Breaking News

Kafir Itu Lebih Lembut Dari Pada Non-Muslim


Rizkya Amaroddini
(Jurnalis Media Oposisi)

Mediaoposisi.com-  Pernyataan yang di ujarkan oleh cawapres Ma�ruf Amin atas ketidak terimaan dengan ucapan kafir menuai kritikan. Pasalnya figure dia sebagai Ulama tidak cocok tersemat gelar seperti itu jika hanya mempermainkan hukum Islam. Sungguh di sayangkan setiap ucapan harus menguntungkan kelompok atau pribadinya. Yang di lakukan hanya bermain kata dalam menempatkan ketetapan hukum dalam Islam.

Dalam bahasa arab pun sudah jelas artinya. Kalau menjadi muslim berarti orang yang selamat. Sedangkan non-muslim berarti orang yang tidak selamat. Jika kafir berarti orang yang hatinya masih tertutup. Hati yang belum siap menerima hidayah Islam.

Istilah kafir itu lebih lembut dan halus di sematkan kepada mereka dari pada non-muslim. Karena dalam Islam sudah jelas bahwa istilah kafir yang di sematkan itu mendo�akan mereka. Justru kalau istilah itu di rubah menunjukkan seolah-olah di do�akan agar menjadi orang yang tidak selamat.

Istilah kafir itu sebuah do�a bukan ujaran kebencian. Karena dengan itu salah satu wujud kasih saying seorang muslim kepada mereka (orang-orang kafir) agar suatu saat hatinya bisa terbuka dan hatinya mampu menerima hidayah Islam.

Maka kalian sebagai orang Islam jangan mudah di ombang-ambingkan dengan sebuah pernyataan. Semestinya harus di lihat dari asal mula bahasa dan arti kafir jangan sekedar subyektif. Inilah jika Islam hanya di jadikan ibadah ritual tanpa mengenal ajaran Islam secara mendalam.

Seharusnya ulama itu mengarahkan kepada jalan yang benar bukan menyesatkan. Apalagi jika di motori oleh kepentingan, pasti hukum Islam secara mutlak di abaikan. Karena sudah jelas dalam perpolitikan di Indonesia sangat kotor termasuk orang-orang yang berkecimbung di dalamnya.

Pengaturan dan sistem yang di berlakukan pun sudah seenak jidatnya. Seolah hidup tanpa aturan dari pencipta begitu ? Sungguh di sayangkan Ulama bisa berbuat demikian. Sudah berapa kejadian hukum Islam secara mentah-mentah di cuitkan kepada masyarakat awwam dengan pemahaman yang ngawur. [MO/ra]

Tidak ada komentar