengarah kampung tembutka yang berjarak 16 kilometer dari puskesmas buat melaksanakan puskesmas keliling (pusling) keesokan harinya.
nampak seseorang perempuan yang ditandu memakai tandu darurat yang dibuat dari 2 batang bambu kecil dan juga kain sarung.
dikenal, ia merupakan seseorang bidan, satu regu dengan amalia, yang jatuh sakit dan juga pingsan sehabis menempuh 7 km ekspedisi.
walaupun wajib menandu rekannya, rombongan itu terus melanjutkan ekspedisi karna bila berulang ke puskemas, jarak yang ditempuh hendak lebih jauh. tidak hanya itu, terdapat kekhawatiran timbulnya hewan melata karna hari kira � kira petang.
apa yang dirasakan oleh amalia dan juga rombongannya, itu pula yang dijalani warga buat memperoleh akses kesehatan.
�banyak warga sakit yang dibopong keluarganya seorang diri, tetapi mereka tidak memiliki perlengkapan buat merekam kepedihan yang mereka rasakan puluhan tahun, � tulis amalia, dalam postingannya.
amalia berharap, unggahannya mampu dikenal oleh dunia luar dan juga tempatnya mengabdi menemukan atensi, spesialnya dari pemerintah.
�saya kerasa kami cumalah perantara, supaya desa tersebut mampu dilihat oleh dunia luar. kalau masih terdapat tempat yang ditempati warga indonesia yang jauh dari kita, jauh dari perlengkapan komunikasi, yang belum terdapat listrik, sinyal radio dan juga sebagainya, � tulis dokter asal aceh itu.
serba � serbi terbatas dikala diwawancarai kompas. com, kamis (14/6/2018) , amalia menarangkan banyak perihal terpaut keadaan pedalaman papua, tempatnya mengabdi.
saat sebelum terdapatnya regu nusantara sehat pada 2015, banyak masyarakat di distrik ninati lebih memilah berobat ke papua nugini karna terbatasnya layanan kesehatan di tempat mereka tinggal.
�sebelum kami menetap itu, cuma terdapat puskesmas pembantu yang didatangi sebulan sekali dari puskesmas distrik lain yang terdekat. dan juga jarak (warga) ke puskesmas dengan ke papua nugini lebih dekat ke papua nugini, melalui hutan � hutan begitu, � kata wanita kelahiran medan, 15 mei 1990 ini.
dikala ini, puskesmas tempat amalia bertugas cuma mempunyai 3 staf, ialah kepala puskesmas, bidan, dan juga perawat. �tapi (mereka) tidak sering di tempat, karna kami (regu nusantara sehat) stay di tempat, � ucap ia.
dia mengatakan, warga di pedalaman tidak mempunyai akses buat berbicara dengan dunia luar karna terbatasnya piranti dan juga jaringan komunikasi yang mencukupi.
�untuk jaringan, bergantung cuaca. bahwa hujan terdapat petir, lenyap sinyal, kami naik � naik tumbuhan buat cari sinyal, � kata amalia. jalanan di 5 kampung pada distrik yang berbatasan langsung dengan papua nugini ini pula belum diaspal.
perihal ini menimbulkan mobilitas jadi amat terbatas. �jadi dari kabupaten ke distrik ninati jalannya tidak aspal seluruh. jalannya tanah liat yang bahwa hujan jadi lumpur, tidak dapat dilewati kendaraan. kampung ninati yang kena aspal namanya kampung tembutka, � kata amalia.
tidak cuma akses jalur, keterbatasan air dan juga listrik pula jadi permasalahan tertentu di distrik ninati.
�ternyata wajib hujan dahulu baru deh bak mandi terisi. buat keperluan mandi dan juga cuci, kami biasa ke sungai. buat mengkonsumsi kami ambil dari mata air di dekat rumah � rumah masyarakat, � cerita amalia.
amalia meningkatkan, ketersediaan listrik di ninati yang disuplai dari tenaga solar pula tidak mampu diyakinkan waktunya. �kadang solar sulit dicari, dapat sebulan cuma sekali (nyala) , dapat pula sebulan itu satu ataupun 2 minggu nyala terus karna terdapat dana dari kampung (buat membeli solar) , � kata ia.



dia berharap, jalur di distrik ninati lekas diaspal. tidak hanya mempermudah proses merujuk penderita, akses jalur yang baik pula mempermudah warga buat berhubungan dengan dunia luar dan juga menjual hasil tanamnya ke kota.

Tidak ada komentar