Masyarakat Indonesia Sudah Sadar, Elektabilitas Prabowo-Sandi Naik
NUSANEWS - Analis Sosial Universitas Bung Karno (UBK), Muda Saleh mengatakan, elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandi mengalami kenaikan sesuai survei Litbang Kompas karena pola fikir masyarakat Indonesia yang mulai memahami kondisi yang terjadi saat ini. Litbang Kompas merilis elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengalami kenaikan 37,4 persen dalam survei pada 22 Februari 2019-5 Maret 2019.
"Saat ini masyarakat berharap adanya perubahan mutlak di Indonesia. Saya sangat menyayangkan, apa yang terjadi saat ini dikatakan semua baik-baik saja, entah itu ekonomi, sosial, angka kemiskinan. Bahkan survei-survei yang merujuk pada penilaian Jokowi-Ma�ruf, kebanyakan bunga-bunga,� ujar Muda Saleh di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Muda menuturkan, saat ini pergeseran politik telah terjadi. Masyarkat menginginkan adanya kejujuran dalam pemaparan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi saat debat capres beberapa waktu lalu. Dalam debat, Jokowi dinilai memaparkan berbagai data hoaks terkait yang telah dilakukannya, baik soal pertumbuhan ekonomi, kebakaran lahan atau hutan maupun pembangunan infrastruktur berupa jalan desa.
�Ya, harapannya kan presiden bisa memberikan informasi yang jujur.. Katakan kalau ekonomi kita sedang tidak sehat, apalagi soal kebakaran hutan, itu paling fatal. Jelas-jelas kebakaran hutan sedang berlangsung, bahkan darurat siaga, dan Riau itu sampai sekarang masih diselimuti asap tebal, inikan bisa dikatakan manipulatif informasi,� paparnya.
Muda menilai, saat ini rakyat Indonesia sudah pintar dalam memahami sejumlah program yang diberikan oleh Jokowi. Oleh karenanya ketika Jokowi memamerkan berbagai kartu sakti seperti KIS, KIP, KKS dan kartu Pra Kerja, serta Kartu Sembako Murah, rakyat tidak antusias dan tertarik. Apalagi semua yang ditawarkan Jokowi tersebut sifatnya sementara alias tidak permanen.
"Justru tawaran kartu - kartu itu akan membuat masyarkat kita kecanduan �bantuan� dan ini berdampak buruk terhadap mental bangsa kita, terlebih dilakukan pada saat jelang Pilpres,� tegasnya.
Muda juga menyindir petinggi partai politik yang ditangkap KPK, karena kasus suap, terlebih ketum parpol tersebut merupakan koalisi pendukung Jokowi-Ma�ruf Amin. �Di sektor yang sudah saya jabarkan di atas jelas, banyak terjadi kesalahan, ini ditambah lagi ketum parpol yang ditangkap, kondisi ini menunjukkan bahwa siapa dan kelompok mana yang sebetulnya menebar kesalahan informasi tentunya menambah masalah bagi Jokowi. Ketum Parpolnya, menterinya, kepala daerah yang dicokok KPK, ini kan memperlihatkan bahwa segitu buruknya pemerintah di era kepemimpinan Jokowi,� tandasnya.
Muda menuturkan, jika dalam waktu dekat Jokowi ingin memperbaiki sistem dan penyampaian informasi kepada masyarkat tentang kebenaran yang terjadi di Indonesia saat ini, maka hal tersebut akan sia-sia. Karena yang terjadi hari ini adalah �bola salju� yang bergulir dari tahun ke tahun yang disimpan oleh masyarakat untuk menggulung Jokowi.
�Sudah terlambat, Pak Jokowi senang dengan laporan bunga-bunga, masyarakat kita sudah bergeser, tak lagi suka dengan �ketokohan� melainkan visi dan misi yang membangun peradaban, ekonomi dan sistem yang juga membangun Indonesia lebih baik, satu saja yang paling pas dilakukan oleh Jokowi.. yaitu meminta maaf kepada bangsa Indonesia,� tutupnya.
Diketahui survei terbaru Litbang Kompas pada 22 Februari 2019-5 Maret 2019 menunjukkan penurunan elektabilitas pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Sebaliknya, elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengalami kenaikan. Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dalam survei terakhir Litbang Kompas berada di angka 49,2 persen, Prabowo-Sandiaga 37,4 persen, dan 13,4 persen responden lainnya menyatakan rahasia.
Selisih suara di antara kedua pasangan menyempit menjadi 11,8 persen. Pada survei Litbang Kompas sebelumnya, Oktober 2018, perolehan suara keduanya masih berjarak 19,9 persen dengan keunggulan suara di pihak Jokowi-Ma'ruf. Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 52,6 persen, Prabowo-Sandiaga 32,7 persen, dan 14,7 responden menyatakan rahasia.
SUMBER
Tidak ada komentar