Jika Negara Biayai Pengangguran, Rocky Gerung: Absurd, Nyuri dari Mana?
Rocky Gerung memberikan pemaparan saat Forum Pikiran, Akal dan Nalar (Roadshow Polmark Indonesia dan Partai Amanat Nasional) di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/3/2019). (ANTARA/Didik Suhartono)
Beritaislam - Pemerhati sosial dan politik Rocky Gerung menilai langkah pencitraan petahana Pilpres 2019, Joko Widodo tidak bekerja secara efektif dan cenderung menjatuhkan elektabilitasnya. Terakhir, adalah program Kartu Prakerja yang dalam waktu dekat bakal diluncurkan pemerintah.
Presiden Joko Widodo seperti diketahui mewacanakan distribusi Kartu Prakerja bagi masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan, jika ia terpilih menjadi presiden lagi. Pemegang kartu akan nantinya diberi pelatihan untuk mempersiapkan diri di dunia kerja. Adapun tunjangan dalam kurun waktu tertentu.
Untuk ini, Rocky pun memberikan tanggapannya. �Seluruh cadangan kartu sakti sudah dikeluarkan. Terakhir kartu prakerja, yang keliatannya agak absurd karena kalau diiyakan, berapa ratus juta yang akan dibiayai negara?� katanya saat menjadi pembicara dalam forum Pikiran, Akal, dan Nalar di Hotel Grand Arkenso, Kota Semarang, Rabu (13/3).
Presiden sebelumnya juga berujar, program Kartu Prakerja tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kendati demikian, dirinya belum mau menjelaskan secara detail pos anggaran mana yang akan dialokasikan untuk program tersebut.
�Ratusan juta penganggur akan dibiayai oleh negara, uangnya dari mana? Nyuri dari mana? Seluruh tuyul di Jawa Tengah dikumpulin ogah untuk nyuri, karena terlalu banyak yang mesti dicuri,� imbuhnya.
�Saya kira masih ada satu kartu di kantong beliau, kartu pra dungu. Dan jangan berharap kartu itu akan dibagikan, karena dia akan pakai sendiri kartunya itu,� sambungnya.
Oleh karenanya, Rocky menganggap apa yang ditampilkan petahana tidak mendongkrak elektabilitasnya. Malah bisa sebaliknya. Padahal, menurutnya, jika mau mencitrakan, harus kembali ke istilah citra, yang diartikan sebagai kemasan untuk memberi nilai lebih pada isi.
�Artinya isinya harus ada dulu, kalau isinya di bawah standar, dicitrakan dari segala macam sudut pun nggak ngangkat dan itu yang mencemaskan para surveyor istana,� pungkasnya. (Jawa Pos)
[news.beritaislam.org]
Tidak ada komentar