Ulama Warosatul Anbiya Pasti Tolak Imperialisme Cina
Oleh Ammylia Rostikasari, S.S.
(Komunitas Penulis Bela Islam)
Mediaoposisi.com- Agresifnya daya pikat Imperialis Tiongkok akan menjerat lebih kuat Indonesia dengan proyek OBOR (One Belt One Road). Proyek tersebut direncanakan akan ditandatangani Pemerintah Indonesia pada April 2019 (tempo.co27/3/2019).
Esensi dari proyek OBOR adalah membuka keran konektivitas dagang antarnegara di Eropa dan Asia melalui jalur sutra maritim. Ini adalah obsesi besar Presiden Tiongkok, Xi Jinping, untuk membangkitkan kembali kejayaan jalur sutra Tiongkok. Tak lain dan tak bukan proyek OBOR yang dirasa kentara untuk semakin menancapkan imperialisme Cina di berbagai negara, terutama Indonesia sebagai target di Asia.
Sungguh miris, di saat berlangsungnya khusyuk ibadah pada bulan suci Ramadhan, tetapi Pemerintah justru malah menggadaikan kemandirian negeri ini dengan partisipasi mengamini proyek OBOR. Tidakkah penguasa di negeri ini menyadari jika ajakan dan kucuran investasi dari Tiongkok tak semata-mata tanpa ada syarat dan ketentuan berlakunya?
Kegeraman akan hal tersebut pun telah menimbulkan geliat di sebagian ulama. Dengan lantang ulama di Sulawesi Tenggara, Banten, Garut, Bogor menggelar Multaqa Ulama untuk menyatakan sikap menolak Proyek OBOR. Para ulama yang menyadari bahwa mereka tidak lain sebagai warasatul anbiya atau pewaris nabi, maka sikapnya akan senantiasa merujuk pada apa yang telah diteladankan Rasulullah saw..
Para ulama yang menjaga kehormatan umat Islam, menilai bahwa Proyek OBOR akan membahayakan kedaulatan Indonesia, menjadikan Indonesia semakin tunduk pada titah penjajah Cina dengan gaya barunya. Berlebih lagi Indonesia akan menjadi wadah penampungan tenaga kerja Asing yang sudah marak terjadi saat ini.
Di bulan yang penuh berkah ini, sudah selayaknya menyadari bahwa Ramadhan pun ada sebagai bukan perjuangan. Bulan di mana Rasulullah saw. Berhasil menaklukkan Kota Makkah (8 H) untuk menyingkirkan segala macam kekufuran dan menerapkan syariat Islam di sana.
Pun yang terjadi pada 10 H terjadi ekspedisi ke Yaman. Rasulullah saw mengutus pasukan ekspedisi tentara di bawah komando Ali Bin Abi Thalib dengan membawa surat Nabi Muhammad yang berlaku juga sebagai Pemimpin negara Islam. Satu suku di sana dengan tanpa paksaan langsung menerima dan menganut Islam kemudian mereka melakukan salat berjamaah diimami Ali bin Abi Thalib.
Rasulullah saw. Telah mengajarkan dengan apik bahwa Ramadhan juga bukan yang penuh perjuangan dalam menegakkan kalimatullah dan menjaga kedaulatan umat Islam. Para ulama pewaris nabi akan setia mengikuti apa yang telah di syariatkan Allah swt. dan Rasulullah saw.
Sikap ulama yang menolak proyek OBOR telah tepat dan sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah. Tegas menolak penjajahan dan semangat dalam membumikan syariat Islam.
Sudah saatnya ulama dan umat Islam menyadari bahwa kondisi umat saat ini sedang ada dalam cengkeraman penjajah Barat (AS) dan Timur (Cina). Kesadaran tersebut harus direalisasikan dengan gerak perjuangan umat untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam sebuah institusi mulia, Daulah Khilafah Islamiyah. Insyaallaah, saat itu terwujud maka penjajahan dengan segala macam cara terhadap umat Islam akan dihapuskan. Wallahu�alam bishowab [MO/ra]
Post Comment
Tidak ada komentar