Ulasan Ahli Public Speaking Tentang Debat Cawapres, Adem Tapi Tetap Nyindir Jokowi

Semalem ketiduran nonton debat. Pagi ini saya cek di Youtube, ternyata closing statement dari masing� Cawapres luar biasa. Di ujung pidato, mereka mempraktikkan seni berbicara di depan umum dengan piawai.
(O iya, bagi yang suka bilang : "banyak pengamat usai pidato", silakan dilewati saja. Catatan ini bukan untuk kamu.)
Catatan penting pertama : kedua pembicara selalu tersenyum sepanjang acara. Senyuman akan membantu menghilangkan grogi dan membuat Anda terlihat tenang, walaupun mungkin Anda sedang cemas.
Kedua:
1. Kata Dale Carnegie, "bicaralah tentang mereka, pasti kamu akan didengarkan".
Sebagai penantang, Sandiaga memberikan harapan dengan menghapus UN.
Ini adalah tentang mereka, tentang momok UN yang membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar pelajar.
Kemudian Ia berjanji akan melanjutkan program Gus Dur dengan meliburkan sekolah selama Ramadhan.
Mengambil kalimat, contoh atau kebijakan tokoh besar sebagai materi pidato adalah salah satu cara untuk menarik perhatian audiens. Sandiaga melakukan itu dengan ciamik.
Kemudian di bagian akhir, Sandi mengajak orang mengeluarkan KTP. Menurut ilmu komunikasi massa, ini namanya 'call to action'. Salah satu cara menutup pidato dengan mengajak orang bergerak.
Dengan tenang, Sandi mengeluarkan dompet menggunakan tangan kanan dan tangan yang satu memegang mic, kemudian mengeluarkan KTP.
Saya agak cemas, takut dompetnya jatuh, atau isinya berceceran, tapi ternyata lancar. Saya yakin, Sandi sudah mengosongkan isi dompetnya, he he he..
O iya, kenapa KTP nya harus dikeluarkan dulu dari dalam dompet? Kenapa tidak langsung dikantongi di dalam jas saja? Ini bagian dari gimmick. Karena 99% orang menyimpan KTP ya di dalam dompet, bukan di saku.
Sandi kemudian mengajak orang mengangkat KTP nya dan berbicara tentang keunggulan KTP sebagai single identity. Ini keren karena ini adalah fakta.
Karena kita semua sudah punya KTP di dalam dompet kita, bukan kartu-kartu yang masih bersifat fiksi.
Nah, KTP adalah tentang diri mereka (masyarakat), bersifat nyata dan begitu dekat. Maka, berbicara tentang KTP adalah bicara tentang kita.
O iya, Sandi menutupnya dengan waktu yang sangat presisi, 00:00.
Good Job bang!
2. Salah satu yang harus dilakukan pembicara adalah buatlah pidatomu 'memorable' atau selalu dikenang.
Pak Amin melakukannya dengan cantik.
Dengan mengeluarkan jurus ayat, hadits dan kalimat-kalimat berbahasa Arab sejak awal pidato, pak yai berhasil menunjukkan kemampuan keilmuan beliau.
Nah, di akhir pidato, beliau setidaknya melakukan tiga hal :
Pertama, memuji apa yang dilakukan pemerintah sebelumnya sebagai dasar mereka bergerak lima tahun kedepan. Ini pernyataan yang santun.
Kedua, pak Amin melakukan jeda sejenak dan menyatakan bahwa beliau memang sudah tidak muda lagi, namun Ia menjamin akan melakukan yang terbaik. Ini pernyataan yang rendah hati.
Ketiga, pak Amin membuat sumpah " Demi Allah". Ini adalah pernyataan yang mengejutkan.
Diramu dengan suara beliau yang lunak dan tak buru-buru, these three point was memorable.
Good Job Yai..!
Nah, kesimpulannya, ternyata semalam kedua tokoh 'bapak-anak' ini berhasil membuka mata kita, bahwa pidato yang dilakukan dengan penguasaan yang baik, disampaikan dengan tulus dan tenang, akan membuat audiens kagum.
Karena Anda berbicara 'dengan' hati. Perkara mereka menepatinya, itu adalah soalan lain lagi.
Ingat kalimat ini : "jika Anda naik panggung tanpa persiapan, bersiaplah turun tanpa kehormatan"
Meralat pidato kesana kemari adalah bagian dari "turun tanpa kehormatan"
Kira� begitu..
Post Comment
Tidak ada komentar