Kriminalisasi dan Monsterisasi ajaran Islam
Oleh: Indi Lestari
Mediaoposisi.com- Geliat hajatan besar Negeri tercinta sudah gencar dari tahun 2018 dan puncaknya bulan April tahun 2019 akan diselenggarakannya pesta demokrasi. Rezim yang panik semakin menampakkan wajahnya, siapa saja yang mengusik apalagi mengganggu sang tuan yang sedang tidur, maka para kesatrianya akan berdatangan dengan menghunuskan pedangnya, mulai dari sikap, prilaku, tindakan dan ucapan yang tidak ada sama sekali memikirkan kemaslahatan umatnya. Seperti terbaru-baru ini statement yang tidak terduga muncul dari menteri kita seperti dilansir (cnnindonesia.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara menyindir salah satu aparatur sipil negara (ASN) atau pegawai negeri sipil (PNS) di kementeriannya yang memilih pasangan calon nomor urut 02 di Pilpres 2019. "bu, bu yang bayar gaji ibu siapa sekarang? Pemerintah atau siapa? Hah?" sungguh ironi, begitu sangat gencar untuk mengkampanyekan jagoannya sehingga ada event apapun hajar saja untuk terus berkampanye.
Kepanikan rezim memang sudah dari jauh-jauh hari ditampakkan terutama sangat tajam kepada ajaran Islam, dengan sikap anti Islam, mengkriminalisasi ulama bahkan membubarkan ormas Islam. Rezim seperti alergi saat umat Islam bersatu membela kemuliaan Al-Qur'an, mengencam penista Al-Qur'an, terbukti dengan aksi-aksi umat banyak kesatria-kesatria yang menentang terlaksananya aksi persatuan umat, saat umat bersatu menyerukan penindasan terhadap Muslim Uighur oleh rezim komunis Cina nyaris tidak ada respon sama sekali padahal negeri tercinta kita Mayoritas Umat Islam, tetapi yang nampak hanya tudingan yang dilontarkan rezim dan kesatrianya terhadap umat, anti kebhinekaan bahkan tidak pancasila, intoleran, diskriminatif bahkan ditunggangi kelompok radikal berakhir dengan tudingan teroris.
Inilah bukti jika aturan yang diturunkan langsung dari sang Khalik (pencipta) diabaikan, dicampakkan apalagi sampai memusuhi syariah Islam yang sudah jelas kebenarnnya dan jaminannya Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan memilih bersumber dari hawa nafsu manusia maka yang nampak hanya kedzaliman-kedzaliman yang dirasakan umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT,
"Siapa saja yang tidak berhukum dengan wahyu yang telah Allah SWT turunkan, mereka itulah pelaku kezaliman." (TQS. Al-Maidah: 45)
Sehingga dapat dipastikan memberikan keburukan di dunia dan di akhirat yang akan menyebabkan 'kesempitan hidup' , Allah SWT berfirman :
"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (TQS. Thaha:124)
Rasulullah saw, bersabda :
"Sebaik-baik imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian doakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Sebaliknya seburuk-buruk imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian benci mereka membenci kalian, kalian laknat mereka dan mereka melaknat kalian." (HR.Muslim)
Untuk itu saatnya umat bersatu dan bangkit untuk mewujudkan perubahan yang hakiki. Kita pilih pemimpin terbaik menurut kriteria Allah SWT dan RasulNya. Tidak lain adalah pemimpin yang mau, mampu dan berani menerapkan Syari'ah Islam dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.[MO/sr]
Tidak ada komentar