Breaking News

Larangan Penggunaan Cadar di Sri Lanka: Islamophobia?

Gambar: Ilustrasi
Oleh: Sinta R 
(Aktivis Dakwah Islam)

Mediaoposisi.com-Sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka menjadi sasaran aksi bom bunuh diri yang menewaskan 359 orang dan melukai ratusan lainnya pada tanggal 21 April lalu. Tidak ada keraguan, bahwa semua pihak mengutuk aksi bom bunuh diri tersebut, termasuk seluruh kaum muslimin yang tersudut karena pelaku beragama Islam. Pemerintahan Sri Lanka menuduh kelompok kecil Islam NTJ (National Thowheed Jamath/Jamaah Tauhid Nasional) berada di balik serangan tersebut.

ISIS (lagi)�?
NTJ membantah tuduhan pemerintahan Sri Lanka. Sebelum disebut pemerintah, NTJ tidak terlalu dikenal. Meskipun, kelompok tersebut mempunyai kekuatan besar untuk membuat kekacauan namun sungguh sangat diragukan. Yang mengejutkan adalah dua hari setelah serangan tanggal 23 April, ISIS mengaku bertanggung jawab dengan menargetkan sejumlah warga negara anggota aliansi perang salib (koalisi anti ISIS pimpinan AS) dan umat Kristen di Sri Lanka.

Walaupun sudah ada konfirmasi dan pengakuan dari ISIS, beberapa kejanggalan masih dapat dirasakan. Kekuatan ISIS makin rontok di Suriah. Dalam artikel yang dimuat BBC tanggal 11 Maret 2019, diberitakan adanya pasukan sokongan AS gempur wilayah terakhir ISIS di Suriah. Di sisi lain, ribuan mantan pendukung ISIS menjadi pengungsi yang ditolak dunia.

Sampai-sampai, presiden AS Donald Trump keceplosan mengatakan bahwa ISIS telah dikalahkan. Pernyataan ini dianulir kembali oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton yang mengatakan, �Ia (Trump) tidak pernah bilang bahwa kehancuran khilafah teritorial berarti akhir dari ISIS secara total,� ujarnya. �Kami tahu tidak demikian�. �ISIS masih memiliki kombatan yang tersebar di sekitar Suriah dan Irak, ISIS sendiri berkembang di belahan dunia lain.� 

Dari kutipan tersebut, AS (Barat) tahu betul, ISIS harus tetap ada dan dimonsterifikasi sebagai ancaman. ISIS diramu menjadi duri dalam daging di dunia Islam. Artinya, klaim ISIS  patut diragukan.

Pelarangan Cadar adalah Bagian dari Islamophobia
Otoritas Sri Lanka resmi melarang penggunaan cadar bagi perempuan muslimah pada tanggal 29 April. Aksi ini mendapat beragam reaksi. Penggerak HAM mengecam kebijakan ini karena dianggap melanggar hak untuk mempraktekkan agama secara bebas. Sayangnya, kebanyakan muslim Sri Lanka termasuk All Ceylon Jamiyyathul Ulama (ACJU) yang merupakan badan teratas ulama Sri Lanka, mendukung langkah tersebut dengan alasan keamanan.

ACJU mengeluarkan panduan agar muslimah tidak mengenakan cadar di depan umum. Terlepas dari berbagai tanggapan yang berkembang termasuk jika kaum muslimin ingin mengembalikan hukum cadar sesuai syariat. Ada perbedaan pendapat Islami mengenai hukum cadar, mulai dari wajib, sunah hingga mubah. Tapi tidak satu pun ulama yang mengharamkan cadar.

Melarang penggunaan cadar bermakna mengharamkan yang diwajibkan atau disunahkan atau dimubahkan oleh Allah. Dan ini tidak dibenarkan.

Sesungguhnya, pelarangan cadar pasca pengeboman oleh otoritas Sri Lanka sarat dengan islamophobia. Islamophobia didefinisikan sebagai ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap agama Islam dan muslim pada umumnya, termasuk tuduhan yang berhubungan dengan terorisme. Pelarangan cadar tidak berhubungan dengan keamanan. Alih-alih mengurai tuntas aksi teror yang penuh kejanggalan, Sri Lanka mengikuti narasi Barat yang sangat Islamophobia.

Sri Lanka berdalih, penggunaan cadar akan menyulitkan proses skrining identitas karena wajah yang tertutup. Scarf, hoodie, masker bisa digunakan sebagai penutup wajah, tapi tidak disinggung. Laki-laki pun bisa saja menyamarkan wajah tapi tidak dibahas. Sangat jelas bahwa Sri Lanka menyasar Muslimah.

Sri Lanka menuduh, cadar yang identik dengan ajaran Islam berhubungan dengan kekerasan dan terorisme. Hal ini tidak bisa diterima. Hanya karena pelaku teridentifikasi beragama Islam, tidak berarti ajaran Islam yang dipersalahkan. Bagaimana jika ternyata, dilakukan �otak/perancang skenario� yang meminjam tangan orang Islam untuk menyudutkan ajaran Islam.

Kaum muslimin tidak mendapat keuntungan apapun dari aksi ini. Malah menjadi yang paling buruk terdampak. Sangat disayangkan jika sebagian muslim bahkan ulama mendukung aksi islamophobia ini. [MO/ms]

Tidak ada komentar