Jenderal Besar AS : Indonesia Punya Jenderal Prabowo, yang Lebih Hebat dari Saya
Wesley Clark, seorang jenderal NATO yang disegani dan sarat pengalaman tempur, berkunjung ke kediaman Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto di Hambalang, Jawa Barat.
Meski disegani di dunia Internasional, Clark ingin memberi tahu ke dunia, jika di Indonesia ada jenderal yang lebih hebat darinya. Yaitu Prabowo Subianto.
Siapa sebenarnya Wesley Clark? Seperti apa jejak rekamnya?
Panglima NATO Jenderal Wesley Clark dalam wawancara dengan Democracy Now pada 2007 pernah membahas rencana ambisius pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden George W Bush terhadap sejumlah negara Timur Tengah.
Pada saat itu, kata Clark, sekitar sepuluh hari setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di New York, dia menemui Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld di Pentagon. Waktu itu seorang pejabat militer mengatakan kepada dia, Kementerian Pertahanan punya rencana terhadap Timur Tengah.
"Ini adalah memo yang menjelaskan tentang bagaimana kita (AS) akan menggulingkan tujuh negara dalam lima tahun, dimulai dari Irak, lalu Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan akhirnya Iran," kata Clark menirukan si pejabat.
Dengan pernyataan Clark itu bisa diketahui, AS sesungguhnya sudah merencanakan penggulingan sejumlah rezim Timur Tengah jauh sebelum apa yang orang kenal sekarang dengan istilah "Musim Semi Arab" atau gelombang unjuk rasa yang berujung jatuhnya rezim di sejumlah negara Arab Timur Tengah.
Karir Militer
Clark pensiun sebagai jenderal bintang empat setelah mengabdi 38 tahun di militer AS. Dia lulus dari akademi militer di West Point dan dia merampungkan kuliah di jurusan filsafat, politik, dan ekonomi di Universitas Oxford dengan gelar master.
Ketika bertugas di Perang Vietnam, dia memimpin pasukan infantri dan terkena empat kali tembakan dalam kontak senjata hingga terluka dan harus pulang ditandu. Dia kemudian memimpin batalion, brigade dan divisi, serta bertugas di sejumlah posisi penting, termasuk Direktur Strategis Strategi Militer Nasional (J-5).
Berikut sejumlah jejak rekam Wesley Clark, seperti dikutip dari laman CNN:
1966: Lulus dari Akademi Militer AS di West Point
19 Februari, 1970: Saat memimpin patroli ketika PErang Vietnam, Clark tertembak empat kali dalam kontak senjata
1975: Dipromosikan meraih jabatan mayor pada usia 31 tahun
1975-1976: Anggota Gedung Putih di Administrasi Ford
Februari 1980-Juni 1982: Komandan Militer AS, 1st Battalion, 77th Armor, 4th Divisi Infantri, Fort Carson, Colorado.
Oktober 1983-Juli 1984: Kepala Studi Militer
April 1986-Maret 1988: Panglima, Perang Dingin, Divisi Infantri Keempat, Brigade Ketiga
1988-1989: Panglima, Program Pelatihan Komando Pertempuran, Forth Leavenworth, Kansas
1994-1996: Direktur Kebijakan Rencana Strategis
1996-1997: Panglima Komando Selatan Amerika, Panama
1997-2000: Panglima Komando, Eropa Amerika
Juli 1997-Mei 2000: Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu NATO di Eropa, ditunjuk oleh Presiden Bill Clinton
1999: Komando Respon Krisis Kosovo
2000: Pensiun dari militer AS
2000-sekarang: Penasihat Senior Pusat Strategi dan Studi Internasional
2003: Pengamat Militer untuk CNN ketika Perang Irak
September 2003: Clark mengumumkan maju dalam nominasi Demokrat untuk presiden
Februari 2004: Dia mundur dari perebutan nominasi presiden
2004: mendukung John Kerry dalam nominasi Demokrat untuk presiden
2004-sekarang: Kepala dan CEO Wesley K Clark & Associates, lembaga penasihat dan konsultan strategis
2007: Mendukung Hillary Clinton sebagai kandidat presiden dari Demokrat
2008: Berkampanye untuk kandidat Presiden Barack Obama di North Carolina
Februari 2015: Dalam wawancara dengan CNN Clark mengatakan "ISIS diciptakan lewat pendanaan dari rekan-rekan dan sekutu AS, karena lazimnya di Timur Tengah, kalau Anda ingin cari orang untuk bertempur sampai mati melawan Hizbullah, maka jangan pasang poster lowongan dan bilang ayo mendaftar untuk bergabung dengan kami."
Buku karya Wesley Clark di antaranya ada memoar "Waging Modern War: Bosnia, Kosovo, dan the Future Combat", "Winning Modern Wars: Iraq, Terorism, and the American Empire", " A Time to Lead: For Duty, Honor, and Country", "Dont Wait for the Next War".
Tidak ada komentar