Metode Pemilihan Pemimpin Yang Salah
Oleh: Andini Sulastri
Mediaoposisi.com-Pelaksanaan pemilu ditahun 2019 tidak sesaui dengan asas jujur dan adil. Hal tersebut atas dasar beberapa kejadian dilapangan yang dilaporkan via offline maupun online di sosial media. Pemilihan seorang pemimpin dengan metode pemilu sangat tidak efektif dan efisien. Pemilu ini justru membuat perpolitikan menjadi kotor atas ulah rezim beserta tim pendukungnya.
Metode pemilu ini menimbulkan kecurangan dan manipulasi demi kepentingan satu pihak. terdapat fakta lapangan terjadi kecurangan-kecurangan dengan berbagai macam kasus, seperti surat suara yang telah tercoblos terlebih dahulu, manipulasi perhitungan suara, yang dimana hal tersebut bertentangan dengan asas pemilu yang seharusnya memiliki sifat yang jujur.
Pemilihan umum ditahun 2019 mengalami beberapa masalah. Mulai dari rusaknya kotak suara yang dikarenakan kotak suara terbuat dari kardus, ada pula kendala atas keterlambatan distribusi surat suara ke tiap-tiap daerah, surat suara yang sudah tercoblos, sampai kepada terdapatnya beberapa korban anggota KPPS yang meninggal dunia mencapai 100jiwa lebih dan anggota lainnya yang terserang sakit akibat kelelahan. Disimpulkan, bahwa ini gagalnya KPU.
Banyaknya peristiwa-peristiwa yang berupa dampak buruk dari pelaksanaan pemilu ini. Dan dapat dikatakan bahwasanya pemilu 2019 inilah yang paling terburuk dari sebelumnya. Yang dimana politik saat ini sudah sangat kotor sampai mengahalalkan segala cara untuk menaikkan elaktabilitas dan mencapai kemenangan.
Panasnya pemilu 2019 menyambar sampai kepada tim pendukung masing-masing dari pihak yang didukungnya. Dan kecurangan yang ada dilapang oleh salah satu kubu (pihak) akan mengakibatkan bentrok antara kubu 1 dan 2.
Banyak rakyat kecewa atas pemilu ini. Karena metode pemilihan pemimpin seperti ini tidak berefek besar kepada rakyat. Justru yang didapat adalah kecurangan-kecurangan dan fakta kotornya politik.
Indonesia mengemban demokrasi sebagai sistem saat ini yang dengan berlatar belakangi demokrasi ini paling dekat dengan rakyat, dengan pandangan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Idealnya sebuah demokrasi ini menggunakan kekuatan (suara) rakyat dan dapat menguntungkan pula rakyat. Namun pada faktanya yang terjadi sekarang adalah siapa yang memiliki kekuasaan, maka haruslah mematuhi apa katanya.
Demokrasi hanya akan berpihak pada penguasa demi melancarkan sistem yang berjalan yang dapat menguntungkan sebagian pihak. dan pihak yang dimaksud tersebut dialah yang memiliki kekuasaan dengan genggaman modal terbesar.
Bobroknya negara akan semakin memperburuk suatu keadaan negara.karena sesungguhnya semua berada pada satu haluan. Metode pemilu ini tidak dapat menuntaskan permasalah negara ataupun memperbaiki negara sekalipun dalam pengubahan pemimpin. Rakyat tidak dapat berharap pada pemilu yang setiap 5 tahun dilangsungkan.
Dan sistem demokrasi yang menjadi hasil tetap dari pemilu tidak dapat memperbaiki keadan rakyat dan tatanan negara. Termasuk tatanan negara yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hal lainnya.[MO/AS]
Post Comment
Tidak ada komentar