Generasi Mileniial Dalam Peradaban Mulia
Oleh: Mega
(Mahasiswi Universitas Haluoleo)
Mediaoposisi.com-Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mendukung upaya mendorong terbangunnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai membangun perdamaian serta mencegah bahaya ekstremisme kekerasan. CONVEY Indonesia kembali menyelenggarakan festival #MeyakiniMenghargai Jakarta, Rabu (20/2/2019). Lukman turut bersinergi bersama dalam memandu peluncuran tagar ini dengan mengunggah tweet dan post di akun Twitter dan Instagram mereka masing-masing, bersama seluruh peserta milenial di festival.
Tagar #MeyakiniMenghargai dimaksudkan untuk mengingatkan kembali dan mengajak masyarakat untuk meyakini keimanannya masing-masing dan menghargai keberagaman. �Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang warganya menempatkan agama sebagai faktor penting dalam menentukan sikap hidupnya,� ungkap Lukman Hakim saat memberikan sambutan dan membuka acara Festival MeyakiniMengharagi di Thamrin Nine Ballroom Jakarta Pusat.
Menurutnya, generasi milenial sebagai target dan sasaran utama strategi CONVEY yang sangat tepat dalam konteks mempersiapkan masa depan kehidupan keagamaan Indonesia di masa kini dan mendatang. Lukman berharap generasi milenial dekat dengan keagamaan dalam kehidupan sehari-harinya. �Saya meyakini bahwa dalam kontek beragama dan bernegara di Indoneaia sering saya mengatakan bahwa mengamalkan ajaran agama adalah cara kita menjaga Indonesia,� imbuh Lukman.
Pada ruang maya ini, generasi muda tak hanya menjadi sasaran infiltrasi paham ekstremisme kekerasan, namun juga menjadi pelaku atau secara tak sadar berkontribusi terhadap penyebaran ekstremisme kekerasan. Melalui posting dan komentar yang kurang bijak, meski terkesan sepele sekalipun, hal tersebut mampu menimbulkan potensi perselisihan yang pada gilirannya mengancam perdamaian dan keharmonisan.
Festival #MeyakiniMenghargai ini mampu menjadi ajang bagi kelompok muda untuk terlibat aktif dalam membangun perdamaian serta mencegah bahaya ekstremisme kekerasan. Acara ini juga dirancang untuk menjadi ajang diseminasi program kerja CONVEY dalam mencegah ekstremisme kekerasan melalui pendekatan potensi Pendidikan Agama yang telah dijalankan melalui kolaborasi antara PPIM UIN Jakarta dengan UNDP Indonesia bersama lebih dari 20 lembaga mitra dan sejumlah komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia ( https://zonasultra.com, 21/02/2019).
Generasi Muda, Pembangun Peradaban
Generasi muda suatu umat atau bangsa menjadi tolak ukur terhadap nasib dan masa depan dari bangsa tersebut. Kekuatan dan ketahanan suatu bangsa sangat di tentukan oleh kualitas generasi muda yang dimiliki. Jika generasi muda baik, maka pastilah kekuatan mereka juga baik dan sulit untuk dipengaruhi oleh ideologi atau pemikiran bangsa lain. Namun sebaliknya, jika generasi muda suatu bangsa buruk, maka dapat dipastikan mereka sangat rentan dengan kehancuran dan mudah terpengaruh oleh ideologi bangsa lain.
Kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai merupakan salah satu faktor pendukung berlangsungnya proses pembangunan baik. Sayangnya, perdamaian yang berlangsung di Indonesia selama ini bukannya tidak menghadapi tantangan. Ancaman ekstremisme telah teridentifikasi dan berpotensi mengancam kehidupan masyarakat.
Tindakan intoleransi dan ekstrimisme kekerasan yang dilakukan kelompok muda yang di dasari isu suku, agama, ras maupun antar-golongan masih menjadi tugas besar yang di tuntaskan bersama. Dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, opini mengenai intoleransi dan keterlibatan anak muda dalam aksi ekstremisme kekerasan bukanlah sesuatu yang mengejutkan.
