Cuaca Buruk, Puluhan Ribu Warga Pulau Terluar Pangkep Terancam Kehabisan Beras
KORANPANGKEP.CO.ID - Puluhan ribu warga kepulauan terluar kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Sulsel yakni Liukang Kalmas dan Kecamatan Liukang Tangaya terancam kehabisan stok bahan pokok pangan akibat cuaca buruk yang terjadi belakangan terakhir ini di sepanjang musim angin barat seperti saat ini.
Akibat buruknya cuaca gelombang laut tersebut, mengakibatkan para pemilik kapal takut melaut sehingga pasokan pangan yang biasanya masuk dari kota Makassar dan lombok NTB menjadi terhambat bahkan tidak terpasok sama sekali di 2 kecamatan pulau terluar Pangkep tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Jamal salah seorang warga Pulau Doang-doangan Caddi, Desa Kanyurang, Kecamatan Liukang Kalmas, Ia menyebutkan saat ini seluruh bahan pokok kebutuhan masyarakat diperoleh dari Kota Makassar yang harus ditempuh hingga belasan jam untuk sampai ke pulau-pulau di Kecamatan Liukang Kalmas, itupun terkadang seluruh pangan menjadi basah oleh terjangan ombaak saat di perjalanan, sehingga tak jarang bahan pangan tersebut rusak sebelum sampai di tempat tujuan.
�Meski kebutuhan pangan saat ini masih ada tersisah disejumlah warga, namun jumlahnya mulai kekurangan karena nelayan sulit untuk menyeberang pulau. Ini menjadi kendala sebab semua kebutuhan pangan diperoleh di Kota Makassar, sementara saat cuaca buruk itu membahayakan nelayan untuk membeli stok pangan di Makassar,� ucapnya.
Hal senada juga disampaikan salah seorang warga Pulau Sapinggang, Desa Tampaang, Kecamatan Liukang Tangaya, Arjuna mengatakan, saat musim barat, nelayan kesulitan untuk melaut sebab cuaca sangat ekstrem. Gelombang tinggi membuat masyarakat takut melaut menuju Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk membeli kebutuhan pokok.
�Kalau sudah memasuki musim barat, kita warga pulau mulai kehabisan stok makanan, itu yang menyulitkan. Sebab kita bisa peroleh di pulau, harus menyeberang dulu,� kata Arjuna saat dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (28/8/2019).
Arjuna menambahkan bahwa Pulau Sapinggang lebih dekat dengan NTB dibanding Ibu Kota Kabupaten Pangkep, di Pangkajene dan kota Makassar sehingga sejumlah warga lebih sering berbelanja di provinsi lain seperti Lombok NTB.
�Lebih dekat ke NTB daripada ke Pangkep (Pangkajene) dan kota Makassar, tetapi walaupun begitu cuaca juga berbahaya dan nelayan takut untuk melaut. Sementara stok makanan harus tersedia juga di pulau,� ujar dia.
Arjuna mengungkapkan bahwa beberapa warga di pulaunya saat ini sudah ada yang terpaksa mencari makanan di pulau lain yang masih memiliki stok bahan makanan. Dia berharap agar pemerintah kabupaten Pangkep dan provinsi Sulawesi Selatan segera memberikan bantuan pasokan kebutuhan pokok kepada masyarakat dipulaunya khususnya beras yang semakin menipis.
�Terpaksa minta di tempat lain, kalau sudah habis sekali dan tidak memungkinkan untuk melaut, paling susah itu kebutuhan beras, di sini tidak ada padi makanya kalau musim barat kita kehabisan,� harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Pertanian Pangkep, Andi Sadda mengaku akan memperhatikan persediaan pangan dan pertanian untuk wilayah kepulauan terluar Pangkep tersebut.
�Stabilitas pangan di pulau tetap kita perhatikan, ada wilayah pulau yang potensial pertanian, itu yang akan kita kembangkan. Termasuk untuk bantuan alat pertanian juga," ujarnya singkat.
(ADM-KP)
Akibat buruknya cuaca gelombang laut tersebut, mengakibatkan para pemilik kapal takut melaut sehingga pasokan pangan yang biasanya masuk dari kota Makassar dan lombok NTB menjadi terhambat bahkan tidak terpasok sama sekali di 2 kecamatan pulau terluar Pangkep tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Jamal salah seorang warga Pulau Doang-doangan Caddi, Desa Kanyurang, Kecamatan Liukang Kalmas, Ia menyebutkan saat ini seluruh bahan pokok kebutuhan masyarakat diperoleh dari Kota Makassar yang harus ditempuh hingga belasan jam untuk sampai ke pulau-pulau di Kecamatan Liukang Kalmas, itupun terkadang seluruh pangan menjadi basah oleh terjangan ombaak saat di perjalanan, sehingga tak jarang bahan pangan tersebut rusak sebelum sampai di tempat tujuan.
�Meski kebutuhan pangan saat ini masih ada tersisah disejumlah warga, namun jumlahnya mulai kekurangan karena nelayan sulit untuk menyeberang pulau. Ini menjadi kendala sebab semua kebutuhan pangan diperoleh di Kota Makassar, sementara saat cuaca buruk itu membahayakan nelayan untuk membeli stok pangan di Makassar,� ucapnya.
Hal senada juga disampaikan salah seorang warga Pulau Sapinggang, Desa Tampaang, Kecamatan Liukang Tangaya, Arjuna mengatakan, saat musim barat, nelayan kesulitan untuk melaut sebab cuaca sangat ekstrem. Gelombang tinggi membuat masyarakat takut melaut menuju Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk membeli kebutuhan pokok.
�Kalau sudah memasuki musim barat, kita warga pulau mulai kehabisan stok makanan, itu yang menyulitkan. Sebab kita bisa peroleh di pulau, harus menyeberang dulu,� kata Arjuna saat dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (28/8/2019).
Arjuna menambahkan bahwa Pulau Sapinggang lebih dekat dengan NTB dibanding Ibu Kota Kabupaten Pangkep, di Pangkajene dan kota Makassar sehingga sejumlah warga lebih sering berbelanja di provinsi lain seperti Lombok NTB.
�Lebih dekat ke NTB daripada ke Pangkep (Pangkajene) dan kota Makassar, tetapi walaupun begitu cuaca juga berbahaya dan nelayan takut untuk melaut. Sementara stok makanan harus tersedia juga di pulau,� ujar dia.
Arjuna mengungkapkan bahwa beberapa warga di pulaunya saat ini sudah ada yang terpaksa mencari makanan di pulau lain yang masih memiliki stok bahan makanan. Dia berharap agar pemerintah kabupaten Pangkep dan provinsi Sulawesi Selatan segera memberikan bantuan pasokan kebutuhan pokok kepada masyarakat dipulaunya khususnya beras yang semakin menipis.
�Terpaksa minta di tempat lain, kalau sudah habis sekali dan tidak memungkinkan untuk melaut, paling susah itu kebutuhan beras, di sini tidak ada padi makanya kalau musim barat kita kehabisan,� harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Pertanian Pangkep, Andi Sadda mengaku akan memperhatikan persediaan pangan dan pertanian untuk wilayah kepulauan terluar Pangkep tersebut.
�Stabilitas pangan di pulau tetap kita perhatikan, ada wilayah pulau yang potensial pertanian, itu yang akan kita kembangkan. Termasuk untuk bantuan alat pertanian juga," ujarnya singkat.
(ADM-KP)
Tidak ada komentar