Breaking News

Polemik Pembangunan Jalan Tol Ratusan Miliar : Madiun Jadi Lautan

Oleh : Betha  Vanglos
(Penikmat Literasi)

Mediaoposisi.com-Belum selesai perdebatan mengenai pembangunan jalan tol oleh pengamat ekonomi kini munjul masa baru di Madiun

Sebelumnya banyak pakar ekonomi mempertanyakan manfaat pembangunan jalan tol buat rakyat. Selain mahal juga ternyata hanya menguntungkan para pemilik modal. Pemerintah yang salalu mengatakan bahwa hal itu sebagai prestasi itu hanya omong kosong

Untuk membangun jalan tol sepanjang 116 kilometer (km) di Indonesia, dibutuhkan dana paling tidak Rp12 triliun. Artinya, setiap pembangunan 1 km jalan tol, dibutuhkan dana sekira Rp103,448 miliar.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementruan Pekerjaan Umum, A Gani Ghazaly Akman, dalam Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Pembangunan Jalan Tol di Indonesia di Hotel Gran Mahakam
Pembangunan yang diharapkan mampu memberikan pundi-pundi rupiah malah justru menjadi senjata mematikan bagi perusahan-perusahan milik negara. Kerugian BUMN tidak terhitung lagi karena harus menanggung besar biaya pembangunan jalan tol
Hal itu hanya sebagai dari polemik yang timbul dari pembangunan tersebut. Banjir yang merendam madium selama 3 hari terakhir tenyata mengisahkan cerita lucu. Bagaimana tidak? Jalan tol Madiun yang selalu di banggakan oleh pemerintah beruba menjadi lautan.
Foto Keadaan Banjir di Madiun
"Sangat disayangkan ya, terjadi banjir setinggi 1 meter di ruas tol Ngawi-Kertosono Km 603-Km 604," kata juru bicara BPN dan Tim Pakar Bidang Infrastruktur Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara, lewat keterangan tertulis, Kamis (7/3/2019).

Sebelumnya diberitakan, banjir merendam ruas Tol Madiun sepanjang 1 kilometer. Banjir dengan ketinggian hampir mencapai satu meter itu terjadi di Km 603 hingga Km 604, Desa Glonggong, Kecamatan Balerejo.
Suhendra mengatakan pihaknya sudah mengingatkan pemerintah untuk melakukan audit investigatif secara menyeluruh pada Tol Trans Jawa. Peringatan ini dilontarkan sejak talut Tol Salatiga-Kartasura ambrol di Boyolali pada Desember 2018.

"Ini penting demi keselamatan, keamanan, kenyamanan pengguna jalan tol. Karena mereka telah membayar tarif tol, tentu harus mendapatkan hak-hak di atas (keselamatan, keamanan, dan kenyamanan) sebagai konsumen jalan tol," papar mantan Staf Khusus Menteri PUPR ini. 

Dia menyebut banjir setinggi 1 meter di jalan tol Caruban-Madiun ini akibat kesalahan teknis dan nonteknis. Menurutnya, jika ditilik dari sisi teknis, karena jalan tol memiliki spesifikasi tinggi, tidak boleh terjadi genangan air, apalagi sampai banjir. 

"Ini pasti ada yang keliru, juga memalukan ya, karena dengan kecanggihan teknologi dan informasi, negara lain dapat saksikan terjadi banjir di Jalan Tol Trans Jawa yang dibangga-banggakan pemerintah sebagai keberhasilan program politik pemerintah," ungkap Suhendra.[MO/ad]

Tidak ada komentar