Fahri: Rezim Sensor Sudah Kita Tumbangkan, Jangan Dihidupkan Lagi ??
Opini KU - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, menyatakan Pemerintah akan membentuk tim hukum nasional. Tim ini bertugas mengkaji tindakan atau ucapan para tokoh yang dianggap melanggar hukum.
Tim itu berisi pakar, seperti pakar hukum tata negara dan juga akademisi dari perguruan tinggi. Mantan Panglima ABRI ini juga mengaku telah berkomunikasi dengan para pakar tersebut.
Wiranto menegaskan, tim ini dibentuk agar mereka yang menyebarkan hasutan atau ujaran kebencian diberikan sanksi yang tegas. Termasuk makian kepada presiden sebagai kepala negara.
Wacana ini menuai polemik. Dianggap mengekang kebebasan berekspresi dan berpendapat di alam demokrasi saat ini, setelah terbebas dari rezim otoriter orde baru. Salah satu tokoh yang mengkritik keras wacana ini adalah Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Dalam cuitannya di twitter, mantan aktivis 98 ini mengatakan tidak ingin rezim sensor yang mengekang kebebasan berpikir rakyat kembali muncul setelah orde baru tumbang.
"Rezim sensor sudah kita tumbangkan, jangan dihidupkan kembali. Negara harus menyesuaikan diri dengan kebebasan rakyat. pemerintah harus lebih canggih mengelola demokrasi kita, pakai ilmu jangan pakai kekuasaan. Ilmu lahirkan peradaban, kekuasaan lahirkan pemberontakan," kata Fahri di akun twitternya, Selasa (7/5/2019).
"Demokrasi itu sukses karena kebebasan rakyat itu mengakibatkan lahirnya kecerdasan publik untuk berkarya dan juga menilai karya pemerintahan. Lalu standar kerja negara menjadi tinggi. Itulah yang melahirkan negara berkelas dan memiliki kwalitas kerja yg tinggi," imbuh Fahri yang periode 2019-2024 tak lagi menjadi anggota DPR lagi.
Tim itu berisi pakar, seperti pakar hukum tata negara dan juga akademisi dari perguruan tinggi. Mantan Panglima ABRI ini juga mengaku telah berkomunikasi dengan para pakar tersebut.
Wiranto menegaskan, tim ini dibentuk agar mereka yang menyebarkan hasutan atau ujaran kebencian diberikan sanksi yang tegas. Termasuk makian kepada presiden sebagai kepala negara.
Wacana ini menuai polemik. Dianggap mengekang kebebasan berekspresi dan berpendapat di alam demokrasi saat ini, setelah terbebas dari rezim otoriter orde baru. Salah satu tokoh yang mengkritik keras wacana ini adalah Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Dalam cuitannya di twitter, mantan aktivis 98 ini mengatakan tidak ingin rezim sensor yang mengekang kebebasan berpikir rakyat kembali muncul setelah orde baru tumbang.
"Rezim sensor sudah kita tumbangkan, jangan dihidupkan kembali. Negara harus menyesuaikan diri dengan kebebasan rakyat. pemerintah harus lebih canggih mengelola demokrasi kita, pakai ilmu jangan pakai kekuasaan. Ilmu lahirkan peradaban, kekuasaan lahirkan pemberontakan," kata Fahri di akun twitternya, Selasa (7/5/2019).
"Demokrasi itu sukses karena kebebasan rakyat itu mengakibatkan lahirnya kecerdasan publik untuk berkarya dan juga menilai karya pemerintahan. Lalu standar kerja negara menjadi tinggi. Itulah yang melahirkan negara berkelas dan memiliki kwalitas kerja yg tinggi," imbuh Fahri yang periode 2019-2024 tak lagi menjadi anggota DPR lagi.
Said Didu ke Wiranto: Apakah Bapak Masih Percaya Demokrasi?
Keinginan Wiranto untuk membentuk tim hukum nasional untuk memonitor setiap ujaran pata tokoh politik yang dinilai menghasut rakyat pasca pemilu, termasuk pula ujaran yang dinilai menyerang Presiden, dan menutup media yang memuat tulisan terkait hal-hal tersebut, memancing reaksi luas warganet.
Salah satu tokoh yang kritis menanggapi keinginan Wiranto ini adalah Said Didu, mantan petinggi di Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN.
Berkicau melalui akun twitternya, Said Didu menegur keras Wiranto dan mempertanyakan beberapa poin terkait rencana Wiranto tersebut.
Pak Menkopolhukam pak @wiranto1947 yth, sesuai keinginan Bpk akan monitor ucapan tokoh, mhn penjelasan :� Muhammad Said Didu
1) kriteria tokoh yg dimonitor
2) kriteria ucapan yg dianggap melanggar
3) apakah Bpk msh ingat pasal kebebasan berpendapat dlm UUD 45 ?
4) apakah Bpk msh setuju demokrasi?
(@msaid_didu) May 7, 2019 Selain itu, Said Didu juga mengingatkan Wiranto untuk berlaku adil.
Cuitan Said Didu ini pun ditanggapi warganet.
"Penjahat kayak @wiranto1947 mana paham begituan?????? Itu Lohhh lihat jeritan orang timur timur yg ingin mengadili @wiranto1947 tahun 2013," cuit @Mahjarona1.
"Percuma aja Pak dikasih Beginian. Orang Klo Mau Mempertahankan Kekuasaan Akan Melakukan Segala Cara Untuk Membungkam Musuh Politik, Kelihatan Wajah Wajah Mereka sangat Cemas Klo Prabowo Jadi Presiden, Makanya segala Upaya dilakukan demi Menjegal Kemenangan Prabowo," cuit @FandhuW89.
"Wiranto penakut... diajak buka2an tragedi 98 ama pa Kivlan mlh ngajak sumpah pocong... sy doain tiap mlm didatangi pocong bnran lho. Apa sy akan ditangkap? ga.. lah.. krn sy bukan tokoh toh ????," cuit @HilyaInna.
Cuitan Said Didu ini pun ditanggapi warganet.
"Penjahat kayak @wiranto1947 mana paham begituan?????? Itu Lohhh lihat jeritan orang timur timur yg ingin mengadili @wiranto1947 tahun 2013," cuit @Mahjarona1.
"Percuma aja Pak dikasih Beginian. Orang Klo Mau Mempertahankan Kekuasaan Akan Melakukan Segala Cara Untuk Membungkam Musuh Politik, Kelihatan Wajah Wajah Mereka sangat Cemas Klo Prabowo Jadi Presiden, Makanya segala Upaya dilakukan demi Menjegal Kemenangan Prabowo," cuit @FandhuW89.
"Wiranto penakut... diajak buka2an tragedi 98 ama pa Kivlan mlh ngajak sumpah pocong... sy doain tiap mlm didatangi pocong bnran lho. Apa sy akan ditangkap? ga.. lah.. krn sy bukan tokoh toh ????," cuit @HilyaInna.
Post Comment
Tidak ada komentar