Breaking News

Mahfud MD: Saya Tidak Mengatakan Rektor UIN Jakarta Suap Rp 5 Miliar


NUSANEWS - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menanggapi tudingan masyarakat yang menyebut dirinya membocorkan dugaan suap pengangkatan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta senilai Rp5 miliar.

Melalui akun Twitter pribadinya @mohmahfudmd mengatakan bahwa banyak orang yang menyebut dirinya melakukan gebyah uyah atau menyamaratakan kasus jual beli jabatan di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN).

Mahfud mengatakan, banyak orang salah paham dalam menanggapi pernyatannya di acara Indonesia Lawyers Club atau ILC bertajuk OTT Romy pada Selasa (19/3/2019) malam.

Mahfud menyebut dia tidak pernah mengatakan bahwa ada jual beli jabatan rektor di seluruh UIN/IAIN yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dikatakan Mahfud, sejauh menyangkut penetapan rektor di UIN/IAIN secara definitif, dia hanya menyebut 3 kasus yakni UIN Makassar, UIN Jakarta, dan IAIN Meulaboh.

�Tdk ada gebyah uyah. Semuanya hanya 3 dan semua ada nama subyeknya yg bs dikonfirmasi sbg sumber. Utk UIN Makassar subyeknya adl Andi Faisal Bakti,� cuit Mahfud, Jumat (22/3).

Menurut Mahfud, Andi Faisal Bakti (AFB) menang pemilihan di UIN Makassar, kemudian dibatalkan. Dia lalu menggugat ke PTUN dan menang, tetapi Kemenag tetap tidak mau mengangkat.

Dikatakan Mahfud, kasus AFB di UIN Makassar tidak terkait dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 68 karena saat itu (2014/2015) PMA tersebut belum terbit. Kasus AFB yang terkait dengan PMA 68 adalah di UIN Jakarta.

Pada tahun 2018 AFB tidak ditetapkan sebaga rektor oleh Kemenag meskipun menempati ranking 1. Pilihan Kemenag yang jatuh kepada selain AFB didasarkan pada PMA No. 68.

Mahfud menambahkan, keputusan itu memang tidak salah secara prosedural karena hal itu memang kewenangan Menag untuk menetapkan 1 dari 3 yang diajukan oleh UIN/IAIN yang bersangkutan.

�Tetapi tetap sj ketidaksalahan prosedural itu menimbulkan pertanyaan, apalagi AFB pd periode sebelumnya pernah menang sampai di pengadilan tp tdk dilantik,� katanya.

Di UIN Melauboh, lanjut Mahfud, subyeknya adala Syamsuar yang semula merupakan calon intern satu-satunya tapi kemudian dikalahkan oleh calon luar.

Tidak diangkatnya Syamsuar itu pun menimbulkan ketidakpuasan meski sudah sesuai dengan prosedur.

Mahfud menambahkan, sejauh menyangkut UIN/IAIN, hanya 3 kasus itu yang dia sampaikan, lengkap dengan peristiwa dan segala identitas subyek yang bisa diklafikiasi. Adapun soal UIN Malang peristiwanya disampaikan oleh Prof. Mujia.

�Sy tdk pernah mengatakan ada dagang jabatan di UIN/IAIN manapun. Urusan dagang jabatan itu dibahas oleh pembicara2 sebelumnya dlm konteks penentuan jabatan di birokrasi yg berjung pd OTT-nya Romi,� kata Mahfud.

�Sy jg tdk pernah mengatakan bhw dlm pengakatan rektor UIN Jkt ada suap sebesar 5 M,� tambah Mahfud.

Mahfud mengatakan, terkait isu uang Rp5 miliar dalam pengangkatan Rektor UIN Jakarta, dia hanya menyampaikan bahwa dia dan Pak Jasin sama-sama mendapat informasi tentang adanya orang yang datang ke AFB meminta uang Rp 5 miliar.

�Tp sy tdk menyebut apa itu benar dan siapa yg meminta. Sebab bs sj itu hanya orng yg meng-aku2 utusan pejabat,� katanya.

Dikatakannya, mungkin yang agak kurang jelas adala saat dia menyebut adanya demo mahasiswa di UIN Jakarta malam itu yang ternyata adalah demo memprotes kebijakan pemilihan pimpinan mahasiswa dengan e-voting oleh yang kalah dalam pemilihan itu.
Menurutnya, kalau kalah dalam pemilihan, ya sportif saja menerima. Untuk apa demo.

Lebih jauh Mahfud menjelaskan, OTT yang dilakukan KPK terhadap Ketum PPP Romahurmuziy alias Romi yang dibedah di ILC cukup menggegerkan.

Selama dua hari terakhir, Mahfud mengaku mendapat banyak info dan dokumen-dokumen baru dari banyak daerah dan UIN. Banyak yang meminta ketemuan untuk menyampaikan kesaksian.

�Semakin panas jika dibuka ke publik. Mnrt sy mslh pidananya biar diusut oleh KPK. Hkm administrasinya, benahi total,� tandas Mahfud.

SUMBER

Tidak ada komentar