Jangan Terbius dengan "Perusahaan Rokok Larang Atletnya Merokok"
Sepintas, kesaksian M. Ahsan ini terkesan heroik: Perusahaan rokok melarang atlit-atlitnya merokok.
Wow banget!
Tapi jangan terkecoh dengan pencitraan seperti ini. Yang disasar perusahaan rokok memang bukan para atlit. Yang mereka incar adalah penontonnya.
Berkorban dengan membiayai 200 - 300 atlit, tapi papan nama mereka terpampang di mana-mana saat atlit-atlit itu bertanding. Di televisi, di koran, di spanduk-spanduk, dan lain-lain. Ditonton oleh jutaan pemirsa.
Lagian, kalau atlit-atlitnya merokok, stamina mereka pasti jadi buruk. Kalau stamina buruk, bagaimana bisa berprestasi? Dan kalau mereka tidak berprestasi, siapa yang bakal mengenal sponsornya?
Apa tidak ironis, dunia olahraga yang identik dengan kebugaran, disponsori oleh perusahaan rokok yang jelas-jelas musuh kesehatan?
"Perusahaan rokok itu banyak berjasa bagi perkembangan atlit bulutangkis tanah air."
Jika ada bandar narkoba ingin memberi sumbangan dan berbagi rezeki dengan lingkungannya, apakah kita dibenarkan menerimanya? Apakah layak ia diberi gelar dermawan?
Menurut saya, langkah berani KPAI ini harus didukung. Sudah benar istilah "eksploitasi anak" yang mereka gunakan. Jangan biarkan anak-anak dimanfaatkan hanya untuk menjadikan perusahaan-perusahaan rokok pahlawan kesiangan.
Kalau mau minggat, ya biarkan mereka minggat.
Kalau mereka memang berniat baik, mereka bisa menggunakan nama perusahaan lain yang tidak terkait dengan rokok sebagai sponsor. Perusahaan mereka kan banyak. Kenapa yang diajukan perusahaan rokoknya?
"Lalu, masa depan atlit-atlit binaan perusahaan rokok itu gimana?"
Mental seperti begini ini yang bikin kita susah maju. Apa cuma perusahaan rokok yang mampu membina atlit?
Lha itu Menpora tugasnya ngapain aja? Makan gaji buta?
Membina atlit utamanya adalah tugas negara. Dan negara seharusnya tidak takut dengan intimidasi-intimidasi dari pemilik modal.
Harusnya sih. Lha di sini, yang ditegur pemerintah malah KPAI-nya.
Oleh: Wendra Setiawan
Post Comment
Tidak ada komentar