Survei yang di lakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta pada 2017 terhadap kalangan mahasiswa dan pelajar menunjukkan generasi muda memiliki opini radikal sebesar 58%, opini intoleransi internal sebesar 51,1%, dan opini intoleransi eksternal sebesar 34,4%. Bangsa Indonesia terbangun atas berbagai macam suku, agama dan latar belakang lainnya. karenya tidak ada pilihan lain selain saling bekerja sama untuk merawat perdamaian di negeri ini. Kelompok milenial merupakan salah satu aktor kunci dalam berbagai upaya pembangunan perdamaian di Indonesia.
Karena itu, bila kita telaah lebih lanjut gerakan-gerakan musuh islam dalam memerangi islam adalah dengan menghancurkan generasi mudanya terlebih dahulu. Caranya adalah gencar dalam memperkenalkan budaya mereka yang bertentangan dengan ajaran islam hingga generasi muslim tertarik dan terjerumus ke dalamnya. Sehingga memang di perlukan adanya upaya menjalankan agama dalam kehidupan untuk menjaga keutuhan negara Indonesia yang kita cintai.
Generasi Millenial Akan Bangkit dengan Islam.
Kondisi zaman yang semakin berubah terjadi atas izin Allah, karena kondisi digitalisasi saat ini tidak dapat terelakkan. Oleh sebab itu, generasi Islam hendaknya merupakan generasi yang selalu siap akan perubahan zaman, tidak mudah tergoyahkan dan senantiasa memiliki peran penting di dalamnya.
Era digitalisasi saat ini tentu menimbulkan peluang dan tantangan. Peluangnya adalah bagaimana peran generasi muda mampu memberikan kontribusinya dalam membentuk peradaban manusia sesuai dengan fitrahnya.
Tantangannya yaitu di era digitalisasi ini tentu juga dapat menjadi celah bagi segolongan manusia yang berbuat dzalim seperti: wabah ransomeware yang di gunakan untuk memeras korban, prostitusi online, hoaks, pencitraan dll.
Generasi Islam harus disiapkan dengan baik, jangan sampai menjadi korban atas perilaku penyimpangan atau menjadi pelaku menyimpang tersebut.
Generasi milenial pada era saat ini harus memiliki peran dalam amar ma�ruf nahi munkar dengan segenap kemampuannya, hendaknya memiliki semangat jihad. Jihad dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan guna mencegah kedzaliman dengan cara-cara yang allah ridhai dan telah di contohkan oleh rasulullah. Allah SWT berfirman di dalam QS.Al- Imraan:104 yang artinya: �Dan jadilah kamu diantara kalian umat yang mengajak kepada kebaikan dan menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung�.
Melalui ayat tersebut di atas Allah SWT memerintahkan tentang kewajiban amar ma�ruf nahi mungkar. Seorang muslim wajib menyeru kepada perbuatan yang Allah perintahkan (ma�ruf) dan menjauhi serta mencegah segala yang allah larang (mungkar). Dengan kemajuan teknologi juga seharusnya seorang muslim mampu menjaga kualitas diri dan iman mereka yang harus menyeimbangkan dunia spritual, dunia nyata dan dunia digital. Pemanfaatan teknologi juga harus bijak dalam menyikapi akses informasi yang luas dari internet, hal ini dikaitkan bahwa indonesia saat ini muncul sumber sumber berita yang kurang valid sehingga menimbulkan perpecahan, memecah bela ummat yang seharusnya saling bersatu.
Sikap seorang muslim dalam memecahkan segala persoalan kehidupannya sudah seharusnya menyelesaikannya dengan menggunakan sumber hukum Allah yaitu: Al-Quran dan As-sunnah sehingga apapun bentuk persoalan kehidupan generasi muslim mampu teratasi secara tuntas, tidak menimbulkan sikap yang Ancaman ekstremisme yang akan teridentifikasi dan berpotensi mengancam kehidupan masyarakat. Sehingga mampu menciptakan generasi peradaban islam yang kokoh yang akan menyuarakan Islam secara kaffah dan menjadi khalifah di muka bumi yang akan membangun peradaban islam yang mulia.[MO/sr]
Tidak ada komentar