Breaking News

Khilafahfobia: Dicecar Tapi Dirindukan

Gambar: Ilustrasi
Oleh: Chusnatul Jannah 
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Mediaoposisi.com-Khilafah selalu menjadi perbincangan hangat selama pemilu. Mulai dari isu negatif hingga positif. Khilafah nampaknya mencari jalannya sendiri untuk tetap menjadi pembicaraan publik. Terbaru, Khilafah kembali disinggung oleh Menkopolhukam, Wiranto.

Ia mengatakan, keruwetan pemilu disebabkan karena diboncengi kelompok penyeru Khilafah. Sungguh pernyataan lucu dan mengada-ada. Masalah ruwet, kenapa yang disalahkan Khilafah? Pemilu gaduh, mengapa pula Khilafah dibawa-bawa? Makin aneh cara berpikir bapak menteri satu ini.

Menarik apa yang disampaikan Kiai Said Aqil Siradj tentang Khilafah dalam acara peluncuran buku �Ironi Demokrasi� di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (16/5/2019). Ia mengatakan, umat Islam dulu memiliki kekuatan sentral di bawah kekhalifahan. Khalifah bertanggung jawab atas keberlangsungan hajat hidup umat muslim sedunia. Namun, seiring pergolakan politik, kata dia, kekhalifahan justru tumbang di tahun 1920-an. Sejumlah umat Islam di berbagai belahan dunia kehilangan pemimpin sentral. (Republika.co.id, Kamis, 16/5/2019)

Khilafah memang tak dapat ditolak oleh siapapun yang jujur membaca dan menyelami sejarah keemasannya memimpin dunia selama 13 abad. Meski penolakan terhadap Khilafah makin digencarkan, ia malah makin tenar. Khilafah dicecar, tapi ia dirindukan.

Ada yang menyebut Khilafah sebagai ancaman nyata. Bagi yang tak suka Pancasila, silakan angkat kaki dari Indonesia. Yang masih ngotot ingin tegakkan Khilafah, akan berhadapan dengan tentara. Pernyataan semacam itu tak seharusnya keluar dari lisan seorang pejabat negara.

Sangat tendensius dan arogan. Ujung-ujungnya, Khilafah selalu menjadi kambing hitam atas ketidakmampuan penguasa mengurus negara.

Khilafah sebagai gagasan Islam janganlah dimonsterisasi sedemikian rupa hingga memunculkan Khilafahfobia. Karut-marutnya persoalan di negeri ini bukan karena Khilafah, tapi penerapan ideologi kapitalisme-sekularisme. Khilafah itu bukan ancaman tapi jalan keselamatan. Khilafah itu ajaran Islam bukan kisah fiktif atau sekadar mimpi.

Khilafah tak sekadar romantisme sejarah tapi bukti nyata penerapan Islam dalam bingkai negara. Khilafah adalah pemersatu umat bukan pemecah belah. Khilafah justru menjaga keberagaman karena tak boleh ada paksaan dalam memeluk Islam. Khilafah merupakan sistem pemerintahan warisan Rasulullah Shalallahu �alaihi wa salam. Tidak seperti demokrasi yang warisan Yunani dan Romawi.

Rasulullah Shalallahu �alaihi wa salam menamai Daulah Islam pertama sepeninggal beliau dengan sebutan Khilafah ala manhaj nubuwwah. Setelahnya, pemerintahan Islam digantikan para Khalifah. Beliau mewasiatkan agar kita berpegang teguh pada sunah mereka dengan kuat. Rasulullah Shalallahu �alaihi wa salam bersabda, �Sesungguhnya siapa saja yang hidup di antara kalian sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidin sepeninggalku, gigitlah dengan geraham.� (At-Tirmidzi: Shahih)

Lantas, mengapa masih ada yang sensi dengan istilah Khilafah? Bahkan, penyerunya dicap radikal dan berbahaya. Sejatinya, ancaman terbesar negeri ini ialah penerapan ideologi kapitalisme beserta derivatnya. Sifatnya merusak dan menjajah.

Jika demokrasi, kapitalisme, dan sekularisme tak berdampak kebaikan pada kehidupan ini, bukankah kita membutuhkan penawarnya sebagai obat? Ya, Islam sebagai agama sekaligus sistem kehidupan yang mampu memberi solusi fundamental. Menyelesaikan problematika manusia hingga ke akar persoalan. Ajaran Islam  diturunkan dengan seperangkat aturan yang komprehensif dan menyeluruh.

Islam dan Khilafah bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Islam tak akan sempurna tanpa tegaknya syariat. Syariat tak akan tegak tanpa institusi yang menegakkannya, yakni Khilafah Islamiyah.

Khilafah akan melindungi harta dan nyawa kaum muslim dari cengkeraman penjajah. Menyatukan kaum muslim dalam satu ikatan akidah tanpa tersekat-sekat oleh negara bangsa. Dengan penerapan Islam, syariat dapat ditegakkan. Khilafah akan mengubah gelapnya peradaban kapitalisme dengan cahaya peradaban Islam. Membangun kembali misinya sebagai rahmat bagi semesta alam. [MO/ms]

Tidak ada komentar