Breaking News

Membongkar Logika Sempit Ketum PSI, "Pemahaman Wawasan Nusantaranya Sangat Mentah"


Saya akan menyikapi Pidato Politik Dek Grace yang bertema " Beda kami -PSI- dengan Partai Lain" di Medan kemarin.

Sorotan Dek Grace tentang masalah Perda-perda Syariah di beberapa daerah menurut saya menunjukkan bahwa Dek Grace dan Partai PSI sama sekali tidak memahami adat dan kultural masyarakat Indonesia.

Di sebagian daerah/wilayah yang sangat relijius, misalnya Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat, kehidupan masyarakat sehari-hari tidak bisa dipisahkan dari tuntunan agama.

Kita ambil contoh masyarakat Sumatera Barat yang bersemboyankan "adat basandi syarak dan syarak basandi Kitabullah".
Ini adalah tuntunan hidup yang menjadi falsafah orang Minang.

Lagipula Pancasila sebagai dasar kita dalam bernegara, sila pertama dan sila utamanya yang memberikan roh kepada sila-sila selanjutnya adalah : Ketuhanan Yang Maha Esa.

Begitu juga dengan pasal 29 ayat 1 dan 2, yang menegaskan Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan jaminan Negara atas kemerdekaan warga negara Indonesia untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Jadi menjalankan syariat agama adalah jaminan Konstitusi kita.

Justru mempermasalahkan penerapan syariat adalah ciri masyarakat sekuler atau bahkan komunis.

Di kasus Meliana, koar-koar Dek Grace menunjukkan pemahaman Wawasan Nusantara Dek Grace sangat mentah.

Datanglah ke Tanjung Balai, kamu akan mengerti yang dimaksud toleransi sejati.
Masyarakat pendatang hidupnya rata-rata mapan dan sejahtera, sedangkan masyarakat asli hidupnya miskin dan memprihatinkan. Tapi mereka hidup saling menghormati.

Hanya saja jangan lupa, Seperti kata Nenek Moyang kita (Itu kalau Dek Grace mengaku orang Indonesia), "Dimana Bumi di Pijak di situ Langit di junjung".

Terakhir masalah Penyegelan Gereja. Dalam hal ini mungkin kita sepakat.
Saya juga menyayangkan dan menentang setiap usaha yang mempersulit pendirian Rumah Ibadah.

Hanya saja saya tidak bias seperti Dek Grace. Saya menentang penyegelan Gereja di wilayah mayoritas Muslim dan sebaliknya saya juga menyayangkan kesulitan mendirikan Masjid di NTT, Bali dan terutama Papua.

Tapi sebagai pemikir saya juga berusaha memahami kultur masyarakat. Dimana-mana masyarakat mayoritas bahkan di Amerika dan Eropa sekalipun akan mudah curiga dengan "yang mengancam" keimanan mereka.

Di sinilah perlunya Pemerintah Setempat menjadi jembatan dialogis termasuk menuangkannya dalam Undang-undang dan Peraturan agar tidak bias kedepan.

Kesimpulan saya, sejak berdirinya Partai PSI, saya melihat jualan utamanya hanya "Intoleransi".

Padahal masalah toleransi kita sudah selesai. Riak-riak kecil perlu perbaikan, tapi tidak seharusnya juga jadi bahan jualan dan memperlebar jurang perbedaan.

Apalagi ikut bersikap diskriminatif dengan hanya menuduh umat Islam yang jadi sumber masalah tapi ketika Umat Islam jadi korban, Dek Grace dan PSI-nya cuma diam.

Sebagai Ketua Partai Tirik Yaluk, jujur saya juga bertanya-tanya, siapa dibelakang Partai PSI...?

PSI sebagai Partai Unyu-unyu sejak kemunculannya sangat rajin "membakar uang". Baliho-baliho raksasa dan Iklan-iklan di telivisi tiap menit, darimana sumber pembiayaannya?

Jangan sampai PSI cuma Partai Kompor yang diciptakan untuk jadi provokator oleh para bohir-bohir politik yang menginginkan Indonesia tetap gaduh.

Sebagai catatan, kapanpun Dek Grace mau pintar, ayo diskusi sama Abang sebagai Ketua Partai Tirik Yaluk yang tugasnya memang mencerdaskan rakyat yang tersesat.

Cuma Partai Abang benar-benar Partai Murni Aspirasi Rakyat Medsos, tidak ada pendananya kecuali Ustadz Asep yang berulangkali traktir saya sebagai Ketua Partai.

Jadi kalau mau diskusi, tolong Dek Grace yang datang dan Insya Allah saya ajak jalan-jalan keliling Nusantara menunjukkan Damainya Indonesia kita.

Sebagai tambahan catatan, kita jalan berdua aja ya, karena yang ketiga selalu setan dan abang ngga mau Sekjen Partai mu yang bermuka pas-pasan itu dianggap Setan biarpun wajahnya kalau menjelang magrib memang cukup menyeramkan...

Tidak ada komentar