Perang Asimetris Gembosi Indonesia, Pengamat: Prabowo-Sandi Bisa Sudahi Ini
NUSANEWS - Pasangan Capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno diharapkan mampu menangkal semua perang asimetris yang genderangnya telah ditabuh sejak jauh-jauh hari.
Pengamat Geopolitik dari Global Future Institute, Hendrajit mengatakan, berdasarkan hasil riset, perang asimetris dilakukan dengan berbagai pola. Salah satunya yakni dengan menciptakan kerusuhan.
Hendrajit menduga, pemilik modal sengaja membuat kericuhan hanya karena ingin menguasai kekayaan alam yang ada di suatu daerah. Misalkan yang terjadi di Sampang Madura, dan Mesuji Lampung.
"Tahapan pertama dari perang asimetris adalah tebar isu," katanya dalam diskusi bertajuk "Kebangkitan Emak-emak Melawan Penjajahan Gaya Baru" di Posko Satgas 02 Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (23/3).
Isu yang disebar di Sampang ketika itu yakni isu tentang Sunni dan Syiah. Dengan itu, sesama Umat Islam diadu domba.
Adapun langkah kedua, lanjut aktivis senior ini, jika tahap pertama berhasil, maka yang dilakukan adalah agenda berbasis gerakan. Konkritnya yakni kedua kubu saling menyerang, bahkan membunuh.
"Kalau berhasil, langkah berikutnya adalah skema, relokasi masyarakat setempat dari Sampang, yang tawuran itu. Padahal Sampang banyak penduduknya. Ibaratnya kan diusir dengan cara perselisihan awal tadi. Jadilah ekslusif area," tambahnya menjelaskan langkah ketiga perang asimetris.
Ditegaskannya, di Sampang terjadi perang asimetris karena sesungguhnya di bawah tanahnya terkandung sumber minyak yang melimpah. Hitung-hitungan dia, ada sebanyak 14 ribu barel minyak per hari bisa disedot dari sana. Tak tanggung-tanggung, penghasilannya bisa mencapai 1,4 juta dolar AS per hari.
"Akibat dari ekslusif area itu apa, kongkalikong antara pejabat Pemda setempat, TNI Polri setempat, dengan para juragan minyak yang bermain. Ga ada yang ngawasin. Kita-kita ini ga ada kesempatan buat ngontrol. Itu perang asimetris," tambahnya.
Pola yang sama, imbuhnya, juga terjadi di Mesuji, Lampung. Disana, masyarakat Mesuji yang berasal dari Bali diadu domba dengan masyarakat asli hanya untuk menguasai emas yang terkandung dalam perut buminya.
Meski demikian, tambahnya Hendrajit, perang asimetris tidak semuanya menggunakan pola semacam itu. Perang itu juga menggunakan kedok investasi, layaknya proyek kereta api super cepat, Jakarta-Bandung.
"Ternyata, itu juga riset, antara Karyawang-Purwakarta, ini rute Bandung-Jakarta, di bawah permukaan tanah itu masih banyak ribuan sumur minyak yang masih aktif. Berarti proyek Jakarta-Bandung itu hanya kedok. Karena dalam skema investor asing itu, begitu dia investasi, tanah itu milik swasta, bukan milik negara lagi. Melanggar Pasal 33 UUD 45," paparnya.
Nah, karena selama ini Prabowo-Sandi selalu menyuarakan akan menegakkan Pasal 33 UUD 45, Hendrajit pun menaruh harapan kepada mereka untuk mengakhiri perang asimetris yang selama ini sering terjadi.
"Kalau Prabowo-Sandi menang, inilah momentum untuk melawan penjajahan baru," pungkasnya.
SUMBER
Tidak ada komentar