Bermain Kata Kafir: Pengurus PBNU Mendesak Muktamar Luar Biasa, " Dia Harus Mundur"
Oleh: Betha Vanglos
(Penikmat Literasi)
AD/ART NU secara eksplisit menyebutkan bahwa Rais Aam dan Ketua Umum PBNU tidak boleh terlibat dalam politik praktis. "Setelah terpilih dalam muktawar, Rais Aam dibaiat dan disumpah untuk bersedia memimpin NU sampai akhir periode, " ujar Choirul
Baca: Jokowi gagal faham soak sertifikat tanah wakaf
Menurut Komite Khittah menganggap "PBNU telah masuk terlalu jauh ke arena politik praktis, bahkan posisinya dikendalikan oleh pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin, khususnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),"
Akhir-akhir ini NU selalu disoroti oleh internalnya sendiri, pasalnya berbagai statment yang kontroversi yang keluar dari mulut pengurus PBNU.
Proyek Islam Nusantara yang kini dicanangkan oleh Ma'ruf Amin didepan umum menuai protes dari Yahya Zinul Ma'arif atau lebih dikenal Ust, Buya Yahya
"Islam Nusantara ini tidak lepas dari penyusupan Liberal dalam Islam di Indonesia, mereka mencoba memakai baju baru untuk lebih tajem menipu " tegas dalam suatu kajian
Baca juga: Jokowi bagi-bagi sertifikat, warga pindah masjid
Banyak sekali berubahan yang terjadi di tubuh NU setelah mengikuti pertarungan politik. Berbagai kiai kultur NU kecewa atas sikap organisasi. Mereka membentuk Komite Khittah sejak sekitar tiga bulan untuk mendesak digelar muktamar luar biasa.
Beberapa kiai sepuh yang terlibat dalam Komite Khittah, yakni Salahuddin Wahid (Pengasuh Pesantern Tebuireng Jombang) dan Tolchah Hasan (Mantan Mentri Agama era Presiden Gus Dur)
"Upaya ini terus dilakukan demi kebaikan NU, solusi untuk membawa NU kembali ke jalur Khittah 1926" tutup Juru bicara Komite Khittah NU.[MO/ad]
Post Comment
Tidak ada komentar