Breaking News

4 Perantau Asal Pangkep Tewas Terpanggang Dalam Insiden Kerusuhan di Wamena

KORANPANGKEP.CO.ID - Kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, memakan banyak korban jiwa. empat diantaranya adalah merupakan satu keluarga perantau asal kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Sulsel. keempat korban kerusuhan yang tewas dalam kejadian tersebut telah dipulangkan kekampung halamannya.

Korban satu keluarga tersebut bernama Rustam (33 tahun) bersama tiga anggota keluarganya yakni istrinya Irma Sirajuddin (24 tahun) anaknya Ilmi (2 tahun) serta keponakannya Erwin, keempatnya terpaksa harus merenggang nyawa, tewas terpanggang di dalam rumahnya saat kejadian kerusuhan Wamena tersebut.

di Kampung Kecimpureng Kelurahan Bontomatene, Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep untuk dikuburkan oleh keluarganya.

Ada dua lokasi tempat pemakaman korban kerusuhan Wamena ini yakni di Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Enrekang. Irma Istri Rustam dan anak Ilmi dimakamkan di kampung halaman orang tuanya di Pekuburan Kampung Kecimpureng Kelurahan Bontomatene, Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. Sedangkan suami Irma yakni Rustam dan Erwin keponakan Rustam, kemudian dibawah ke Enrekang untuk dimakamkan disana.

Menurut Camat Segeri, Syahrul Sipato  mengatakan jenazah keduanya tiba, Selasa (25/9/2019) sekitar pukul 23.15 Wita dan usai dimakamkan, sehabis duhur tadi. Menurutnya, kondisi jenazah satu keluarga ini mengalami luka bakar akibat kerusuhan di Wamena.

"Iya sudah dimakamkan dan lokasinya berbeda. Ada di Enrekang ada yang di Pangkep. Ini pertimbangan keluarga makanya masing-masing dikembalikan ke kampung halaman," ungkapnya, Rabu (25/9/2019).

Menurut keterangan yang didapatkan dari pihak keluarga Ridwan, salah seorang saudara Irma Sirajuddin menuturkan kesaksian saudaranya yang juga berada di Wamena. Kata Dia saat kejadian Korban Rustam, sudah dikepung massa sesaat setelah berada di dalam rumahnya. Korban sendiri sempat menghubungi kakaknya tersebut untuk meminta pertolongan melalui sambungan telepon seluler.

"Dia telepon saudara disana bilang kak tolong kak, kalau kau tidak datang mati kita, Namun saat saudaranya datang, ia melihat api sudah membumbung tinggi dan massa mengupung rumah yang terbakar tersebut. Ia lalu menjemput, anak korban di sekolah dan melarikannya ke Polres Wamena." Terangnya

Ridwan menuturkan, selain Rustam sekeluarga, seorang tukang ojek yang hendak menjemput salah seorang anggota keluarga korban tersebut juga ikut tewas terbakar dalam rumah.

"Saat rumah diserang, tukang ojek dan keluarga Rustam itu lari masuk ke dalam rumah, dan mereka tidak dapat menyelamatkan diri karena menurut penuturan keluarga korban rukonya tidak memiliki pintu belakang" kata Ridwan

Ridwan menambahkan salah seorang anak almarhum Rustam dan Irma itu dinyatatakan selamat karena tidak berada dilokasi saat kejadian sebab sementara menjalani proses belajar disekolahnya saat itu. kemudian kaka korban yang mengetahui kejadian langsung menjemput kemanakannya disekolah dan melarikannya ke Polres Wamena untuk diamankan.

"Jadi anaknya satu ini selamat yang kelas 2 SD karena kebetulan Rustam baru saja mengantar anaknya ke sekolah. Saat ini anak tersebut sudah berada di rumah neneknya di Segeri," jelasnya.

Sementara itu, Kapolres Pangkep, AKBP Tulus Sinaga yang mendatangi rumah duka menuturkan duka mendaam. Ia pun memberikan bantuan kepada Riskung, bocah yang selamat dari kejadian tersebut.

"Kita semua merasa sangat berduka atas perisitiwa yang menimpa mereka ini, semoga keluarga yang ditinggalkan dapat kuat dan tabah," pungkasnya.

Dalam kejadian tersebut Jumlah korban akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, terus bertambah. Hingga Selasa (24/9/2019) malam, jumlahnya telah mencapai 29 orang yang ditemukan dalam keadaan tewas.

"Hingga hari ini sudah ditemukan 29 warga meninggal dunia dan 76 luka-luka, Kerusuhan di Wamena merusak 80 mobil, 30 sepeda motor, 150 unit rumah dan ruko, serta 5 perkantoran." ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal di Jayapura, Rabu (25/9/2019).

unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), berujung rusuh.

Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios warga.

Diketahui kejadiaan naas itu dipicu oleh aksi Unjuk rasa yang berujung rusuh yang diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena. Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja memastikan bahwa alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena termakan kabar hoaks. Rudolf mengklaim kepolisian sudah mengonfirmasi isu tersebut dan memastikannya tidak benar.

Sementara itu Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan polisi akan mendalami hoaks yang menyebabkan kericuhan sekelompok massa dan anak SMA di Wamena, Senin (24/6) lalu. Menurut Kapolri, hoaks itu berawal saat seorang guru di SMA PGRI Wamena sedang mengajar di kelas.

"Guru tersebut menegur siswa kalau berbicara jangan keras, namun terdengar kera mungkin huruf s nya melemah," jelas Tito.

Kesimpangsiuran tersebut dimanfaatkan kelompok dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang menggunakan seragam SMA untuk menyebarkan adanya rasisme tersebut.

Insiden tersebut memicu aksi kerusuhan selain mengakibatkan korban jiwa dan luka luka, juga terjadi perusakan fasilitas publik, kantor bupati, ruko serta kerugian materiel lain. Tito mengungkapkan sebagian besar warga meninggal karena mengalami luka bacok, kena panah dan terbakar dalam ruko.

Menurut Tito warga sipil yang meninggal berprofesi sebagai tukang ojek, pekerja restoran, dan ruko. Saat ini polisi masih melakukan indetifikasi karena ada 3 orang yang belum terdeteksi.

"Kami sangat sayangkan kondisi ini, yang menderita luka bahkan ada yang dirujuk dari RS Wamena ke RS Jayapura," ucapnya.

Kendati demikian, Tito memastikan saat ini situasi di Wamena relatif terkendali meski kewaspadaan juga diperlukan dengan menambah pasukan.

"Saya berharap masyarakat di tanah Papua tidak mudah untuk terprovokasi isu yang belum tentu kebenarannya," imbau Tito.

(ADM-KP)


Tidak ada komentar